Sabtu, 21 Mei 2022

MAKALAH SEMINAR HASIL KEPERAWATAN MATERNITAS PADA PASIEN IBU POST PARTUM DENGAN TREND DAN ISSUE EFEKTIFITAS PEMBERIAN IKAN GABUS TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PERINIUM PADA IBU POST PARTUM DI RUANG PERAWATAN RUMAH SAKIT TRISNA MEDIKA TULUNGAGUNG TAHUN 2021


MAKALAH SEMINAR HASIL KEPERAWATAN MATERNITAS PADA PASIEN IBU POST PARTUM DENGAN TREND DAN ISSUE EFEKTIFITAS PEMBERIAN IKAN GABUS TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PERINIUM PADA IBU POST PARTUM DI RUANG PERAWATAN RUMAH SAKIT TRISNA MEDIKA TULUNGAGUNG TAHUN 2021




Di Susun :

Oleh Kelompok III

Nama Anggota:


1.        PUSPITA WINDY A

2.        REYNALDO LEONARD

3.        RIZKA ASMAUL

4.        RIZKY GUSTI SALEH

5.        RODOTUN NAFISAH

6.        ROFIUL MAUNAH

7.        RONALDO FIRDA K

8.        SEPTI HANDAYANI

9.        SITI ZULIZA

10.     SONIA TITIK K

11.     SUCI CAHYANING TYAS

12.     ULFA KHAIRUNNISAQ

13.     VEGA CAHYANING TYAS

14.     VIA GESTI ARDIYANTI

15.     VINDA KURNIA R

16.     WAHYU EKO SRI MANDA

17.     WAKHIDATUN NUR R

18.     WINDA KARUNIA PUTRI

19.     YESTY SEFTARIANY

20.     YUDITYA MARTASARI

21.     YULI KRISTANTI

22.     YUYUN ERVIANA


STIKes HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG

Jl. Wahidin Sudiro Husodo Telp / Fax (0355) 322738

TULUNGAGUNG (66224)

Alamat e-mail : stikeshahta@yahoo.co.id



LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH SEMINAR HASIL KEPERAWATAN MATERNITAS PADA PASIEN IBU POST PARTUM DENGAN TREND DAN ISSUE EFEKTIFITAS PEMBERIAN IKAN GABUS TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PERINIUM PADA IBU POST PARTUM DI RUANG PERAWATAN RUMAH SAKIT TRISNA MEDIKA TULUNGAGUNG TAHUN 2021

 


Di Susun :

Oleh Kelompok III

 

Telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing pada tanggal 18 Mei 2022

 

Pembimbing I : Ibu. Poppy Farasari, S.Tr. Keb., M.Kes.                     (…………………….)

Pembimbing II: Bapak. Sulhan Arief Hidayat, S. Kep.,Ners., M.Kep  (…………………….)


KATA PENGANTAR

 

            Puji syukur kami  panjatkan kehadirat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya dan memberikan kelapangan hati dan pikiran sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan dan penulisan  makalah seminar akhir  dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN IBU POST PARTUM TREND ISSUE EFEKTIFITAS PEMBERIAN IKAN GABUS TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PERINIUM PADA IBU POST PARTUM” Oleh karena itu peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1.       Ketua STIKes “Hutama Abdi Husada” Tulungagung, Bapak Dr. H. Yitno SKp, M.Pd

2.       Ibu Eny Masruroh, S.Kep, Ners, M.Kep, selaku Ketua Prodi Sarjana Keperawatan STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung

3.       Ibu Poppy Farasari, S.Tr.Keb, M.Kes sebagai dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, pemikiran, kesabaran, serta arahan demi  terselesainya laporan seminar ilmiah ini.

4.       Bapak Sulhan Arief Hidayat, S.Kep, Ners, M.Kep selaku Pembimbing II yang telah melungkan waktu, pemikiran, kesabaran, serta arahan demi  terselesainya laporan seminar ilmiah ini.

5.       Perpustakaan STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung yang telah menyediakan berbagai literatur sehinga dapat terselesaikannya.

6.       Teman-teman  seangkatan yang telah memberi semangat dan menyumbangkan pemikiran demi terselesainya makalah seminar akhir ini

Dilihat dari segi kesempurnaan tidak ada hal di dunia ini yang memliliki kesempurnaan mutlak dan peneliti menyadari bahwa dalam penulisan makalah seminar akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah seminar akhir  ini. Semoga makalah seminar akhir  ini dapat menjadi acuan yang baik dalam pelaksanaan penelitian nanti. Amiin.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR III 
DAFTAR ISI IV
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 3
1. Tujuan Umum 3
2. Tujuan Khusus 3
BAB II PEMBAHASAN 4
A. Konsep Trend Issue Keperawatan 4
B. Konsep Perubahan Dalam Dunia Keperawatan 4
C. Konsep Langkah Strategis Dalam Menghadapi Trend Issue K Eperawatan 5
D. Konsep Ibu Post Partum (Masa Nifas) 6
1. Definisi 6
2. Tahapan Masa Nifas (Post Partum) 6
3. Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas (Post Partum) 6
4. Perubahan Fisiologis Masa Nifas (Post Partum) 8
5. Perubahan Psikologis Masa Nifas 13
6. Kebutuhan Masa Post Partum 17
7. Tanda –Tanda Bahaya Masa Nifas (Post Partum) 19
8. Infeksi Masa Nifas 20
9. Perawatan Masa Nifas 21
BAB III PEMBAHASAN 23
A. Trend Dan Issue Banyaknya Jumlah Ibu Nifas Yang Mengalami Kematian Akibat Adanya Infeksi Pada Luka Perenium Yang Tidak Membaik. 23
B. Langkah Strategi Dalam Menghadapi Trend Issue Banyaknya Jumlah Ibu Nifas Yang Mengalami Kematian Akibat Adanya Infeksi Pada Luka Perenium Yang Tidak Membaik. 25
C. Analisi kelompok : konsep langkah strategis dalam menghadapi trend issue perubahan keperawatan  PICO 29
D. Kesimpulan Analisa PICO: 42
BAB IV PENUTUP 43
A. Kesimpulan 43
B. Saran 44
DAFTAR PUSTAKA 45

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    LATAR BELAKANG

Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti dengan perawatan yang baik (Yuliana & Hakim, 2020).

Luka perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan dan terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Kebanyakan robekan perineum terjadi sewaktu melahirkan dan penanganan nya merupakan masalah kebidanan (Fatimah, 2019). Luka perineum yang tidak diatasi dengan baik dapat menghambat penyembuhan luka dan mengakibatkan infeksi. Dampak yang terjadi apabila penyembuhan luka terlambat dapat menyebabkan ketidaknyamanan seperti rasa sakit dan rasa takut untuk bergerak sehingga dapat menimbulkan banyak permasalahan seperti sub involusi uterus, pengeluaran lochea yang tidak lancar, dan perdarahan pasca post partum (Wijayanti & Rahayu, 2016).

Menurut data World Health Organization (WHO) angka robekan perineum diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun (2020). Di Amerika dari 26 juta ibu bersalin, terdapat 40% mengalami ruptur perineum. Di Asia masalah robekan perineum  cukup  banyak  dalam  masyarakat,  50% dari kejadian robekan perineum di dunia terjadi di Asia (Kiromah et al., 2018).

Nutrisi merupakan pondasi untuk proses penyembuhan luka lebih cepat. Nutrisi yang baik akan memfasilitasi penyembuhan, dan menghambat atau bahkan menghindari keadaan malnutrisi. Nutrisi yang paling penting yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka yaitu mengkonsumsi makanan yang sarat akan ptotein. Protein dapat diperoleh dari hewan atau tumbuhtumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani misalnya daging, susu atau telur. Sedangkan protein dari tumbuhan disebut protein nabati yang terdapat pada kacang – kacangan. Kandungan protein hewani tertinggi terdapat di ikan gabus (Channa striata) dengan kadar protein 20 gram, Daging sapi, sebanyak 18,8 gram, belut sebanyak 14,0 gram dan telur sebanyak 12,8 gram (Data Profil Kesehatan Indonesia, 2018).

Kelebihan ikan gabus lainnya adalah kandungan albumin yang tinggi. Penelitian secara klinis albumin ikan gabus membuktikan bahwa ekstrak ikan gabus mempunyai kandungan albumin yang tinggi dan bisa menyembuhkan luka. Pemberian ekstrak ikan gabus selama 10 – 14 hari dapat meningkatkan kadar albumin darah 0,6 – 0,8 gram/dl. Albumin ikan gabus juga terbukti mampu memperbaiki status gizi penderita malnutrisi, status gizi lansia dan mempercepat penyembuhan luka. Aplikasi ekstrak ikan gabus dalam diet secara nyata dapat meningkatkan kadar albumin serum pada kasus-kasus hipoalbuminemia dan mempercepat proses penyembuhan luka. (Nurpudji,2019).

Kebutuhan paling utama yang harus dipenuhi oleh ibu post partum dengan adanya luka adalah  nutrisi  yang  baik  untuk  sistem  imun  dan penyembuhan luka. Nutrisi yang dibutuhkan untuk penyembuhan  luka yaitu mengkonsumsi  makanan yang tinggi akan protein. Protein di dapatkan pada makanan, daging dan ikan. Semua jenis ikan adalah sumber protein yang sangat baik. Ikan gabus  diketahui  sebagai  ikan  dengan  kandungan gizi dan protein yang lebih banyak dan terbukti mampu mempercepat proses penyembuhan luka. (Violita, 2019).

Dari hasil penelitian Violita (2019) hasil perhitungan  nilai  rata-rata  setelah  di berikan  ikan gabus lebih kecil dari pada nilai rata-rata tanpa diberikan   ikan   gabus.   Pada   analisis   bivariate menunjukkan bahwa adanya efektifitas di berikan ikan gabus terhadap penyembuhan luka perineum (Violita, 2019). Berdasarkan survei awal pada bulan September yang dilakukan di Klinik Niar Medan pada ibu post partum. Dari buku rawatan ibu bersalin terdapat 7 orang ibu post partum yang mengalami luka perineum, terdapat sebanyak 3 orang ibu post partum yang mengalami luka perineum yang mengkonsumsi ikan gabus dan sebanyak 4 orang ibu post partum yang mengalami luka perineum yang tidak mengkonsumsi ikan gabus. Berdasarkan hasil wawancara ibu post partum yang tidak mengkonsumsi ikan gabus dikarenakan ibu post partum tidak tahu akan manfaat ikan gabus terhadap penyembuhan luka perineum.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengajukan judul  “Efektivitas Ikan Gabus Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Derajat 1 Dan Derajat 2”

B.    TUJUAN

1.     Tujuan Umum

Mengetahui efektifitas ikan gabus pada ibu post partum dengan luka perineum.

2.     Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada makalah  ini adalah untuk :

1.     Mendeskripsikan penyembuhan luka perineum pada ibu post partum

2.     Mendeskripsikan luka perineum pada ibu post partum yang diberikan ikan gabus

3.     Menganalisis pengaruh pemberian ikan gabus terhadap luka perineum

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    KONSEP TREND ISSUE KEPERAWATAN

Trend adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang saat  ini dan kejadiannya berdasarkan fakta.

Issue adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang namun belum jelas faktanya atau buktinya. Issue adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang. (Nasir. 2019)

B.    KONSEP PERUBAHAN DALAM DUNIA KEPERAWATAN

Dalam perkembangan keperawatan juga mengalami proses perubahan sering dengan kemajuan dan teknologi.  (Nasir.2019)

Alasan terjadinya perubahan dalam keperawatan antara lain:

1.     Keperawatan Sebagai Profesi

Keperawatan sebagai profesi yang diakui oleh masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan tentu akan dituntut untuk selalu berubah kearah kemandirian dalam profesi keperawatan, sehingga sebagai profesi akan mengalami perubahan kearah professional dengan menunjukkan agar profesi keperawatan diakui oleh profesi di bidang kesehatan yang sejajar dalam pelayanan kesehatan.

2.     Keperawatan Sebagai Bentuk Pelayanan Asuhan Keperawatan

Keperawatan sebagai bentuk pelayanan asuhan keperawatan professional yang diberikan kepada masyarakat akan terus memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat dengan mengadakan perubahan dalam penerapan model asuhan keparawatan yang tepat, sesuai dengan lingkup praktek keperawatan.

3.     Keperawatan Sebagai Ilmu Pengetahuan

Keperawatan sebagai ilmu pengetahuan terus selalu berubah dan berkembang sejalan dengan tuntutan zaman dan perubahan teknologi, karena itu dituntut selalu mengadakan perubahan melalui penelitian keperawatan sehingga ilmu


keperawatan diakui secara bersama oleh disiplin ilmu lain yang memiliki landasan yang kokoh dalam keilmuan.

4.     Keperawatan Sebagai Komunikasi

Keperawatan sebagai komunikasi dalam masyarakat ilmiah harus selalu menunjukkan jiwa professional dalam tugas dan tanggungjawabnya dan selalu mengadakan perubahan sehingga citra sebagai profesi tetap bertahan dan berkembang.

Manfaat perubahan dalam keperawatan yaitu:

1.     Meningkatkan kesejahteraan dan kenyamanan bagi perawat dank lien

2.     Meningkatkan profitability

3.     Meningkatkan kinerja

4.     Memberika kepuasan bagi individu dan kehidupan sosialnya.

 

C.    KONSEP LANGKAH STRATEGIS DALAM MENGHADAPI TREND ISSUE K EPERAWATAN

Alternatif strategi perawat Indonesia dalam menghadapi asuhan keperawatan dimasa mendatang adalah “the nurse should do no harm to your self” (Nightingale). Pernyataan ini berate semua tindakan keperawatan harus dapat memnuhi kebutuhan pasien tanpa adanya resiko negative yang ditimbulkan.

Strategi yang harus ditempuh meliputi:

 

1.     Peningkatan pendidikan bagi perawatn practicioners

2.     Pengembangan ilmu keperawatan

3.     Pelaksanaan riset yang berorientasi pada masalah di klinik/komunitas, dan

4.     Identifikasi peran manajer perawat professional di masa depan

5.     Menerapkan model dan metode asuhan keperawatan professional terbaru (MAKP)

D.    KONSEP IBU POST PARTUM (MASA NIFAS)

1.     DEFINISI

      Masa nifas atau post partum adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu (Ibrahim, dalam Desanta, 2019).

      Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti dengan perawatan yang baik (Yuliana & Hakim, 2020).

 

2.     Tahapan Masa Nifas (Post Partum)

            Menurut Wulandari (2020). Ada beberapa tahapan yang di alami oleh wanita selama masa nifas, yaitu sebagai berikut : a. Immediate puerperium, yaitu waktu 0-24 jam setelah melahirkan. ibu telah di perbolehkan berdiri atau jalan-jalan b. Early puerperium, yaitu waktu 1-7 hari pemulihan setelah melahirkan. pemulihan menyeluruh alat-alat reproduksi berlangsung selama 6- minggu Later puerperium, yaitu waktu 1-6 minggu setelah melahirkan, inilah waktu yang diperlukan oleh ibu untuk pulih dan sehat sempurna. Waktu sehat bisa bermingguminggu, bulan dan tahun.

 

3.     Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas (Post Partum)

            Berikut ini 3 tahap penyesuaian psikologi ibu dalam masa post partum Menurut Sutanto (2019) :

Ø  Fase Talking In (Setelah melahirkan sampai hari ke dua)

1.     Perasaan ibu berfokus pada dirinya.

2.     Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.

3.     Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.

4.     Ibu akan mengulangi pengalaman pengalaman waktu melahirkan.

5.     Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh ke kondisi normal.

6.     Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi.

7.     Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal.

8.     Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini adalah sebagai berikut:

 

Ø  Fase Taking Hold (Hari ke-3 sampai 10)

1.     Ibu merasa merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat bayi, muncul perasaan sedih (baby blues).

2.     Ibu memperhatikan kemampuan men jadi orang tua dan meningkatkan teng gung jawab akan bayinya.

3.     Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB dan daya tahan tubuh.

4.     Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti menggen dong, menyusui, memandikan, dan mengganti popok.

5.     Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi. 6. Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu membesarkan bayinya.

6.     Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu membesarkan bayinya.

7.     Wanita pada masa ini sangat sensitif akan ketidakmampuannya, cepat tersinggung, dan cenderung menganggap pemberi tahuan bidan sebagai teguran. Dianjur kan untuk berhati-hati dalam berko munikasi dengan wanita ini dan perlu memberi support.

 

 

Ø   Fase Letting Go (Hari ke-10sampai akhir masa nifas)

1.     Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya. Setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga.

2.     Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memahami kebutuhan bayi

 

4.     Perubahan Fisiologis Masa Nifas (Post Partum)

            Seorang ibu dalam masa nifas mengalami perubahan fisiologis. Setelah keluarnya plasenta, kadar sirkulasi hormon HCG (human chorionic gonadotropin), human plasental lactogen, estrogen dan progesteron menurun. Human plasental lactogen akan menghilang dari peredaran darah ibu dalam 2 hari dan HCG dalam 2 mingu setelah melahirkan. Kadar estrogen dan progesteron hampir sama dengan kadar yang ditemukan pada fase follikuler dari siklus menstruasi berturut-turut sekitar 3 dan 7 hari. Penarikan polipeptida dan hormon steroid ini mengubah fungsi seluruh sistem sehingga efek kehamilan berbalik dan wanita dianggap sedang tidak hamil (Walyani, 2017) Perubahan- perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu masa nifas menurut Walyani (2017) yaitu:

a.      Uterus

Uterus merupakan organ reproduksi interna yang berongga dan berotot, berbentuk seperti buah alpukat yang sedikit gepeng dan berukuran sebesar telur ayam. Panjang uterus sekitar 7-8 cm, lebar sekitar 5-5,5 cm dan tebal sekitar 2, 5 cm. Letak uterus secara fisiologis adalah anteversiofleksio. Uterus terbagi dari 3 bagian yaitu fundus uteri, korpus uteri, dan serviks uteri. Menurut Walyani (2017) uterus berangsur- angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil:

1)     Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr.

2)     Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan berat uterus 750 gr.

3)     Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat dengan simpisis, berat uterus 500 gr.

4)     Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis dengan berat uterus 350 gr.

5)     Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50 gr. Pemeriksaan uterus meliputi mencatat lokasi, ukuran dan konsistensi antara lain:

a.      Penentuan lokasi uterus Dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada diatas atau dibawah umbilikus dan apakah fundus berada digaris tengah abdomen/ bergeser ke salah satu sisi.

b.     Penentuan ukuran uterus Dilakukan melalui palpasi dan mengukur TFU pada puncak fundus dengan jumlah lebar jari dari umbilikus atas atau bawah.

c.      Penentuan konsistensi uterus Ada 2 ciri konsistensi uterus yaitu uterus keras teraba sekeras batu dan uterus lunak.

b.     Serviks

Serviks merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya menyempit sehingga disebut juga sebagai leher rahim. Serviks menghubungkan uterus dengan saluran vagina dan sebagai jalan keluarnya janin dan uterus menuju saluran vagina pada saat persalinan. Segera setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga seperti corong. Hal ini disebabkan oleh korpus uteri yang berkontraksi sedangkan serviks tidak berkontraksi. Warna serviks berubah menjadi merah kehitaman karena mengandung banyak pembuluh darah dengan konsistensi lunak. Segera setelah janin dilahirkan, serviks masih dapat dilewati oleh tangan pemeriksa. Setelah 2 jam persalinan serviks hanya dapat dilewati oleh 2-3 jari dan setelah 1 minggu persalinan hanya dapat dilewati oleh 1 jari, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.

c.      Vagina

Vagina merupakan saluran yang menghubungkan rongga uterus dengan tubuh bagian luar. Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain dengan ukuran panjang ± 6, 5 cm dan ± 9 cm. Selama proses persalinan vagina mengalami penekanan serta pereganganan yang sangat besar, terutama pada saat melahirkan bayi. Beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, vagina tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur- angsur akan muncul kembali. Sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak dan jalan lahir dan merupakan saluran yang menghubungkan cavum uteri dengan tubuh bagian luar, vagina juga berfungsi sebagai saluran tempat dikeluarkannya sekret yang berasal dari cavum uteri selama masa nifas yang disebut lochea.

Karakteristik lochea dalam masa nifas adalah sebagai berikut:

1)     Lochea rubra/ kruenta Timbul pada hari 1- 2 postpartum, terdiri dari darah segar barcampur sisa- sisa selaput ketuban, sel- sel desidua, sisa- sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekoneum.

2)     Lochea sanguinolenta Timbul pada hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 postpartum, karakteristik lochea sanguinolenta berupa darah bercampur lendir.

3)     Lochea serosa Merupakan cairan berwarna agak kuning, timbul setelah 1 minggu postpartum.

4)     Lochea alba Timbul setelah 2 minggu postpartum dan hanya merupakan cairan putih (Walyani, 2017) Normalnya lochea agak berbau amis, kecuali bila terjadi infeksi pada jalan lahir, baunya akan berubah menjadi berbau busuk.

d.     Vulva Sama halnya dengan vagina, vulva juga mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Beberapa hari pertama sesudah proses melahirkan vulva tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva akan kembali kepada keadaan tidak hamil dan labia menjadi lebih menonjol

e.      Payudara (mamae)

Setelah pelahiran plasenta, konsentrasi estrogen dan progesteron menurun, prolactin dilepaskan dan sintesis ASI dimulai. Suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan pembengkakan vascular sementara. Air susu sata diproduksi disimpan di alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara dihisap oleh bayi untuk pengadaan dan keberlangsungan laktasi. ASI yang akan pertama muncul pada awal nifas ASI adalah ASI yang berwarna kekuningan yang biasa dikenal dengan sebutan kolostrum. Kolostrum telah terbentuk didalam tubuh ibu pada usia kehamilan ± 12 minggu. Perubahan payudara dapat meliputi :

1)     Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan hormon prolactin setelah persalinan.

2)     Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari ke 2 atau hari ke 3 setelah persalinan

3)     Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi (Walyani, 2017)

 

f.      Tanda- tanda vital

Perubahan tanda- tanda vital antara lain :

1)     Suhu tubuh

Setelah proses persalinan suhu tubuh dapat meningkat 0,5⁰ celcius dari keadaan normal namun tidak lebih dari 38⁰ celcius. Setelah 12 jam persalinan suhu tubuh akan kembali seperti keadaan semula.

2)     Nadi

Setelah proses persalinan selesai frekuensi denyut nadi dapat sedikit lebih lambat. Pada masa nifas biasanya denyut nadi akan kembali normal.

3)     Tekanan darah

Setelah partus, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya perdarahan pada proses persalinan.

4)     Pernafasan

Pada saat partus frekuensi pernapasan akan meningkat karena kebutuhan oksigen yang tinggi untuk tenaga ibu meneran/ mengejan dan memepertahankan agar persediaan oksigen ke janin tetap terpenuhi. Setelah partus frekuensi pernafasan akan kembali normal.

5)     Sistem peredaran darah (Kardiovaskuler)

Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan pembulu darah kembali ke ukuran semula.

6)     Sistem pencernaan

Pada ibu yang melahirkan dengan cara operasi (section caesarea) biasanya membutuhkan waktu sekitar 1- 3 hari agar fungsi saluran cerna dan nafsu makan dapat kembali normal. Ibu yang melahirkan secara spontan biasanya lebih cepat lapar karena telah mengeluarkan energi yang begitu banyak pada saat proses melahirkan. Buang air besar biasanya mengalami perubahan pada 1- 3 hari postpartum, hal ini disebabkan terjadinya penurunan tonus otot selama proses persalinan. Selain itu, enema sebelum melahirkan, kurang asupan nutrisi dan dehidrasi serta dugaan ibu terhadap timbulnya rasa nyeri disekitar anus/ perineum setiap kali akan b.a.b juga mempengaruhi defekasi secara spontan. Faktor- faktor tersebut sering menyebabkan timbulnya konstipasi pada ibu nifas dalam minggu pertama. Kebiasaan defekasi yang teratur perlu dilatih kembali setelah tonus otot kembali normal.

7)     Sistem perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan edema leher buli- buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12- 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Uterus yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.

8)     Sistem integumen

Perubahan kulit selama kehamilan berupa hiperpigmentasi pada wajah, leher, mamae, dinding perut dan beberapa lipatan sendri karena pengaruh hormon akan menghilang selama masa nifas. k. Sistem musculoskeletal Ambulasi pada umumnya dimulai 4- 8 jam postpartum. Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.

 

5.     Perubahan Psikologis Masa Nifas

            Adanya perasaan kehilangan sesuatu secara fisik sesudah melahirkan akan menjurus pada suatu reaksi perasaan sedih. Kemurungan dan kesedihan dapat semakin bertambah oleh karena ketidaknyamanan secara fisik, rasa letih setelah proses persalinan, stress, kecemasan, adanya ketegangan dalam keluarga, kurang istirahat karena harus melayani keluarga dan tamu yang berkunjung untuk melihat bayi atau sikap petugas yang tidak ramah. Minggu- minggu pertama masa nifas merupakan masa rentan bagi seorang ibu. Pada saat yang sama, ibu baru (primipara) mungkin frustasi karena merasa tidak kompeten dalam merawat bayi dan tidak mampu mengontrol situasi. Semua wanita akan mengalami perubahan ini, namun penanganan atau mekanisme koping yang dilakukan dari setiap wanita untuk mengatasinya pasti akan berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh pola asuh dalam keluarga dimana wanita tersebut dibesarkan, lingkungan, adat istiadat setempat, suku, bangsa, pendidikan serta pengalaman yang didapat (Maritalia, 2018). Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu masa nifas yaitu :

1)     Adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas Pada primipara, menjadi orang tua merupakan pengalaman tersendiri dan dapat menimbulkan stress apabila tidak ditangani dengan segera. Perubahan peran dari wanita biasa menjadi seorang ibu memerlukan adaptasi sehingga ibu dapat melakukan perannya dengan baik. Perubahan hormonal yang sangat cepat setelah proses melahirkan juga ikut mempengaruhi keadaan emosi dan proses adaptasi ibu pada masa nifas. Fase- fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas menurut Dewi (2012) antara lain adalah sebagai berikut :

a.      Fase taking in

Fase taking in merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami ibu lebih disebabkan karena proses persalinan yang baru saja dilaluinya. Rasa mules, nyeri pada jalan lahir, kurang tidur atau kelelahan, merupakan hal yang sering dikeluhkan ibu. Pada fase ini, kebutuhan istirahat, asupan nutrisi dan komunikasi yang baik harus dapat terpenuhi. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, ibu dapat mengalami gangguan psikologis berupa kekecewaan pada bayinya, ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami, rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya dan kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.

b.     Fase taking hold

Fase taking hold merupakan fase yang berlangsung antara 3- 10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya.

 

c.      Fase letting go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab peran barunya sebagai seorang ibu. Fase ini berlangsung selama 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya dan siap menjadi pelindung bagi bayinya. Perawatan ibu terhadap diri dan bayinya semakin meningkat. Rasa percaya diri ibu akan peran barunya mulai tumbuh, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu ibu untuk lebih meningkatkan rasa percaya diri dalam merawat bayinya. Kebutuhan akan istirahat dan nutrisi yang cukup masih sangat diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.

2)     Postpartum blues (Baby blues)

Postpartum blues merupakan perasaan sedih yang dialami oleh seorang ibu berkaitan dengan bayinya. Biasanya muncul sekitar 2 hari sampai 2 minggu sejak kelahiran bayi. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Ibu yang mengalami baby blues akan mengalami perubahan perasaan, menangis, cemas, kesepian khawatir, yang berlebihan mengenai sang bayi, penurunan gairah sex, dan kurang percaya diri terhadap kemampuan menjadi seorang ibu. Jika hal ini terjadi, ibu disarankan untuk melakukan hal- hal berikut ini :

a.      Minta suami atau keluarga membantu dalam merawat bayi atau melakukan tugas- tugas rumah tangga sehingga ibu bisa cukup istirahat untuk menghilangkan kelelahan.

b.     Komunikasikan dengan suami atau keluarga mengenai apa yang sedang ibu rasakan, mintalah dukungan dan pertolongannya

c.      Buang rasa cemas dan kekhawatiran yang berlebihan akan kemampuan merawat bayi

d.     Carilah hiburan dan luangkan waktu untuk istirahat dan menyenangkan diri sendiri, misalnya dengan cara menonton, membaca, atau mendengar musik (Maritalia, 2018).

3)     Depresi postpartum Seorang ibu primipara lebih beresiko mengalami kesedihan atau kemurungan postpartum karena ia belum mempunya pengalaman dalam merawat dan menyusui bayinya. Kesedihan atau kemurungan yang terjadi pada awal masa nifas merupakan hal yang umum dan akan hilang sendiri dalam dua minggu sesudah melahirkan setelah ibu melewati proses adaptasi. Ada kalanya ibu merasakan kesedihan karena kebebasan, otonomi, interaksi sosial, kemandiriannya berkurang setelah mempunyai bayi. Hal ini akan mengakibatkan depresi pasca persalinan (depresi postpartum). Ibu yang mengalami depresi postpartum akan menunjukkan tanda- tanda berikut: sulit tidur, tidak ada nafsu makan, perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol, terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi, tidak menyukai atau takut menyentuh bayi, pikiran yang menakutkan mengenai bayi, sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan bayi, sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan diri, gejala fisik seperti sulit bernafas atau perasan berdebar- debar. Jika ibu mengalami sebagian dari tanda- tanda seperti yang diatas sebaiknya segera lakukan konseling pada ibu dan keluarga. d. Respon antara ibu dan bayi setelah persalinan Respon antara ibu dan bayi setelah persalinan menurut Maritalia (2018) antara lain :

a.      Touch (Sentuhan) Sentuhan yang dilakukan ibu pada bayinya seperti membelai- belai kepala bayi dengan lembut, mencium bayi, menyentuh wajah dan ektremitas, memeluk dan menggendong bayi, dapat membuat bayi merasa aman dan nyaman. Biasanya bayi akan memeberikan respon terhadap sentuhan ibu dengan cara menggenggam jari ibu atau memegang seuntai rambut ibu. Gerakan lembut ibu ketika menyentuh bayinya akan menenangkan bayi.

b.     Eye to eye contact (Kontak mata) Kontak mata mempunya efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang penting sebagai hubungan antar manusia pada umumnya. Bayi baru lahir dapat memusatkan perhatian pada suatu obyek, satu jam setelah kelahiran pada jarak sekitar 20- 25 cm, dan dapat memusatkan pandangan sebaik orang dewasa pada usia sekita 4 bulan. Kontak mata antara ibu dan bayinya harus dilakukan sesegera mungkin setelah bayi lahir.

c.      Odor (Bau badan) Pada akhir minggu pertama kehidupannya seorang bayi dapat mengenali ibunya dari bau badan dan air susu ibunya. Indra penciuman bayi akan terus terasah jika seorang ibu dapat terus memberikan ASI pada bayinya.

d.     Body warm (Kehangatan tubuh) Bayi baru lahir sangat mudah mengalami hypothermi karena tidak ada lagi air ketuban yang melindungi dari perubahan suhu yang terjadi secara ekstrim di luar uterus. Jika tidak ada komplikasi yang serius pada ibu dan bayi selama persalinan, bayi dapat diletakkan di atas perut ibu segera setelah dilakukan pemotongan tali pusat.

e.      Voice (Suara) Sejak dilahirkan, bayi dapat mendengar suara- suara dan membedakan nada, meskipun suara- suara terhalang selama beberapa hari oleh cairan amnion dari rahim yang melekat pada telinga.

f.      Entrainment (Gaya Bahasa) Bayi baru lahir mulai membedakan dan menemukan perubahan struktur bicara dan bahasa dari orang- orang yang berada disekitarnya. Perubahan nada suara ibu ketika berkomunikasi dengan bayinya seperti bercerita, mengajak bercanda atau sering memarahi bayi, secara perlahan mulai dapat dipahami dan dipelajari bayi.

g.     Biorhythmic (Irama kehidupan) Selama lebih kurang 40 minggu di dalam rahim, janin terbiasa mendengar suara detak jantung ibu. Dari suara detak jantung tersebut, janin mencoba mengenali biorhythmic ibunya dan menyesuaikan dengan irama dirinya sendiri. Setelah lahir, suara detak jantung ibu masih akan berpengaruh terhadap bayi.

6.     Kebutuhan Masa Post Partum

a.      Nutrisi dan Cairan

Masalah nutrisi perlu mendapat perhatian karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Kebutuhan gizi iba saat menyusui adalah sebagai berikut:

1)     Konsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari

2)     Diet berimbang protein, mineral dan vitamin

3)     Minum sedikitnya 2 liter tiap hari (+8 gelas)

4)     Fe/tablet tambah darah sampai 40 hari pasca persalinan

5)     Kapsul Vit. A 200.000 unit


b.     Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) adalah kebijaksanaan agar secepatnya tenaga kesehatan membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidur membimbing secepat mungkin untuk berjalan. Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24 - 48 jam postpartum. Hal ini dilakukan bertahap. Ambulasi dini tidak dibenarkan pada ibu post partum dengan penyulit misalnya anemia, penyakit jantung penyakit paru-paru, demam dan sebagainya.

Keuntungan dari ambulasi dini:

1)     Ibu merasa lebih sehat

2)     Fungsi usus dan kandung kemih lebih baik.

3)     Memungkinkan kita mengajarkan ibu untuk merawat bayinya.

4)     Tidak ada pengaruh buruk terhadap proses pasca persalinan, tidak memengaruhi penyembuhan luka, tidak menyebabkan perdarahan, tidak memperbesar kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri.

 

c.      Eliminasi

Setelah 6 jam post partum diharapkan. ibu dapat berkemih, jika kandung kemih penuh atau lebih dari 8 jam belum berkemih disarankan melakukan kateterisasi. Hal-hal yang menyebabkan kesulitan berkemih (predlo urine) pada post partum:

Berkurangnya tekanan intra abdominal.

1)     Otot-otot perut masih lemah.

2)     Edema dan uretra

3)     Dinding kandung kemih kurang sensitif

4)     Ibu post partum diharapkan bisa defekasi atau buang air besar setelah hari kedua post partum jika hari ketiga belum delekasi bisa diberi obat pencahar oral atau rektal.

 

d.     Kebersihan diri

Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu kebersihan tubuh pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap terjaga. Langkah langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama perineum

2) Mengajarkan ibu cara memberikan alat kelamin dengan sabun dan air dari depan ke belakang

3) Sarankan ibu ganti pembalut setidaknya dua kali sehari

4) Membersihkan tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan alat kelamin

5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi luka jahit pada alat kelamin, menyarankan untuk tidak menyentuh daerah tersebut (Elisabeth Siwi Walyani, 2018).

 

 

 

7.     Tanda –Tanda Bahaya Masa Nifas (Post Partum)

a.      Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut saniter dalam waktu setengah jam)

b.     Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras.

c.      Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung Sakit Kepala yang terus menerus. nyeri epigastrium, atau, masalah penglihatan.

d.     Pembengkakan pada wajah dan tangan Deman muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan Payudara yang memerah panas dan/atau sakit.

e.      Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan Rasa sakit. warna merah, kelembutan dan/atau pembengkakan pada kaki.

f.      Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri-sendiri atau bayi.

g.     Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah (Wilujeng & Hartati, 2018).

 

8.     Infeksi Masa Nifas

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua pera dangan alat-alat genitalia dalam masa nifas. Infeksi setelah persa linan disebabkan oleh bakteri atau kuman. Infeksi masa nifas ini menjadi penyebab tertinggi angka kematian ibu (AKI) (Anik Maryunani, 2018).

a.       Tanda dan Gejala Masa Nifas

Demam dalam nifas sebagian besar disebabkan oleh infeksi nifas, Oleh karena itu, demam menjadi gejala yang penting untuk diwaspadai apabila terjadi pada ibu postpartum. Demam pada masa nifas sering disebut morbiditas nifas dan merupakan indeks kejadian infeksi nifas. Morbiditas nifas ini ditandai dengan suhu 38'C atau lebih yang terjadi selama 2 hari berturut-turut. Kenaikan suhu ini terjadi sesudah 24 jam postpartum dalam 10 hari pertama masa nifas. Gambaran klinis infeksi nifas dapat berbentuk:

1)     Infeksi Lokal

Pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna kulit, pengeluaran lokhea bercampur nanah, mobilitasi terbatas karena rasa nyeri, temperatur badan dapat meningkat.

2)     Infeksi Umum

Tampak sakit dan lemah, temperatur meningkat, tekanan darah menurun dan nadi meningkat, pernapasan dapat meningkat dan terasa sesak, kesadaran gelisah sampai menurundan koma, terjadi gangguan involusi uterus, lokhea berbau dan bernanah kotor.

b.      Faktor Penyebab Infeksi

1)     Persalinan lama, khususnya dengan kasus pecah ketuban terlebih dahulu.

2)     Pecah ketuban sudah lama sebelum persalinan.

3)     Pemeriksaan vagina berulang-ulang selama persalinan, khususnya untuk kasus pecah ketuban.

4)     Teknik aseptik tidak sempurna.

5)     Tidak memperhatikan teknik cuci tangan.

6)     Manipulasi intrauteri (misal: eksplorasi uteri, penge luaran plasenta manual).

7)     Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka seperti laseri yang tidak diperbaiki.

8)     Hematoma.

9)     Hemorargia, khususnya jika kehilangan darah lebih dari 1.000 ml.

10) Pelahiran operatif, terutama pelahiran melalui SC.

11) Retensi sisa plasenta atau membran janin.

12) Perawatan perineum tidak memadai.

13) Infeksi vagina atau serviks yang tidak ditangani.

 

9.     Perawatan Masa Nifas

Dalam masa nifas ini, ibu memerlukan perawatan dan pengawasan yang dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah keluar dari rumah sakit. Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah Sri Wahyuningsih, (2019)

a.      Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas Tujuan perawatan masa nitas adalah untuk mendeteksi adanya kemungkinan adanya pendarahan post partum, dan infeksi, penolong persalinan harus waspada, sekurang-kurangnya satu jam post partum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan. Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan, lebih lebih bila partus berlangsung lama.

b.     Menjaga kesehatan ibu dan bayinya Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis harus diberikan oleh penolong persalinan ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan, mengajarkan ibu bersalin bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air bersihkan daerah di sekitar vulva dahulu, dari depan ke belakang dan baru sekitar anus. Sarankan ibu mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudahnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.

c.      Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi. Bidan bertugas untuk melakukan pengawasan kala IV yang meliputi pemeriksaan placenta, pengawasan TFU, pengawasan PPV, pengawasan konsistensi rahim dan pengawasan KU ibu. Bila ditemukan permasalahan maka segera melakukan tindakan sesuai dengan standar pelayanan pada penatalaksanaan masa nifas.

d.     Memberikan pendidikan kesehatan diri Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. Ibu post partum harus diberikan pendidikan pentingnya di antara lain kebutuhan gizi ibu menyusui.

1.     Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

2.     Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup

3.     Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum sebelum menyusui).

e.      Memberikan pendidikan tentang laktasi dan perawatan payudara

1.      Menjaga payudara tetap bersih dan kering

2.      Menggunakan BH yang menyokong payudara.

3.      Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui Menyusui tetap dilakukan mulai dan putting susu yang tidak lecet.

4.      Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya bendungan.

 

BAB III

PEMBAHASAN

 

A.    Trend Dan Issue Banyaknya Jumlah Ibu Nifas Yang Mengalami Kematian Akibat Adanya Infeksi Pada Luka Perenium Yang Tidak Membaik.

            Infeksi nifas masih merupakan penyebab utama kematian ibu terutama di negara berkembang seperti Indonesia. 10% kematian ibu terjadi pada masa nifas dan disebabkan oleh infeksi nifas akibat kurangnya perawatan luka, 42% terjadi akibat perdarahan, 13% karena eklampsi dan 11% komplikasi nifas (Suyono, 2018). Menurut data World Health Organization (WHO) angka robekan perineum diperkirakan mencapai 6.3 juta pada tahun 2020. Di Amerika dari 26 juta ibu bersalin terdapat 40%mengalami rupture perineum. Di Asia masalah robekan perineum cukup banyak dalam masyarakat, 50% daari kejadian robekan perineum di dunia terjadi di Asia(Wulan, Juliani, Arma, Marsaulina, & Syari, 2021).

Luka perineum salah satu faktor predisposisi terjadinya infeksi masa nifas. Bentuk infeksi ini bervariasi dan bersifat lokal hingga mengakibatkan sepsis dan kematian masa nifas. Salah satu faktor resiko penyebab terjadinya infeksi perineum yaitu penyembuhan luka perineum yang lama. Penyembuhan luka jahitan perineum dalam masa nifas yang cepat sangat diharapkan menghindari ibu nifas dari bahaya infeksi serta keluhan fisiologis (Mochtar, 2019).

            Penyembuhan luka yang mengalami kelambatan di sebabkan karena beberapa masalah diantaranya perdarahan yang disertai dengan perubahan tanda tanda vital, infeksi seperti kulit kemerahan, demam dan timbul rasa nyeri, pecahnya luka jahitan sebagian atau seluruhnya akibat terjadinya trauma serta menonjolnya organ bagian dalam kearah luar akibat luka tidak segera menyatu dengan baik. Bentuk kesembuhan luka perineum yang baik adalah kesembuhan perprimer. Kesembuhan tersebut cirinya adalah tepi luka yang disatukan oleh jahitan menutup berhadapan, jaringan granulasi minimal dan jaringan paru tidak tampak. Dalam penyembuhan luka perinieum dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok Eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen proses penyembuhan luka perinieum 7 hari penyembuhan artinya pada luka perineum sudah membaik dengan terbentuknya jaringan baru. Sedangkan pada kelompok kontrol proses penyembuhan luka pada hari ke-10, letak dari perbedaan kelompok tersebut yakni pada selisih waktu dari kedua kelompok perlakuan menunjukkan waktu pada kelompok eksperimen yang lebih cepat dibandingkan kelompok kontrol, karena adanya pengaruh ekstrak ikan gabus yang mengandung albumin dan mineral tinggi sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka perineum. Terdapat perbedaan selisih 3,2 hari dalam proses penyembuhan luka antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (Karina, Nini, Wagiyo, & Elisa, 2017).

            Nutrisi merupakan pondasi untuk proses penyembuhan luka lebih cepat. Nutrisi yang baik akan memfasilitasi penyembuhan, dan menghambat atau bahkan menghindari keadaan malnutrisi. Nutrisi yang paling penting yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka yaitu mengkonsumsi makanan yang sarat akan ptotein. Protein dapat diperoleh dari hewan atau tumbuh-tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani misalnya daging, susu atau telur. Sedangkan protein dari tumbuhan disebut protein nabati yang terdapat pada kacang – kacangan. Kandungan protein hewani tertinggi terdapat di ikan gabus (Channa striata) dengan kadar protein 20 gram, dan telur sebanyak 12,8 gram (Wulan et al., 2021). Kelebihan ikan gabus lainnya adalah kandungan albumin yang tinggi. Penelitian secara klinis albumin ikan gabus membuktikan bahwa ekstrak ikan gabus mempunyai kandungan albumin yang tinggi dan bisa menyembuhkan luka operasi. Pemberian ekstrak ikan gabus selama 10 – 14 hari dapat meningkatkan kadar albumin darah 0,6 – 0,8 gram/dl. Ikan gabus (Channa striata) merupakan salah satu jenis ikan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung protein dan albumin yang tinggi. Daging ikan gabus mengandung 70% protein dan 21% albumin. Di samping itu, daging ikan gabus juga mengandung asam amino yang lengkap serta mikronutrien zinc, selenium dan iron. Kandungan lain dalam daging ikan gabus adalah alisin, alil sulfide dan furostanol glikosida (Nurpudji, 2019).

            Hal tersebut di dukung dengan Penelitian yang dilakukan Fajri, Hadisaputro, & Soejoenoes (2018 dengan judul “The Effect of Shake Fish Extract (Channa striata) on Post partum  Section Wound Status in Postpartum Anemia Mother” menyatakan bahwa ada hubungan ikan gabus terhadap penyembuhan luka pada ibu postpartum dimana didapatkan hasil bahwa kelompok dengan pemberian ikan gabus lebih cepat dalam proses penyembuhan luka.

   Dari fakta dan opini yang ada ikan gabus menjadi tren dalam dunia keperawatan untukk mengatasi penyembuhan luka pada perenium.hal tersebut sudah terbukti secara efektif, untuk menjadi solusi penyembuhan luka pada perenium pada post partum spontan.

            Dari hasil diskusi kelompok bahwa dalam kandungan ikan gabus mampu menjadi salah satu alternatif solusi untuk penyembuhan pada luka perenium post partum yang sangat mudah di dapat dan juga mudah di terapkan dalam mempercepat penyembuhan.

 

B.    Langkah Strategi Dalam Menghadapi Trend Issue Banyaknya Jumlah Ibu Nifas Yang Mengalami Kematian Akibat Adanya Infeksi Pada Luka Perenium Yang Tidak Membaik.

1.     Perawatan puerperium

Perawatan puerperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini (early mobilization). Perawatan mobilisasi secara dini mempunyai keuntungan, sebagai berikut:

a.      Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi perineum

b.     Memperlancar involusi alat kandungan

c.      Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan

d.     Meningkatkan kelancaran peredaran darah ,sehingga mempercepat fungsi ASI pengeluaran sisa metabolisme.

2. Kebutuhan Pada Masa Nifas ada beberapa macam kebutuhan saat nifas antara lain :

a.   Nutrisi

          Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25% karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi.

b.   Ambulasi

     Klien sudah di perbolehkan bangun dari tempat tidur dan dalam 24-48 jam postpartum. Keuntungannya early ambulation adalah :

1) Klien merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat.

2) Faal usus dan kandungan kencing lebih baik.

3) Dapat lebih memungkinkan dalam menggajari ibu untuk merawat atau memelihara anaknya, memandikan dan lain-lain selama ibu masih dalam perawatan

c. Eliminasi

1) Miksi ( BAK )

    Miksi di sebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam dan ibu di usahakan dapat buang air kecil.

2) Defekasi ( BAB )

Biasanya 2-3 hari post partum masih sulit buang air besar.

3) Kebersihan diri

Ibu nifas dapat melakukan mandi dan yang terutama di bersihkan adalalah putting susu dan mamae dilanjutkan perineum.

a)     Perawatan perineum Apabila setelah buang air kecil atau buang air besar perineum di bersihkan secara rutin. Caranya di mulsi dsri simpisis sampai anal sehingga tidak terjadi infeksi cara membersihkanya dengan sabun yang lembut minimal sekali sehari. Biasanya ibu merasa takut pada kemungkinan jahitan akan lepas, juga merasa sakit sehingga perineum tidak di bersihkan atau di cuci. Ibu di beri tahu caranya mengganti pembalut yaitu bagian dalamnya jangan sampai terkontaminasi oleh tangan. Pembalut yang sudah kotor harus diganti paling sedikit 4 kali dalam sehari.

b)     Perawatan payudara

1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama putting susu dengan menggunakan BH yang menyongkong payudara

 2) Apabila putting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap selesai menyusui. Menyusui tetap di lakukan di mulai dari putting yang tidak lecet. 3) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam, ASI di keluarkan dan di minumkan dengan mnenggunakan sendok.

4) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat di berikan paracetamol 1 tablet setiap 4-6 jam

4. senam nifas

Senam nifas yang di lakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai hari ke sepuluh terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang di lakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu. Tujuan di lakukannya senam nifas pada ibu setelah melahirkan:

a.      Menggurangi rasa sakit pada otot-otot

b.     Memperbaiki perdarahan

c.      Menggencangkan otot-otot perut dan perineum

d.     Melancarkan penggeluaran lochea

e.       Mempercepat involusi

f.       Menghindarkan kelainan, misalnya : emboli, thrombosis, dll

g.     Untuk mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi dan meningkatkan otot-otot punggung, pelvis dan abdomen.

h.     Kegel exercise : untuk membantu penyembuhan luka perineum

i.       Meredakan hemoroid dan varikositas vulva

j.       Memperbaiki respon seksual

Manfaat senam nifas antara lain :

a.      Senam nifas membantu memperbaiki sirkulasi darah

b.     Senam nifas membantu memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan

c.      Memperbaiki otot tonus

d.     Memperbaiki pelvis dan peregangan otot abdomen

e.      Memperbaiki juga memperkuat otot panggul

f.      Membantu ibu untuk lebih rileks dan segar pasca melahirkan

 


C.    Analisi kelompok : konsep langkah strategis dalam menghadapi trend issue perubahan keperawatan à PICO

P: Populasi (Siapakah yang menjadi populasi/sampel penelitian?)

I: Intervensi (Bagaimana intervensi yang diberikan untuk melakukan proses penyembuhan luka perineum dengan ikan gabus)

C:Compare (Adakah faktor pembanding terapi untuk penyembuhan luka perineum)

O: Outcome (Bagaimana hasil penelitian tentang pmberian ikan gabus untuk penyembuhan luka perineum?)

POPULASI/

PASIEN

INTERVENSI

COMPARASION

OUTCOME

TIME/LAMA PENELITIAN

JURNAL

Responden berjumlah 30 sampel ibu nifas. Dibagi menjadi dua kelompok yaitu. Kelompok intervensi 15 dan kelompok control 15

Intervensi yang diberikan yaitu dengan memberikan ikan gabus mentah 100gram/3 kali/hari selama 10 hari. Dan dilakukan observasi untuk mengevaluasi luka perineum

Pada kelompok placebo hanya diobservasi selama 10 hari

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif konsumsi ikan gabus terhadap penyembuhan luka perineum ibu nifas dengan nilai sig P= 0.000<0.05. hari ke 6 luka sudah membaik 50% dan saat 10 hari setelah pemberian intervensi luka 100% mengering,

 

Penelitian dilaksankan pada tanggal 5 juni sampai 12 agustus 2017

Consumption of snakehead fish (Channa Striata) on post partum Maternal Perineal Wound Healing

Citra purwanti 2019

(Purwanti, Natalina, & Marlin, 2019)

Responden berjumlah 102 pada pasien setelah dilakukan operasi general.

Kelompok dibagi menjadi dua yaitu kelompok intervensi 51 dan kelompok placebo 51

Intervensi yang diberikan yaitu dengan memberikan ekstrak ikan gabus (channa striatus) berbentuk spray yang disemprotkan pada area insisi luka. Disemprotkan 1kali/hari selama 6 minggu. setelah itu luka diobservasi  menggunakan instrumen  Visual analog cosmetic scale (VACS) , Wound Evaluation scale (WES) dan Vancouver Scar Scale (VSS)

Kelompok placebo menerima diberikan spray tanpa ikan gabus selama 6 minggu. setelah itu luka diobservasi  menggunakan instrumen  Visual analog cosmetic scale (VACS) , Wound Evaluation scale (WES) dan Vancouver Scar Scale (VSS)

Hasil yang didapatkan pemberian spray ikan gabus (channa Striatus) efektif dalam penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dibandingkan dengan kelompok placebo yang tidak diberikan tindakan. Hasil terus membaik pada observasi diminggu ke 2, ke 4 dan minggu ke 6.

 

Penelitian dilakukan pada bulan juni 2018 selama 6 minggu.

Snakehead consumtion enhances wound healing from tradition to modern clinical practice: a Prospective randomized controlles trial

(Sahid et al., 2018)

Responden berjumlah 27 sampel ibu dengan postpartum Sc. Dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi 14 dan kelompok control 13.

Intervensi yang diberikan memberikan ikan gabus goreng atau sup 100 gram/hari pemberian 5 pasca SC. Intervensi dilakukan selama 14 hari. Setelah itu diobservasi untuk penilaian luka dengan kriteria tanda-tanda infeksi, tidak ad aperdarah, pembentukan bekuan darah di fibrin, luka kering atau adanya abses.

Pad akelompok control tidak diberikan tindakan hanya diobservasi selama 14 hari

Kelompok intervensi mengalami penyembuhan luka cepat sebanyak 14 orang (82.4%) dan kelompok control mengalami penyembuhan luka lambat sebanyak 13 orang (76.5%). Hasil P= 0.002<0.05 yang artinya konsumsi ikan gabus dapat mempercepat penyembuhan luka pasca operasi Caesar sekitar 82.4%.

 

Penelitian diambil selama 14 hari

The effect of fiving gabus fish on the healing process of prosoperative section caesarean

(Purba et al., 2020)

Responden berjumlah 66 ibu post sc LSCS (Lower segment caeseraen section) atau pada ibu operasi Caesar segmen bawah.

Dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi 33 dan kelompok placebo 33.

Intervensi yang diberikan yaitu dengan pemberian ektra channa striatus 500mg (2kapsul/hari) selama 6 minggu. Dilakukan observasi setiap minggu ke 2, kke 4 dan minggu ke 6 pasca operasi.

Kelompok placebo diberikan 500 mg maltodekstrin (2kapsul/hari) selama 6 minggu

Hasil menunjukkan nilai bahwa asupan harian ekstrak channa striatus efektiv untuk pemulihan dan involusi uterus pada ibu pasca LSCS dibandingkan dengan kelompok placebo. Sig P= 0.001<0.05

Penelitian pengambilan dilakukan selama 6 minggu

Randomized Controlled Trial on the Effect of

Channa striatus Extract on Measurement of

the Uterus, Pulsatility Index, Resistive Index

of Uterine Artery and Superficial Skin Wound

Artery in Post Lower Segment Caesarean

Section Women

(Bakar et al., 2018)

 

Eksperimen dilakukan pada 30 sampel tikus jantan wistar yang sengaja dilukai.  Dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi 15 dan kelompok placebo 15

Intervensi yang diberikan yaitu dengan memberikan 81 mg/hari ekstrak channia striata (ikan gabus) selama 10 hari

Kelompok placebo diberikan natrium karbosimetil selulosa selama 10hari

Hasil pada kelompok intervensi kadar albumin lebih tinggi, menunjukkan tingkat neutrophil yang lebih rendah dan limfosit yang lebih tinggi dimana selama intervensi 10 hari luka sayatan pada tikus dapat membaik dan mengering. Maka ada efektivitas dari ekstrak channia striata untuk meningkatan serum albumin dan untuk pemulihan pada luka

 

Pengambilan data dilakukan selama 10 hari

 Effects of Channa striata Extract on Albumin Serum and Neutrophil-to-Lymphocyte Ratio in Hyperglycemic Rats with Wound Injury: A Randomized Control Study

(Taslim et al., 2022)

Responden 60 ibu nifas dengan luka perineum derajat I dan II. Kelompok intervensi 30 dan kelompok control 30 .

Intervensi yang diberikan dengan memberikan ikan gabus untuk dikonsumsi 3kali/hari selama 10 hari dan dilakukan observasi

Kelompok control tidak diberikan perlakuan hanya diobservasi selama penelitian berlangsun g

Didapatkan hasil P=0.000<0.05 diman menunjukkan adanya pengaruh konsumsi ikan gabus terhadap percepatan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.

Pebelitian dilakukan selama 10 hari

The effect of snakehead fish (channa striata) consumption in accelerating perinium wound healing

(Susilawati, Patimah, & Imaniar, 2021)

Penelitian ini menggunakan 27 sampel tikus wistar. Dibagi menjadi 3 kelompok yaitu, kelompok intervensi 1, kelompok intervensi 2 dan kelompok placebo

Kelompok intervensi 1: diberikan 50% ekstrak ikan gabus dan diberikan aquadeest selama 5 hari 

Kelompok intervensi 2: diberikan 100% ekstrak ikan gabus selama 5 hari

Kelompok placebo hanya diberikan aquadest saja pad luka selama 5 hari 

Pada kelompok intervensi dan kelompok placebo ada perbedaan signifikan dimana terdapat pengaruh 100% pemberian ekstrak ikan gabus terhadap penurunan makrofag dan pembuluh darah pada reaksi inflamasi luka pada kulit.

 

Pengambilan data diambil selama 5 hari

 The Effect of Snakehead Fish (Channa striata) Extract on Inflammation Reaction of Skin Wound Tissue in Rattus novergicus Wistar Strain

(Ramadhanti, Sandhika, Dwi, & Widodo, n.d.2021)

Responden berjumlah 20 sampel. Dengan kriteria inklusi : ibu postpartum hari pertama yang engalami luka perineum dengan derajat II dan bersedia menjadi responden dalam penelitian.

Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi n=10 dan kelompok control n=10.

Intervensi yang diberikan yaitu dengan memberikan olahan ikan gabus yang sudah dikukus seberat 100gr selama 8 hari. Dan setelah itu diberikan post test pengukuran penyembuhan luka dengan instrumen REEDA (Redness, Edema, Ecchymosis, Discharge, Approximation) dengan kategori penyembuhan cepat <6hari, Sedang 6-7 hari dan lama >7hari

Pada kelompok control hanya dilakukan pengamatan saja dan dilakukan posttest pengukuran penyembuhan luka dengan instrumen REEDA (Redness, Edema, Ecchymosis, Discharge, Approximation) dengan kategori penyembuhan cepat <6hari, Sedang 6-7 hari dan lama >7hari

Pada kelompok intervensi didapatkan hasil 7 orang (70%) penyembuhan luka cepat dan 3 orang (30%) penyembuhan luka normal. Sedangkan pada kelompok control didapatkan hasil 7 orang penyembuhan luka lama, dan3 orang dengan penyembuhan luka normal. Dari hasil tersebut didapatkan nilai sig= 0.004<0.05 maka adanya pengaruh ikan gabus kukus terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu postpartum

 

Penelitian dilakukan selama 8 hari di klinik niar medan

Pemberian ikan gabus dalam penyembuhan luka erineum pada ibu post partum

Mayang wulan, sri juliani

Jurnal Kebidanan Malahayati (JKM) vol 7, No 4 Oktober 2021

(Wulan et al., 2021)

Responden berjumlah 34sampel  Ibu Post Partum yang tingkat luka perineum derajat I dan derajat II dibagi menjadi kelompok eksperimen N=17 dan kelompok kontrol N=17.

Intervensi yang dilakukan dengan memberikan ekstra ikan gabus sebanyak 500mg diminum 3 kali perhari saat pagi (jam 08:00), siang (jam 15:00), dan malam (jam 22:00) pada hari ke 1 postpartum sampai dengan hari ke-10.

Pada kelompok kontrol tidak ada perlakuan

P<0.05 dimana pemberian penambahan ekstrak ikan gabus lebih efektif terhadap penyembuhan luka perineum ibu postpartum dibandingkan dengan yang tidak diberikan ektrak ikan gabus.

Pengamatan dilakukan selama 10 hari

Eksrak Ikan Gabus Terhadap Luka Perineum

Suci Mega sari,anggraini , Ratna dewi putri

Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 4, 2020

(Mega, Anggraini, & Dewi, 2020)

Responden berjumlah 22 sampel ibu postpartum derajat II. Sampel dibagi menjadi dua kelompok, kelompok intervensi N=11 dan kelompok control N=11

Kelompok eksperimen diberikan kukusan ikan gabus 700gr selama 7 hari.

Kelompok control tidak diberikan tindakan seperti kelompok eksperimen.

P<0.000dimana terdapat pengaruh signifikan ikan gabus terhadap penyembuhan pada luka perineum grade II. Seaat di observasi pad hari ke-8 ibu post partum mengalami penyembuhan luka perineum total dan tidak ada tanda adanya infeksi perineum.

Penelitian dilakukan pada bulan November 2019 sampai bulan januari 2020. Peelitian dilakukan selama 8 hari.

Pengaruh ikan gabus terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu postpartum di puskesmas sunga piring tahun 2019

Rika Aldesta, Rifa Rahmi, Fajar Sari Tanberika

Jurnal Medikes (media Informasi Kesehatan), volume 7, Nomor 1 2020

(Aldesta, Rahmi, & Tanberika, 2020)

 

Responden berjumlah 30 sampel dengan kriteria inklusi:

ibu postpartum fisiologi dengan laserrasi perineum, ibu post partum hari ke 1 setelah melahirkan, ibu postpartum yang mau konsumsi ikan gabus.

Sampel dibagi menjadi 2 kelompok : kelompok perlakuan n=15 dan kelompok control n=15

 

Intervensi yang diberikan yaitu dengan pemberian ikan gabus kukus satu hari 3kali selama 10 hari. Kemudian diobservasi pengaruhnya terhadap penyembuhan luka perineum pada hari pertama, hari keempat, hari ketujuh dan hari ke sepuluh.

Kelompok control dilakukan pengamatn saja

Hasil analisis data yang didapatkan P<0,05 dengan rata-rata lama peyembuhan kelompok eksperimen 7hari sedangkan kelompok control 10 hari. Maka dapat diartikan bahwa ikan gabus kukus lebih efektif terhadap peyembuhan luka laserasi perineum ibu postpartum.

Penelitian dilakukan selama 10 hari. Dan observasi dilakukan pada hari pertama, keempat, ketujuh dann sepuluh.

Efektivitas pemberian ikan gabus kukus terhadap penyembuhan laserasi perineum pada ibu postpartum

Fauziah, Fitriana, Siti noorbaya

Indonesian Journal of Midwife (IJM) vol 3 No 2 , September 2020

(Fauziah, Fitriana, & Noorbaya, 2020)

Responden berjumlah 40 sampel dengan kriteria inklusi : ibu postpartum fisiologis dengan luka perineum derajat 1-3 setelah melahirkan.

Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi 20 dan kelompok control 20

Intervensi yang diberikan setia hari selama 10 hari berturut-turut 100gr/hari dan dikonsumsi 3kali/hari. Setelah itu diobservasi menggunakan instrumen REEDA.

Pada keompok control tidak diberikan perlakuan hanya diobservasi menggunakan instrumen REEDA

Rata-rata waktu penyembuhan luka kelompok intervensi 4.73 hari sedangkan kelompok control 6.68 hari. Didapatkan nilai p= 0.000<0.05 maka dapat diartikan bahwa abon ikan gabus berpengaruh terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu nifas

Penelitian dilakukan dari bulan April-Juli 2020

Pengaruh mengkonsumsi abon ikan gabus untuk mempercepat penyembuhan luka perineum pada ibu nifas (shredded cork fish accelerates perineal wound healing in postpartum mother)

Dita selviana

Jurnal kebidanaj basurek vol 6 No 1 2021

(Selvianti & Nilawati, 2021)

 

Responden berjumlah 30  sampel ibu nifas dengan rupture perineum derajat II. Kelompok dibagi menjadi dua bagian yaitu kelompok eksperimen 15 dan kelompok control 15.

Intervensi yang diberikan yaitu dengan memberikan ekstra ikan gabus selama 7 hari. Dan dilakukan pengukuran kadar IL-6 dilakukan setelah bersalin hari pertama dan selama pemberian intervensi 7 hari.

Pada kelompok control diberikan health education selama 7 hari dan dilakukan pengukuran kadar IL-6 selama 7 hari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara signifikan terhadap pemberian ekstra ikan gabus terhadap penurunan kadar IL-6 dengan hasil yaitu kelompok intervensi p=0.02<0.05 dan kelompok control p=1.00>0.05

Penelitian dilakukan pada bulan September 2017

Pengaruh Pemberian Ikan Gabus Terhadap Kadar Interleukin-6 pada ibu nifas dengan rupture perineum

Irmayanti

Jurnal Voice OF Midwifery Vol 5 No 7 2018

(A.Oka, 2018)

 

Terdapat 5 partisipan ibu post partum spontan yang mengalami laserasi perineum derajat 2.

Intervensi yang diberikan yaitu dengan pemberian suplementasi zinc dan ekstrak ikan gabus. Pasrtisipan diobservasi sejak hari pertama pasca melahirkan mengkonsumsi 1 tablet suplemen zinc 20mg dan 2 kapsul ekstra ikan gabus 500mg secara rutin hingga hari ke 7. Setelah itu dilakukan skoring dengan metode observasi menggunakan instrumen REEDA dan evaluasi dilakukan pada hari ke 7

 

Penelitian ini tidak ada kelompok pembanding karena menggunakan penelitian deskriptif analitik dengan pendnekatan studi kasus.

Sebelum dilakukan penerapan pemberian suplemen zinc dan ekstrak ikan gabus ini score luka dalam rentang 11-12. Setelah dilakukan intervensi pemberian suplemen zinc dan ekstrak ikan gabus kelima partisipan luka membaik selama 7 hari.

Analisis data diambil selama 7 hari observasi dengan pasien

Pemberian suplementasi zinc dan ekstrak ikan gabus untuk mempercepat penyembuhan luka perineum

Rafilah intiyani 2018

(Intiyani, Astuti, & Sofiana, 2018)

Responden berjumlah 20 sampel iby post partum dengan luka perineum dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi 10 dan kelompok control 10

Intervensi yang diberikan yaitu dengan memberikan kukusan ikan gabus 100mg selama 10 hari

Pada kelompok control tidak diberikan perlakuan khusus hanya diobservasi selama 10 hari

Pada hari ke10  dari 10 responden mengalami penyembuhan luka dan luka sudah kering tidak ada perdarahan dan sudah menutup pada kelompok intervensi p=0.012<0.05 

Penelitian dilakukan selama 10 hari

Efektivitas ikan gabus terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu post partum di wilayah kerja puskesmas kalongan kabupaten semarang

Tika Yuliana 2019

(Violita, 2019)

 

Responden berjumlah 60 ibu nifas post sc dibagi menjadi dua yaitu kelompok eksperimen 40 dan kelompok control 20

Intervensi yang diberikan yaitu dengan pemberian ekstrak ikan gabus dan daun binahong selama 14 hari dengan dosis 3kali/hari 0.25gr diminum 1 jam sebelum makan. Kemudian dilakukan observasi selama 14 hari.

Kelompok control hanya dilakukan observasi dan tidak ada perlakuan khusus

Rata-rata lama proses penyembuhan luka operasi sc pada ibu nifas yang mengkonsumsi ekstrak ikan gabus adalah 8 hari , ekstrak daun binahong adalah 12 hari. Efektivitas ekstrak ikan gabus dan daun binahong terhadap lama penyembuhan luka ibu nifas post sc dengan nilai p=0.013 < 0.05

Penelitian dilaksanakan pada bulan januasi-juni 2017

Perbedaan efektivitas ekstrak ikan gabus dan daun binahong terhadap lama penyembuhan luka operasi section caesarea pada ibu nifas

Intan Nugraheni 2018

(Nugraheni & Kurniarum, 2018)

responden berjumlah 20 sampel pada ibu post sc. Kelompok dibagi menjadi 2 bagian yaitu kelompok intervensi 10 dan kelompok control 10

intervensi yang diberikan abon ikan sebanyak 200gram/hari selama 7 hari setelah itu diobservasi menggunakan skala instrumen REEDA pada hari ketiga dan ketujuh

Kelompok control hanya diobservasi menggunakan skala REEDA pada hari ketiga dan ketujuh

Pada hari ketiga 100% kelompok intervensi dengan hasil luka membaik sedangkan kelompok control dengan hasil 60%. Pada hari ketujuh kelompok intervensi mengalami penyembuhan luka membaik dengan nilai p= 0.003<0.05

 

Penelitian dilakukan selama 7 hari

Pemberian abon ikan gabus (Channa Striata) terhadap proses penyembuhan luka post sc di RSIA BS Tangerang

Lastri 2020

(Mei & Susan, 2020)


 

D.    Pembahasan

Menurut penelitian dari jurnal (Purwanti et al., 2019) ekstrak ikan gabus mengandung senyawa yang penting untuk proses pembetukan jaringan baru dan penyembuhan luka ada kandungan didalamnya seperti albumin, mineral Zinc, Cu, dan Fe. Pada penelitian ini pemberian ikan gabus selama 10 hari sebanyak 100gram hasil yang didapatkan setelah 6 hari pemberian luka kering 50% dan setelah 10 hari 100% luka kering dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa pemberian ikan gabus pada 27 ibu nifas dengan post partum SC diberikan 100 gram ikan gabus selama 14 menghasilkan luka kering sempurna dan penyembuhan cepat sebanyak 82.4%(Purba et al., 2020). Menurut penelitian (Bakar et al., 2020) 10 ibu post partum dengan luka perineum 7 orang mengalami penyembuhan luka normal dan 3 orang mengalai penyembuhan luka lama selama 10 hari pemberian ekstra ikan gabus 100gram/3kali/hari.

Menurut penelitian (Susilawati et al., 2021) pemberian ekstrak ikan gabus pada 60 ibu nifas dengan luka perineum derajat I dan derajat II selama 10 hari dengan jadwal pemberian 3 kali/hari memberikan efek signifikan dalam penyembuhan luka perineum, dengan hasil yang ditunjukkan pada hari ke-7 kulit epitel sudah saling menutup sempurna pada permukaan luka. Menurut asumsi Penelitian lain menjelasksan bahwa pemberian ikan gabus secara rutin dapat mempercepat penyembuhan luka perineum pada ibu post partum, hal ini dikarenakan ikan gabus memiliki gandungan albumin yang tinggi (Wulan et al., 2021). Penelitian ini sejalan dengan penelitian (A.Oka, 2018) bahwa konsumsi ikan gabus selama 10-14 hari dapat meningkatkan kada albumin darah sebesar 0.6-0.8 gram/dl. Menurut (Mega et al., 2020) pemberian ikan gabus kukus seberat 100gram mengandung 69 gram kalori dan 25.6 gram protein dan 1.7 gram lemak, jumlah protein tersebut yang diperlukan dalam penyembuhan luka perhari dan membuat luka lebih cepat membaik.

Menurut (Aldesta et al., 2020) kandungan protein ikan gabus juga lebih tinggi dari makanan yang biasa dikonsumsi seperti telur, daging ayam ataupun daging sapi. Karena kandungan ikan ini memiliki manfaat dan kegunaan untuk mempercepat penyembuhan luka perineum ibu nifas maupun luka ibu post SC. Ditunjang dengan jurnal lain mengatakan bahwa tingkat konsumsi makanan yang bergizi berpengaruh terhadap penyembuhan luka pada manusia salah satunya dengan konsumsi ikan gabus (Channa Striata) (Nurpudji, 2019). Menurut (Nugraheni & Kurniarum, 2018)kebutuhan utama yang harus dipenuli oleh ibu post partum dengan adanya luka adalah nutrisi yang baik  untuk sistem imun dan penyembuhan luka. Kandungan ikan gabus dapat meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung protein dan albumin, daging ikan gabus mengandung 70% protein dan 21% albumin, selain itu ikan gabus juga mengandung asam amino yang lengkap dengan mikronutrien zinc, selenium dan iron(Fauziah et al., 2020)

 

E.    Kesimpulan Analisa PICO:

Dari hasil diatas didapatkan bahwa penelitian dilakukan kepada responden dengan rata-rata rentang 20-40 partisipan. Ibu postpartum tersebut dikelompokkan menjadidua bagian yaitu kelompok intervensi dan kelompok control sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui efektivitas ikan gabus dalam penyembuhan luka perineum derajat 1 dan derajat 2. Dalam penelitian jurnal diatas kesembuhan luka perineum ibu post partum rata-rata 7-10 hari sudah membaik dan tidak adanya tanda infeksi. Sedangkan pada luka perineum yang tidak diberikan perlakuan hanya diobservasi menggunakan skala REEDA mendapatkan hasil bahwa luka tersebut penyembuhannya lebih lama berkisar alam rentang 10 hari keatas sesuai dengan penelitian jurnal diatas. Maka dapat disimpulkan bahwa ikan gabus kukus signifikan dalam proses penyembuhan luka perineum ibu post partum derajat 1 dan derajat 2. Kelebihan dari ikan gabus adalah tingginya kadar albumin yang dapat membantu proses penyembuhan luka dan metabolism tubuh.

 

BAB IV

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Berdasarkan hasil literature review dari beberapa jurnal penelitian yang diambil maka dapat diambil kesimpulan, nutrisi yang paling penting yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka yaitu mengkonsumsi makanan yang sarat akan protein. Kandungan protein hewani tertinggi terdapat di ikan gabus (Channa striata) dengan kadar protein 20 gram, dan telur sebanyak 12,8 gram (Wulan et al., 2021). Terdapat pembuktian penelitian dari jurnal (Purwanti et al., 2019) pemberian ikan gabus selama 10 hari sebanyak 100 gram hasil yang didapatkan setelah 6 hari pemberian luka kering 50% dan setelah 10 hari 100% luka kering dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Penelitian lain (Susilawati et al., 2021) juga menunjukkan bahwa pemberian ekstrak ikan gabus pada 60 ibu nifas dengan luka perineum derajat I dan derajat II selama 10 hari dengan jadwal pemberian 3 kali/hari memberikan efek signifikan dalam penyembuhan luka perineum, dengan hasil yang ditunjukkan pada hari ke-7 kulit epitel sudah saling menutup sempurna pada permukaan luka. Hal ini juga sejalan dengan penelitian (Mega et al., 2020) pemberian ikan gabus kukus seberat 100gram mengandung 69 gram kalori dan 25.6 gram protein dan 1.7 gram lemak, jumlah protein tersebut yang diperlukan dalam penyembuhan luka perhari dan membuat luka lebih cepat membaik.

Perkembangan trend dan issue keperawatan di masyarakat mengenai konsumsi ikan gabus pasca hospital persalinan normal dapat dijadikan pedoman dalam penyembuhan luka.

Pada analisa PICOT didapatkan bahwa pada kelompok intervensi kesembuhan luka perineum ibu post partum rata-rata 7-10 hari sudah membaik dan tidak adanya tanda infeksi. Sedangkan pada luka perineum yang tidak diberikan perlakuan hanya diobservasi mendapatkan hasil bahwa luka tersebut penyembuhannya lebih lama berkisar alam rentang 10 hari keatas sesuai dengan penelitian jurnal diatas. Maka dapat disimpulkan bahwa ikan gabus kukus signifikan dalam proses penyembuhan luka perineum ibu post partum derajat 1 dan derajat 2.

B.    Saran

1.   Institusi pendidikan

Diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi mengenai gambaran pemberian ikan gabus terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu post partum.

2.   Tenaga medis

Diharapkan dapat menjadi acuan dan evidence based practice dalam intervensi keperawatan.

3.   Peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi dan sumber data mengenai pemberian ikan gabus terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu post partum.

4.   Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh masyarakat terutama ibu post partum yang mengalami luka perineum sebagai bahan informasi dan masukan dalam menambah wawasan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu post partum.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

A.Oka, I. (2018). Pengaruh Pemberian Ekstrak Ikan Gabus Terhadap Kadar Interleukin – 6 Pada Ibu Nifas Dengan Rupture Perineum. Voice of Midwifery, 5(07), 65–72. https://doi.org/10.35906/vom.v5i07.17

Aldesta, R., Rahmi, R., & Tanberika, F. S. (2020). Pengaruh Ikan Gabus Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Post Partum Di Puskesmas Sungai Piring Tahun 2019. Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan), 7(1), 133–142. https://doi.org/10.36743/medikes.v7i1.214

Bakar, M. R. A., Kadir, A. A., Wahab, S. Z. A., Karim, A. H. A., Hussain, N. H. N., Noor, N. M., … Yunus, R. (2015). Randomized controlled trial on the effect of channa striatus extract on measurement of the uterus, pulsatility index, resistive index of uterine artery and superficial skin wound artery in post lower segment caesarean section women. PLoS ONE, 10(7), 1–11. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0133514

Fauziah, F., Fitriana, F., & Noorbaya, S. (2020). Efektivitas Pemberian Ikan Gabus Kukus Terhadap Penyembuhan Laserasi Perineum Pada Ibu Postpartum. Indonesian Journal of Midwifery (IJM), 3(2), 92. https://doi.org/10.35473/ijm.v3i2.622

Intiyani, R., Astuti, D. P., & Sofiana, J. (2018). The 8 th University Research Colloquium 2018 Universitas Muhammadiyah Purwokerto PEMBERIAN SUPLEMENTASI ZINC DAN EKSTRAK IKAN GABUS UNTUK IMPLEMENTATION OF ZINC SUPPLEMENT AND SNAKE HEAD FISH EXTRACTS The 8 th University Research Colloquium 2018 Universit. 571–578.

Karina, Nini, Wagiyo, & Elisa. (2016). Efek Pemberian Ekstra Ikan Gabus Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Postpartum DiBPM. Jurnal Keseharan Masyarakat, 4(1).

Machmudah. (2015). GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA IBU POSTPARTUM; POSTPARTUM BLUES. 3(2), 118–125.

Mega, S., Anggraini, & Dewi, P. ratna. (2020). EKSTRAK IKAN GABUS TERHADAP LUKA PERINEUM. 3(1), 30–52.

Mei, W. lastri, & Susan, S. (2020). Pemberian Abon Ikan Gabus (Channa Striata) terhadap Proses Penyembuhan Luka POST SC DI RSIA BS TANGERANG. Jurnal Kesehatan STIKes Banten RI, 8(1).

Mochtar, C. A. (2013). Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi, Jilid 1. Jakarta: EGC.

Nugraheni, I., & Kurniarum, A. (2018). Perbedaan Efektivitas Ekstrak Ikan Gabus Dan Daun Binahong Terhadap Lama Penyembuhan Luka Operasi Sectio Caesarea Pada Ibu Nifas. Interest : Jurnal Ilmu Kesehatan, 5(2), 157–162. https://doi.org/10.37341/interest.v5i2.48

Nurhayati, F. (2017). HUBUNGAN STATUS PARITAS DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN. 355–359.

Nurpudji. (2019). Keajaiban Ikan Gabus. Jakarta: Kamboja Kelopak Enam.

Oktaputrining, D. (2016). Post Partum Blues : Pentingnya Dukungan Sosial Dan Kepuasan Pernikahan Pada Ibu Primipara.

Purba, T. J., Manalu, A. B., Ariescha, P. A. Y., Yanti, M. D., Girsang, R., & Wahyuni, E. S. (2020). The Effect of Giving Gabus Fish on the Healing Process of Postoperative Sectio Caesarean. (Ichimat 2019), 43–50. https://doi.org/10.5220/0009463200430050

Purnamasari, R. (2020). ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN POSTPARTUM BLUES DI PUSKESMAS PERUMNAS KABUPATEN REJANG LEBONG. 8(1), 29–36.

Purwanti, C., Natalina, R., & Marlin, R. (2019). Consumption of snakehead fish (channa striata) on postpartum maternal perineal wound healing. Journal of Health Technology Assessment in Midwifery, 2(2), 75–79. https://doi.org/10.31101/jhtam.873

Ramadhanti, N. A., Sandhika, W., & Widodo, A. D. W. (2021). The Effect of Snakehead Fish (Channa striata) Extract on Inflammation Reaction of Skin Wound Tissue in Rattus novergicus Wistar Strain. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin, 33(1), 48. https://doi.org/10.20473/bikk.v33.1.2021.48-54

Sahid, N. A., Hayati, F., Rao, C. V., Ramely, R., Sani, I., Dzulkarnaen, A., … Ali, A. A. (2018). Snakehead Consumption Enhances Wound Healing? from Tradition to Modern Clinical Practice: A Prospective Randomized Controlled Trial. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 2018. https://doi.org/10.1155/2018/3032790

Sanjaya, D. G. W. (2018). TANDA BAHAYA SERTA PENATALAKSANAAN PERDARAHAN POST-PARTUM. 3(1), 9–18.

Selvianti, D., & Nilawati, I. (2021). Pengaruh Mengkonsumsi Abon Ikan Gabus untuk Mempercepat Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Shredded Cork Fish Accelerates Perineal Wound Healing in Postpartum Mothers Abstrak Kematian Ibu ( AKI ) di dunia yaitu Berdasarkan data profil Kesehatan Kota. 6(1), 25–29.

Susilawati, S., Patimah, M., & Imaniar, M. S. (2021). the Effect of Snakehead Fish (Channa Striata) Consumption in Accelerating Perinium Wound Healing. Siklus : Journal Research Midwifery Politeknik Tegal, 10(1), 44–48. https://doi.org/10.30591/siklus.v10i1.2114.g1341

Suyono. (2011). Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Taslim, N. A., Fitriana, N., Suprapti, N. L. E., Marsella, C. P., Bukhari, A., Rasyid, H., … Madjid, M. (2022). Effects of Channa striata Extract on Albumin Serum Neutrophil-to-Lymphocyte Ratio in Hyperglycemic Rats Wound Injury: A Randomized Control Study. Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences, 10, 450–455. https://doi.org/10.3889/oamjms.2022.8179

Violita, T. Y. V. (2019). Efektivitas Ikan Gabus Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Post Partum Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalongan Kabupaten Semarang. Universitas Ngudi Waluyo Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan, 0–8.

Wulan, M., Juliani, S., Arma, N., Marsaulina, I., & Syari, M. (2021). Pemberian Ikan Gabus Dalam Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Post Partum. Jurnal Kebidanan Malahayati, 7(4), 766–771. https://doi.org/10.33024/jkm.v7i4.5238

Yunitasari, E. (2020). Post partum blues; Sebuah tinjauan literatur. 2(2), 303–307.

 

Lampiran

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA IBU POST PARTUM SPONTAN

 

A.    Definisi Persalinan Normal

Persalinan ialah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput dari tubuh ibu. Bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir disebut persalinan spontan. Sebaliknya, jika persalinan dibantu dengan alat dan/atau tenaga dari luar, misalnya ekstraksi dengan forseps, atau dilakukan operasi seksio sesarea, disebut persalinan buatan. Pada umumnya persalinan terjadi jika bayi sudah cukup besar untuk hidup di luar. Kadang-kadang persalinan tidak dimulai dengan sendirinya, tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitosin atau prostaglandin. Keadaan ini disebut persalinan anjuran (Machmudah, 2015).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu bersalin, persalinan yang normal terjadi pada usia kehamilan cukup bulan/setelah usia kehamilan 37 minggu atau lebih tanpa penyulit. Persalinan dimulai/inpartu sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan – perubahan pada serviks yang membuka dan menipis dan berkahir  dengan lahirnya bayi beserta plasenta secara lengkap (Nurhayati, 2017).

 

B.    Anatomi Fisiologi

1. Anatomifisiologi

 

(Sumber : Mudiana, 2013)

a.     Vulva

Vulva merupakan daerah yang menyelubungi  vagina. Vulva terdiri atas mons pubis, labia, klitoris, daerah ujung luar vagina, dan saluran kemih. Mons pubis adalah gundukan jaringan lemak yang terdapat di bawah perut. Daerah ini dapat di kenali dengan mudah karena di tutupi oleh rambut pubis. Rambut ini akan tumbuh saat seorang gadis beranjak dewasa. Labia adalah lipatan berbentuk bibir yang terletak di dasar mons pubis. Labia terdiri atas dua bibir, yaitu bibir luar dan bibir dalam. Bibir dalam disebut labium mayora, merupakan bibir yang tebal dan besar. Sedangkan bibir dalam disebut labium minora, merupakan bibir tipis yang menjaga jalan masuk ke vagina. Klitoris terletak pada pertemuan antara kedua labia mayora dan dasar mons pubis. Ukurannya sangat kecil sebesar kacang polong, penuh dengan sel saraf sensorik dan pembuluh darah. Alat ini sangat sensitive dan berperan besar dalam fungsi sexual (Mudiana,2013)

b.    Vagina

Vagina adalah saluran yang elastic, panjangnya sekitar 8-10 cm, dan berakhir pada rahim. Vagina dilalui darah saat menstruasi dan merupakan jalan lahir. Karena terbentuk dari otot, vagina bisa melebar dan menyempit. Kemampuan ini sangat hebat, terbukti pada saat melahirkan vagina bisa melebar seukuran bayi yang melewatinya. Pada bagian ujungyang terbuka, vagina ditutupi oleh sebuah selaput tipis yang dikenal dengan istilah selaput dara. Bentuknya berbeda-beda setiap wanita. Selaput ini akan robek saat bersenggama, kecelakaan, masturbasi/onani yang terlalu dalam, olah raga dan lain sebagainya (Mudiana, 2013)

c.     Serviks

Servik disebut juga dengan mulut rahim. Serviks ada pada bagian terdepan dari rahim dan menonjol kedalam vagina, sehingga berhubungan dengan vagina. Serviks memproduksi cairan berlendir. Pada sekitar waktu ovulasi, mucus ini menjadi banyak, elastik dan licin. Hal ini membantu spermatozoa mencapai uterus. Saluran yang berdinding tebal ini akan menipis dan membuka saat proses persalinan di mulai (Mudiana, 2013)

d.        Rahim

Rahim disebut juga uterus. Alat ini memiliki peranan yang besar dalam reproduksi wanita. Rahim berperan besar saat menstruasi hingga melahirkan. Bentuk rahim seperti buah pear, berongga dan berotot. Sebelum hamil beratnya 30-50 gram dengan ukuran panjang 9 cm dan lebar 6 cm kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Tetapi saat hamil mampu membesar dan beratnya mencapai 1000 gram. Rahim berfungsi sebagai tempat untuk perkembangan embrio menjadi janin. Dinding rahim memiliki banyak pembuluh darah sehingga dindingnya menebal ketika terjadi pertumbuhan janin. Rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu (Mudiana, 2013) :

1) Lapisan parametrium, merupakan lapisan paling luar dan yang berhubungan dengan ronggaperut.

2) Lapisan miometrium merupakan lapisan yang berfungsi mendorong bayi keluar pada proses persalinan(kontraksi)

3) Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat menempelnya sel telur yang sudah di buahi. Lapisan ini terdiri atas lapisan kelenjar yang berisi pembuluhdarah.

e.     Ovarium

Ovarium menghasilkan ovum. Ovarium disebut juga dengan indung telur. Letak ovarium disebelah kiri dan kanan rongga perut bagian bawah. Ovarium berhasil memproduksi sel telur jika wanita telah dewasa dan mengalami siklus menstruasi. Setelah sel telur masak, akan terjadi ovulasi yaitu pelepasan sel telur dari ovarium. Ovulasi terjadi setiap 28 hari. Sel telur disebut juga dengan ovum (Mudiana,2013)

f.      Tubafalopi

Tuba falopi disebut juga dengan saluran telur. Saluran telur adalah sepasang saluran yang berada pada kanan dan kiri rahimsepanjang  10 cm. saluran ini menghubungkan rahim dengan ovarium melalui fibria. Ujung yang satu dari tuba falopi akan bermuara dirahim sedang ujung yang lainny merupakan ujung bebas dan terhubung kedalam rongga abdomen. Ujung yang bebas berbentuk seperti umbai dan bergerak bebas. Ujung ini disebut fibbria dan berguna untuk menangkap sel telur saat di lepas oleh ovarium. Dari fibria, telur digerakkan oleh rambut- rambut halus yang terdapat didalam saluran telur menuju ke dalam rahim (Mudiana,2013)

2.Fisiologi

Secara garis besar, kembar di bagi menjadi dua. Monozigot, kembar yang berasal dari satu telur dan dizigot, kembar yang berasal dari dua telur. Dari seluruh jumlah kelahiran kembar, sepertiganya adalah monozigot. Kembar dizigot berarti dua telur matang dalam waktu bersamaan, lalu di buahi sperma. Akibatnya, kedua sel telur itu mengalami pembuahan dalam waktu bersamaam. Sedangkan kembar monozigot berarti satu telur yang dibuahi sperma, lalu membelah dua. Masa pembelahan inilah yang akan berpengaruh pada kondisi bayi kelak.

Masa pembelahan sel telur terbagi dalam empat waktu, yaitu 0-72 jam, 4-8 hari, 9-12 dan 13 hari atau lebih. Pada pembelahan pertama, akan terjadi diamniotik yaitu rahim punya dua selaput ketuban, dan dikorionik atau rahim punya dua plasenta. Sedangkan padapembelahan kedua, selaput ketuban tetap dua, tapi rahim hanya punya satu plasenta. Pada kondisi ini, bisa saja terjadi salah satu bayi mendapat banyak makanan, sementara bayi satunya tidak. Akibatnya, perkembangan bayi bisa terhambat. Lalu, pembelahan ketiga, selaput ketuban dan plasenta masing-masing hanya sebuah, tapi bayi masih membelah dengan baik.

Dari keempat pembelahan tersebut, tentu saja adalah pembelahan pertama, karena bayi bisa membelah dengan sempurna. Namun pembelahan ini tidak bisa diatur waktunya. Faktor yang mempengaruhi waktu pembelahan, dan kenapa bisa membelah tidak sempurna sehingga mengakibatkan dempet, biasanya di kaitkan dengan infeksi, kurang gizi, dan masalah lingkungan (Mardiana, 2013)

C.    Etiologi

Berikut etiologi persalinan normal :

a.      Teori Penurunan Kadar Hormon Progesteron

Pada akhir kehamilan terjadi penurunan kadar progesteron yang mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus karena sintesa prostaglandin di chorioamnion.

b.     Teori Rangsangan Estrogen

Estrogen menyebabkan iritability miometrium, estrogen memungkinkan sintesa prostaglandin pada decidua dan selaput ketuban sehingga menyebabkan kontraksi uterus (miometrium).

c.      Teori Ketegangan

Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot – otot rahim, sehingga menganggu sirkulasi utero plasenter.

d.     Teori Plasenta Sudah Tua

Pada umur kehamilan 40 minggu mengakibatkan sirkulasi pada plasenta menurun segera terjadi degenerasi trofoblast maka akan terjadi penurunan produksi hormone.

e.      Teori Tekanan Serviks

Fetus yang berpresentasi baik dapat merangsang akhiran syaraf sehingga serviks menjadi lunak dan terjadi dilatasi internum yang mengakibatkan SAR (Segemen Atas Rahim) dan SBR (Segemen Bawah Rahim) bekerja berlawanan sehingga terjadi kontraksi dan retraksi

(Purnamasari, 2020).


D.    Pathway




E.    Manifestasi Klinis

1.Tandapermulaanpersalinan

Menurut (Yunitasari, 2020) Pada permulaan persalinan / kata pendahuluan (Preparatory stage of labor) yang terjadi beberapa minggu sebelum terjadi persalinan, dapat terjadi tanda-tanda sebagai berikut :

a.   Lightening atau setting / deopping, yaitu kepala turun memasuki pintu ataspanggulterutama padaprimigravida.

b.   Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

c.   Perasaan sering kencing (polikisuria) karena kandung kemih tertekan olehbagianterbawah janin.

d.   Perasaan sakit diperut dan dipinggang karena kontraksi ringan otot rahim dantertekannya fleksus franken hauser yang terletak pada sekitar serviks (tanda persalinan false-false labour pains).

e.   Serviks menjadi lembek, mulai mendatar karena terdapat kontraksi otot rahim.

f.    Terjadi pengeluaran lendir, dimana lendir penutup serviks dilepaskan dan bisa bercampur darah (Bloody show).

2.       Tanda-tanda Post partus sebagai berikut:

Post partus ditandai oleh:

a. Sistem reproduksi

1)   Uterus ditandai dengan kembalinya uterus kekondisi normal setelah hamil

2)   Keluarnya lochea, komposisi jaringan endometrial, darah dan limfe.

Tahapannya:

-    Rubra (merah) : 1-3 hari

-    Sanguino lenta : warna merah kekuningan, berisi darah dan lendir terjadi pada hari ke 3-7

-    Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke7-14 pasca persalinan

-    Lochea alba : cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu pasca persalinan

-    Lochea purulenta: ini terjadi karena infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk

-    Lochiotosis: lochea tidak lancar keluarnya

3)       Siklus menstruasi

Siklus menstruasi akan mengalami perubahan saat ibu mulai menyusui

4)       Serviks

Setelah lahir servik akan mengalami edema, bentuk Distensi untuk beberapa hari, struktur interna akan kembali setelah 2 minggu

5)       Vagina

Nampak berupae kembali pada 3 minggu

6)       Perinium

Akan terdapat robekan jika di lakukan episiotomi yang akan terjadi masa penyembuhan selama 2 minggu

7)       Payudara

Payudara akan membesar karena vaskularisasi dan engor gemen (bengkak karena peningkatan prilaktin. (Machmudah, 2015)

F.  Pemeriksaan Penunjang

-            Pemeriksaan diagnostik dilakukan umutk pemantauan janin terhadap kesehatan janin seperti pemantauan EKG JDL dengan diferensial

-            elektrolit

-            hemoglobin/ hematokrit

-            USG

-            Pemeriksaan Hb

-            golongan darah

-            urinalisis

-            amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi

-            pemeriksaan sinar X sesuai indikasi

-            ltrasound sesuai pesananan (Sanjaya, 2018)

 

G.   Penatalaksanaan

1)     Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada
masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.

2)     Hari ke- 2 : mulai latihan duduk

3)     Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan (Sanjaya, 2018)

 

H.   Komplikasi

Kebanykan terjadi selama persalinan, dan ini tidak dapat di prediksi. Prenatal screening tidak mengidentifikasi semua wanita yang akan mengembangkan komplikasi. Perempuan tidak diidentifikasi sebagai “beresiko tinggi” dapat mengembangkan komplikasi obstetric. Kebanyakan komplikasi obstetrik terjadi pada wanita tanpa faktor resiko (Oktaputrining, 2016). Semua wanita hamil beresiko komplikasi obstetric. Komplikasi yang mengancam jiwa

Berikut komplikasi yang mungkin terjadi pada persalinan normal :

a. Perdarahan post partum

Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 mL setelah persalinan abdominal. Perdarahan post partum dibagi menjadi :

1.     Perdarahan Post Partum Dini (early postpartum hemorrhage), perdarahan post pasrtum dini adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah kala III.

2.     Perdarahan pada Masa Nifas (late postpartum hemorrhae), perdarahan pada masa nifas adalah perdarahan yang terjadi pada masa nifas (puerperium) tidak termasuk 24 jam pertama setelah kala III (Oktaputrining, 2016)

b.   Atonia uteri

Atonia uteri adalah kegagalan serabut – serabut otot miometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan post partum yang paling penting dan bisa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebatdan dapat mengarah pada terjadinya syok hipovolemik (Oktaputrining, 2016)

c.   Retensio plasenta

Retensio Plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus. Retensio plasenta terdiri dari beberapa jenis yaitu :

1.   Plasenta adhesiva, adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.

2.   Plasenta akreta, adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai sebagian lapisan miometrium.

3.   Plasenta inkreta, adlah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/melewati lapisan miometrium.

4.   Plasenta pekreta, adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan miometrium hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.

5.     Plasenta inkarserata, adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh kontriksi ostium uteri (Oktaputrining, 2016)

d.   Laserasi jalan lahir Ruptura perineum dan robekan dinding vagina tingkat perlukaan perineum dapat dibagi dalam :

1.     Derajat pertama : laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit.

2.     Derajat kedua : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum (perlu dijahit).

3.     Derajat ketiga : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani.

4.     Derajat empat : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani yang meluas hingga ke rektum . rujuk segera (Oktaputrining, 2016)

 

I.      KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

a.   Teori Asuhan Keperawayan

Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. (Budiyono, 2015).

b.   Pengkajian

Asuhan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha, 2019).

Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang (hasil laboratorium).

c. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan dengan cara mengumpulkan data-data tentang respons pasien terhadap kelahiran bayinya serta penyesuaian selama masa post partum. Pengkajian awal mulai dengan review prenatal dan intranatal meliputi :

1.   Lamanya proses persalinan dan jenis persalinan

2.   Lamanya ketuban pecah dini

3.   Adanya episiotomi dan laserasi

4.   Respon janin pada saat persalinan dan kondisi bayi baru lahir (nilai APGAR)

5.   Pemberian anestesi selama proses persalinan dan kelahiran

6.       Medikasi lain yang diterima selama persalinan atau periode immediate post partum

7.    Komplikasi yang terjadi pada periode immediate post partum seperti atonia uteri, retensi plasentaPengkajian ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor resiko yang signifikan yang merupakan faktor presdisposisi terjadinya komplikasi post partum


 d. Pengkajian status fisiologis maternal

Untuk mengingat komponen yang diperlukan dalam pengkajian post partum, banyak perawat menggunakan istilah BUBBLE-LE yaitu termasuk Breast (payudara), Uterus (rahim), Bowel (fungsi usus), Bladder (kandung kemih), Lochia (lokia), Episiotomy (episiotomi/perinium), Lower Extremity (ekstremitas bawah), dan Emotion (emosi).


1.     Pengkajian fisik

a.     Tanda-tanda vital

Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada Ibu. Periksa tanda-tanda vital tersebut setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah melahirkan atau sampai  stabil,  kemudian  periksa  setiap   30   menit   untuk   jam-jam  berikutnya. Nadi dan suhu diatas normal dapat menunjukan kemungkinan adanya infeksi. Tekanan darah mungkin sedikit meningkat karena  upaya  untuk persalinan dan keletihan. Tekanan darah yang menurun perlu diwaspadai kemungkinan adanya perdarahan post partum.

1) Tekanan darah, normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut  bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post partum. Setelah persalinan sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan darah sementara waktu. Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari. Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi,merupakan petunjuk kemungkinan  adanya  pre-eklampsi   yang   bisa   timbul   pada   masa nifas. Namun hal ini seperti itu jarang terjadi.

2) Suhu, suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38 C. Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu Ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai lebih dari 38 C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.

3) Nadi, nadi normal  pada  Ibu  nifas  adalah  60-100.  Denyut  Nadi   Ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu habis  persalinan karena ibu  dalam  keadaan  istirahat  penuh.  Ini  terjadi utamanya pada minggu pertama post partum. Pada ibu  yang  nervus nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/mnt. Bisa juga terjadi gejala  shock karena infeksi khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh.

4) Pernafasan, pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit. Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal.  Mengapa  demikian,  tidak  lain karena Ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.Bila ada respirasi cepat post partum (> 30 x/mnt) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-tanda syok.

b.     Kepala dan wajah

1)    Rambut, melihat kebersihan rambut, warna rambut, dan kerontokan  rambut.

2)    Wajah, adanya edema pada wajah atau tidak. Kaji adanya flek hitam.

3)    Mata, konjungtiva yang anemis menunjukan adanya anemia kerena perdarahan saat persalinan.

4)    Hidung, kaji dan tanyakan pada ibu, apakah ibu menderita pilek atau sinusitis. Infeksi pada ibu postpartum dapat meningkatkan kebutuhan energi


5)    Mulut dan gigi, tanyakan pada ibu apakah  ibu  mengalami  stomatitis,  atau gigi yang berlubang. Gigi  yang  berlubang  dapat  menjadi  pintu masuk bagi mikroorganisme dan bisa beredar secara sistemik.

6)          Leher, kaji  adanya  pembesaran  kelenjar  limfe   dan   pembesaran  kelenjar tiroid.  Kelenjar  limfe  yang  membesar  dapat  menunjukan  adanya infeksi, ditunjang dengan adanya data yang lain seperti hipertermi, nyeri dan bengkak.

7)          Telinga, kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada peradangan pada telinga.

8)          Mata, konjungtiva yang anemis menunjukan adanya anemia kerena perdarahan saat persalinan.

9)          Hidung, kaji dan tanyakan pada ibu, apakah ibu menderita pilek atau sinusitis. Infeksi pada ibu postpartum dapat meningkatkan kebutuhan energi.

10)     Mulut dan gigi, tanyakan pada ibu apakah  ibu  mengalami  stomatitis,  atau gigi yang berlubang. Gigi  yang  berlubang  dapat  menjadi  pintu masuk bagi mikroorganisme dan bisa beredar secara sistemik.

11)     Leher, kaji  adanya  pembesaran  kelenjar  limfe   dan   pembesaran  kelenjar tiroid.  Kelenjar  limfe  yang  membesar  dapat  menunjukan  adanya infeksi, ditunjang dengan adanya data yang lain seperti hipertermi, nyeri dan bengkak.

12)     Telinga, kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada peradangan pada telinga.

 

2.     Pemeriksaan thorak

1)       Inspeksi payudara

-       Kaji ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap produksi asi, perlu diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran masif, gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi kontur atau permukaan.

-       Kaji kondisi permukaan, permukaan yang tidak rata seperti adanya depresi,retraksi atau ada luka pada kulit payudara perlu dipikirkan kemungkinan adanya tumor.

-                  Warna kulit, kaji adanya kemerahan pada kulit yang dapat menunjukan adanya peradangan.

3.     Pemeriksaan thorak

1)     Inspeksi payudara

-       Kaji ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap produksi asi, perlu diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran masif, gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi kontur atau permukaan.

-                         Kaji kondisi permukaan, permukaan yang tidak rata seperti adanya depresi,retraksi atau ada luka pada kulit payudara perlu dipikirkan kemungkinan adanya tumor.

-                         Warna kulit, kaji adanya kemerahan pada kulit yang dapat menunjukan adanya peradangan.

2)     Palpasi Payudara

Pengkajian payudara selama masa post partum meliputi inspeksi ukuran, bentuk, warna dan kesimetrisan serta palpasi apakah ada nyeri tekan guna menentukan status laktasi. Pada 1 sampai 2 hari pertama post partum, payudara tidak banyak berubah kecil kecuali sekresi kolostrum yang banyak. Ketika menyusui, perawat mengamati perubahan payudara, menginspeksi puting dan areola apakah ada tanda tanda kemerahan dan pecah, serta menanyakan ke ibu apakah ada nyeri tekan. Payudara yang penuh dan bengkak akan menjadi lembut dan lebih nyaman setelah menyusui

4.     Pemeriksaan abdomen

1). Inspeksi Abdomen

-  Kaji adakah striae dan linea alba.

-  Kaji keadaan abdomen, apakah lembek  atau  keras.   Abdomen   yang   keras menunjukan kontraksi uterus bagus sehingga perdarahan dapat diminimalkan. Abdomen yang lembek menunjukan sebaliknya dan dapat dimasase untuk merangsang kontraksi.

2). Palpasi Abdome

- Fundus uteri Tinggi : Segera setelah persalinan TFU 2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap hari.

Hari kedua post partum TFU 1 cm dibawah pusat Hari ke 3 - 4 post partum TFU 2 cm dibawah pusat Hari ke 5 - 7 post partum TFU pertengahan pusat-symfisis Hari ke 10 post partum TFU tidak teraba lagi.

-      Kontraksi, kontraksi lemah atau perut teraba lunak menunjukan konteraksi uterus kurang maksimal sehingga memungkinkan terjadinya perdarahan.

-      Posisi, posisi fundus apakah sentral atau lateral. Posisi lateral biasanya terdorong oleh bladder yang penuh.

-      Uterus, setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang hampir padat. Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling menutup, yang menyebabkan rongga bagian tengah merata. Ukuran uterus akan tetap sama selama 2 hari pertama setelah pelahiran, namun kemudian secara cepat ukurannya berkurang oleh involusi. (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).

-  Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot rektus abdominis akibat pembesaran uterus jika dipalpasi "regangan ini menyerupai belah memanjang dari prosessus xiphoideus ke umbilikus sehingga dapat diukur panjang dan lebarnya. Diastasis ini tidak dapat menyatu kembali seperti sebelum hamil tetapi dapat mendekat dengan memotivasi ibu untuk melakukan senam nifas.

-  Keadaan kandung kemih

Kaji dengan palpasi kandungan urine di kandung kemih. Kandung kemih yang  bulat  dan  lembut  menunjukan  jumlah   urine   yang tertapung   banyak dan hal ini dapat mengganggu involusi uteri, sehingga harus dikeluarkan.

5.     Ekstremitas atas dan bawah

1).         Varises, melihat apakah ibu mengalami varises atau tidak. Pemeriksaan varises sangat penting karena ibu setelah melahirkan mempunyai kecenderungan untuk mengalami varises pada beberapa pembuluh darahnya. Hal ini disebabkan oleh perubahan hormonal.

2).         Edema, Tanda homan positif menunjukan adanya tromboflebitis sehingga dapat menghambat sirkulasi ke organ distal. Cara memeriksa  tanda  homan adalah memposisikan ibu terlentang dengan tungkai ekstensi, kemudian didorsofleksikan dan tanyakan apakah ibu mengalami nyeri pada betis, jika nyeri maka tanda homan positif dan ibu harus dimotivasi untuk mobilisasi dini agar sirkulasi lancar.

3).         Perineum, kebersihan Perhatikan kebersihan perineum ibu. Kebersihan perineum menunjang penyembuhan luka. Serta adanya hemoroid derajat 1 normal untuk ibu hamil dan pasca persalinan.

-       REEDA

REEDA adalah singkatan yang sering digunakan untuk menilai kondisi episiotomi atau laserasi perinium. REEDA singkatan (Redness / kemerahan, Edema, Ecchymosisekimosis, Discharge/keluaran, dan Approximate/ perlekatan) pada luka episiotomy. Kemerahan dianggap normal pada episiotomi dan luka namun jika ada rasa sakit yang signifikan, diperlukan pengkajian lebih lanjut.

-       Lochia

Kaji jumlah, warna, konsistensi dan bau lokhia pada ibu post partum. Perubahan warna harus sesuai. Misalnya Ibu postpartum  hari ke tujuh  harus memiliki lokhia yang sudah berwarna merah muda atau keputihan. Jika warna lokhia masih merah maka ibu mengalami komplikasi postpartum.

-                       Varises

Perhatikan apakah terjadinya varises di dalam vagina dan vulva. Jika ada yang membuat perdarahan yang sangat hebat .

c.      Pengkajian tingkat energi dan kualitas istirahat

Perawat harus mengkaji jumlah istirahat dan tidur, dan menanyakan apa yang dapat dilakukan ibu untuk membantunya meningkatkan istirahat selama ibu di rumah sakit. Ibu mungkin tidak bisa mengantisipasi kesulitan tidur setelah persalinan.

J.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.     Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri tampak meringis bersifat protektif (posisi menghindari nyeri) gelisah, tekanan darah meningkat, diaforesis (D.0077)

2.     Gangguan Eliminasi Urin b.d kapasitas kandung kemih d.d desakan berekmih sering buang air kecil, distensi kandung kemih, berkemih tidak tuntas (D.0040)

3.     Konstipasi b.d penurunan motilitas gastrointestinal d.d defekasi kurang dari seminggu, pengeluaran feses lama dan sulit, feses keras, peristaltik usus menurun, distensi abdomen (D.0049)

4.     Resiko Infeksi d.d efek prosedur infasif (D.0142)


K.     INTERVENSI KEPERAWATAN

No

Diagnosa Keperawatan

SLKI

SIKI

1.

 Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri tampak meringis bersifat protektif (posisi menghindari nyeri) gelisah, tekanan darah meningkat, diaforesis (D.0077

Tingkat Nyeri (L.08066)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan tingkat nyeri menurun

Kriteria hasil sbb :

1.     Keluhan nyeri menurun

2.     Meringis menurun

3.     Gelisah menurun

4.     Diaforesis menurun

5.     Tekanan darah membaik

 

Manajemen nyeri (I.08238)

Observasi

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

2. Identifikasi skala nyeri

3. Identifikasi respon nyeri non verbal

4. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri

5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

6. Monitor efek samping penggunaan analgetic

Terapeutik

7. Berikan tekhnik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (Ditunjang pemberian kukusan ikan gabus)

8. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.suhu ruang, pencahayaan, kebisingan)

9. Fasilitasi istirahat dan tidur

10.Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi

11.            Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri

12. Jelaskan strategi meredakan nyeri

13.  Anjurkan menggunakan analgetic secara tepat

14. Anjurkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri (Beritahukan kepada pasien dan keluarga untuk rutin mengkonsumsi ikan gabus untuk mempercepat penyembuhan luka)

Kolaborasi

15.         Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu

 

2.

Gangguan Eliminasi Urin b.d kapasitas kandung kemih d.d desakan berekmih sering buang air kecil, distensi kandung kemih, berkemih tidak tuntas (D.0040)

 

Eliminasi Urine

 ( L.04034)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan eliminasi urine membaik

Kriteria hasil sbb

1.       Desakan berkemih menurun

2.       Distensi kandung kemih menurun

3.       Berkemih tidak tuntas menurun

4.       Urine menetes menurun

5.       Nokturia menurun

6.       Frekuensi BAK membaik

 

Manajemen Eliminasi Urine

(I.04152)

Observasi :

1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine

2. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urine

3. Monitor eliminasi urine (mis : frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan warna)

Terapeutik :

4. Catat waktu-waktu dan haluaran kemih

5. Batasi asupan cairan jika perlu

Edukasi :

1.   Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran berkemih

2.   Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine

3.   Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot panggul/berkemih

4.   Ajarkan minum yang cukup jika tidak ada kontraindikasi

5.   Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur

Kolaborasi :

11. Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra jika perlu

3.

Konstipasi b.d penurunan motilitas gastrointestinal d.d defekasi kurang dari seminggu, pengeluaran feses lama dan sulit, feses keras, peristaltik usus menurun, distensi abdomen (D.0049)

Eliminasi Fekal

 ( L.04033)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan eliminasi fekal membaik

Kriteria hasil sbb :

1. Kontrol pengeluaran feses meningkat

2. Keluhan defekasi lama dan sulit menurun

3. Mengejan saat defekasi menurun

4. Distensi abdomen menurun

5. Nyeri abdomen menurun

6. Konsistensi feses membaik

7. Peristaltik usus membaik

Pencegahan Konstipasi (I.04160)

Observasi :

1. Identifikasi faktor resiko konstipasi ( asupan serat tidak adekuat, asupan cairan tidak adekuat,aganglionik, kelemahan otot abdomen, aktivitas fisik kurang)

2. Monitor tanda gejala konstipasi

   ( defekasi kurang 2 kali seminggu, defekasi lama/sulit, feses keras, peristaltik menurun)

Terapeutik :

3. Batasi minuman mengandung kafein dan alkohol

4. Jadwalkan rutinitas BAK

1.  Lakukan massage abdomen

 

Edukasi :

6. Jelaskan penyebab dan faktor resiko konstipasi

1.  Anjurkan minum air putih sesuai kebutuhan (1500-2000 mL/hari)

2.  Anjurkan mengkonsumsi makanan berserat (25-30 gram/hari)

3.  Anjurkan meningkatkan aktivitas fisik sesuai kebutuhan

4. Anjurkan berjalan 15-20 menit 1-2 kali/hari

5. Anjurkan berjongkok untuk memfasilitasi proses BAB

Kolaborasi :

6.       Kolaborasi dengan ahli gizi

 

4.

Resiko Infeksi d.d efek prosedur invasif (D.0142)

 

Tingkat Infeksi

 ( L.14137)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan tingkat infeksi menurun

Kriteria hasil sbb :

1. Desakan berkemih menurun

2. Distensi kandung kemih menurun

3. Berkemih tidak tuntas menuru

4. Urine menetes menurun

5. Nokturia menurun

6. Frekuensi BAK membaik

Pencegahan Infeksi (I.14539)

Observasi :

1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik

Terapeutik :

1.   Berikan perawatan kulit pada area edema

2.   Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien

1.   Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi

Edukasi :

1.   Jelaskan tanda dan gejala infeksi

2.   Ajarkan car mencuci tangan dengan benar

3.   Ajarkan meningkatkan asupan nutrisi

4.   Anjurkan meningkat asupan cairan

Kolaborasi :

5.      Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

 


L.      IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

 

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mncapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping

 

 M. EVALUASI KEPERAWATAN

Tindakan intelektual yang melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien.

Format evaluasi menggunakan :

S. :Data subjektif, yaitu data yang diutarakan  klien  dan  pandangannya  terhadap data tersebut

O. :Data objektif, yaitu data yang di dapat dari hasil observasi perawat,  termasuk tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan penyakit pasien (meliputi data fisiologis, dan informasi dan pemeriksaan tenaga kesehatan).

A. :Analisa adalah analisa ataupun kesimpulan dari  data  subjektif  dan  objektif.

P.  :Planning adalah pengembangan rencana segera atau  yang akan datang  untuk mencapai status kesehatab klien yang optimal. (Hutaen, 2012)

Macam-macam evaluasi :

§  Evaluasi formatif

Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan. Ditulis pada catatan perawat.

 

·       Evaluasi sumatif

         Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan dengan pendekatan SOAP.

S. Data subjektif, yaitu data yang diutarakan klien dan pandangannya terhadap data tersebut

O. Data objektif, yaitu data yang di dapat dari hasil observasi perawat, termasuk tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan penyakit pasien (meliputi data fisiologis, dan informasi dan pemeriksaan tenaga kesehatan).

A. Analisa adalah analisa ataupun kesimpulan dari data subjektif dan objektif.

P. Planning adalah pengembangan rencana segera atau yang akan datang untuk mencapai status kesehatab klien yang optimal. (Hutaen, 2012)

 

Adapun ukuran pencapaian tujuan tahap evaluasi dalam keperawatan meliputi :

1.                                    Masalah teratasi, jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.

2.                                    Masalah teratasi sebagian, jika klien menunjukan perubahan sebagian dari kriteria hasil yang telah ditetapkan.

3.                                    Masalah tidak teratasi, jika klienn tidak menunjukan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul masalah/diagnosa keperawatan


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

“HUTAMA ABDI HUSADA”

Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor  : 113/D/O/2009

 Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Telp./Fax: 0355-322738

Tulungagung 66224

Alamat E-mail : stikeshahta@yahoo.co.id

 

 

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS

 

 

Tanggal masuk      : 22 Oktober 2021

No. Register          : 0284xx

Dx Medis              : G1P0A0 dengan luka epis di jalan lahir

 

I.      IDENTITAS / BIODATA

Nama Pasien

Umur

Suku / Bangsa

Agama

Pendidikan

Pekerjaan

Berapa kali kawin

Berapa lama kawin

Alamat Rumah

: Ny. K

: 24 th

: Jawa / Indonesia

: Islam

: SMA

: IRT

: 1x

: 2 th

: Pagerwojo, Tulungagung

 

Nama Suami

Umur

Suku / Bangsa

Agama

Pendidikan

Pekerjaan

Alamat Kantor

 

: Tn. A

: 28 th

: Jawa / Indonesia

: Islam

: SMP

: Swasta

: -

II.   ANAMNESA

Anamnesa pada tanggal : 24 Oktober 2021                     jam : 15.00

1.     Keluhan utama :

             Pasien mengatakan nyeri pada tempat bekas melahirkan

2.     Riwayat Penyakit/riwayat kehamilan dan persalinan sekarang :

            Pasien hamil pertama dengan usia kandungan 32 mg, pasien biasa kontrol di bidan desa. Pasien mengatakan pernah USG di RSTM 1x, tgl 22-10-21 pagi pasien mulai merasa kencang kencang, selanjutnya pkl 20.00 kencang-kencang semakin sering dan nyeri serta keluar lendir berdarah. Pukul 22.00  pasien oleh keluarga dibawa ke RSTM tulungagung dan saat di IGD dilakukan pemeriksaan VT didapatkan pembukaan 6. Pasien dipindah dan di observasi di ruang VK, selanjutnya pkl 01.00 pasien melahirkan dengan normal dengan luka episiotomi. Setelah selesai observasi di ruang VK 2 jam PP, pkl 06.00 pasien dipindah di ruang nifas/ ruang perawatan.

3.     Riwayat Obstetri :

A.    Riwayat Menstruasi :

·       Menarche

·       Siklus

·       Banyaknya

·       Dismenorhea

: Umur 14 Th

: 28 hari

: 2-3 pembalut

: kadang - kadang

·       Teratur / tdk teratur

·       Lamanya

·       HPHT

·       TP

: teratur

: 7 - 8 hari

: 27 – 01 – 2021

: 03 – 11 - 2021

   B. Riwayat kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu

No

Perkawinan

Tgl / Th

Hamil

Partus

Anak

Placenta

Nifas

Ket

Jenis Partus

Ditolong

BB

PB

AS

1.

I

(hamil ini)

-

I

Spontan

Bidan

2,8 kg

49 cm

6-8

lengkap

 

 

 

 

 

 

P

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

          C.  Riwayat Partus Sekarang :

1.     Lamanya Persalinan

·       Kala I       : 8  jam

·       Kala II      : 2 jam

·       Kala III     : ………………… jam

      Jumlah      : 10 jam

2.     Keadaan Ketuban

·       Pecah jam

·       Warna air ketuban

·       Bau air ketuban

·       Banyaknya air ketuban

·       Lain – lain

3.     Keadaan Placenta

·       Lahir jam

·       Spontan / tindakan

·       Lebar

·       Tebal

·       Berat

·       Panjang tali pusat

·       Insersi

·       Kelainan - kelaian

4.     Keadaan Perineum

5.     Jumlah Perdarahan

6.     Pengobatan yang diberikan

7.     Penyulit Persalinan

 

……………………….. menit

……………………….. menit

                       8              menit

                       8              menit

 

: 01.00 WIB. 23 Oktober 2021

: kuning jernih

: tidak berbau

: -/+ 800 ml

: -

 

 

: 01.45 WIB( lengkap/tidak lengkap )

: spontan

: 20 cm

: 3-4 cm

: 500 gram

: 50 cm

: tengah (insertio centralis)

: -

: Intak / epis / ruptur

: -/+ 100. cm

: heacting

: tidak ada

 

          D.  Riwayat Keadaan Bayi Sekarang

              1.  Keadaan bayi :

·  Jenis kelamin                                            : perempuan

·  Berat badan                                               : 2800 gram

·  Panjang badan                                          : 49 cm

·  Hidup / mati                                             : hidup

·  Apgar Score                                              : 6-8

·  Kelainan – kelainan lain                           : -

2.   Riwayat KB :

      Pasien mngatakan belum memakai KB karena masih baru menikah dan baru hamil pertama

3. Riwayat Kesehatan Keluarga :

      Pasien mengatakan keluarga tidak ada riwayat penyakit menurun spt DM, hipertensi, asma dll

4. Riwayat Kesehatan Psikososial :

     Pasien tidak memiliki riwayat penyakit gangguan psikologi, tidak ada gangguan dalam interaksi sosial baik saat di RS maupun saat dirumah

  1. Kebutuhan Dasar :

A.    Keadaan gizi                                             : gizi cukup

B.    Pola eliminasi                                           :

·       BAK    : Hamil                                    : 7-12 x /hr

                    Sekarang                               : 4 – 8 x /hr

·       BAB    : Hamil                                    : 1 – 2  x/hr

                    Sekarang                               : 1 x/hr

C.    Pola aktivitas

·       Kegiatan sehari – hari                         : saat dirumah pasien melakukan kegiatan ibu rumah tangga sehari hari

·       Di Rumah Sakit         : pasien bedrest terkadang jalan ke toilet ataupun duduk di tepi tempat tidur

 

D.    Pola tidur dan istirahat

·       Di rumah                                             : tidur jam 21.30, bangun jam 05.00

·       Di Rumah Sakit                                  : bangun dan tidur sewaktu-waktu

 

  1. Pola Kebiasaan :

Saat dirumah pasien biasa mengerjakan pekerjaan rumah, dan selama hamil tua pekerjaan rumah dibantu oleh suami dan ibu pasien

  1. Data Spiritual :

Pasien beragama islam, saat dirumah maupun di RS pasien selalu sholat 5 waktu

  1. Genogram :





            



III. DATA FISIK ( PEMERIKSAAN )

1.     Umum

A.    Keadaan Umum                                        : cukup

Ekspresi wajah pasien tampak meringis menahan rasa sakit, berkeringat

B.  Tanda vital                                         : TD : 110/80    N : 102 x/mnt    S: 37,5o C                     RR : 20 x/mnt      SPO2 : 99%

2.     Khusus

A.    Mata

·       Conjungtiva                                        : merah muda, tidak anemis

·       Sclera                                                  : putih, tidak ada kemerahan

B.    Leher

·       Bendungan vena jugularis                  : tidak ada bendungan vena jugularis

·       Lain - lain                                           : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

C.    Buah dada

·       Konsistensi                                         : padat

·       Puting susu                                         : kecoklatan, menonjol

·       Asi / Colostrum                                  : ada, cukup banyak   

·       Kebersihan                                          : bersih

·       Kelainan lain                                      : tidak ada kelainan, asi keluar lancar

D.    Keadaan perut

·       Luka operasi                                       : ya / tidak

·       Tanda – tanda infeksi                         : ya / tidak

E.     Uterus

·       Tinggi fundus uteri                             : pusat

·       Kontraksi uteri                                    : baik

F.     Keadaan vulva

·       Odem                                                  :  ya / tidak

·       Varises                                                : ya / tidak

·       Nyeri                                                   : ya / tidak

G.    Perineum                                                  : Intak / Robek / Odem

H.    Episiotomi                                                : ya / tidak

·       Jenis                                                    : medio lateral

·       Jahitan                                                : ya, grade 2

·       Tanda infeksi                        : luka basah, kemerahan, ada sedikit pembengkakan, nyeri skala 6, nyeri hilang timbil, nyeri perih dan  terasa seperti disayat

I.      Lochia

·       Warna                                                 : merah segar

·       Bau                                                      : tidak menyengat

·       Jumlah                                                : ½ underpad ( +/- 500ml )

J.      Keadaan anus

·       Hemoroid                                            : tidak ada

·       Nyeri                                                   : tidak

K.    Genetalia luar

·       Bartolinitis                                         : tidak ada pembengkakan

·       Kelainan lain                                      : tidak ada

 

IV.  PEMERIKSAAN LAIN ( Bilamana perlu )

1.     Laboratorium

A.    Darah

·       Hb sahli / talquis                                : 13,2 gr/dl

·       Golongan darah                                  : -

·       Darah lengkap                                    : -

B.    Urien

·       Protein urine                                       : negatif  ( - )

·       Lain – lain                                          : - 

2.     Foto Rontgen :

      -

3.     U S G :

      Hasil USG

Janin tunggal,  ketuban cukup, BB 2,8 kg

 

 

 

Mahasiswa

 

 

 

( ULFA KHAIRUNISA )

NIM. A3R21052


ANALISA DATA

 

Nama pasien   : Ny. K

Umur               : 24 th

No. Register    : 0284xx

 

KELOMPOK DATA

KEMUNGKINAN PENYEBAB

(Pohon Masalah)

MASALAH

 

Mayor

DS :

-        Pasien mengatakan nyeri pada jalan lahir

P : terdapat luka jahitan pada perinium

Q : luka perih dan terasa seperti disayat

R : nyeri terasa di bekas jalan lahir terutama di perinium

S : skala nyeri 6

T : nyeri hilang timbul

 

DO :

-        Pasien tampak meringis menahan rasa sakit

-        Merasa risih / kurangnyaman di bagian jalan lahir

-        Tidur mudah terbangun krn nyeri kadang tiba tiba muncul

 

 

Minor

DS : -

 

DO :

-        TTV

TD     : 110/80 mmHg

N       : 102 x/mnt

S        : 37,5 oC

RR     : 20 x/mnt

SPO2 : 99%

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Nyeri Akut

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KELOMPOK DATA

KEMUNGKINAN PENYEBAB

(Pohon Masalah)

MASALAH

 

Mayor

DS : -

 

DO :

-        Terdapat luka bekas jahitan epis

-        Epis derajad 2, media-lateral episiotomi

 

Minor

DS : -

 

DO :

-        Terdapat sedikit pembengkakan di sekitar luka jahitan

-        Nyeri bila ditekan

-        Kemerahan

-        Luka tampak basah

-        TTV

TD     : 110/80 mmHg

N       : 102 x/mnt

S        : 37,5 oC

RR     : 20 x/mnt

SPO2 : 99%

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gangguan integritas kulit dan jaringan (perinium)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN

 

Nama pasien   : Ny. K

Umur               : 24 th

No. Register    : 0284xx

 

NO

TANGGAL MUNCUL

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

TANGGAL TERATASI

TTD

 

1.

 

 

 

 

 

2.

 

 

 

 

.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

23 Oktober 2021

 

 

 

 

23 Oktober 2021

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Nyeri akut b/d agen pencedera fisik (luka jahitan  perinium) d/d pasien tampak meringis, gelisah, nadi meningkat, sulit tidur, diaforesisi ( D.0077 )

 

 

Gangguan integritas kulit dan jaringan b/d faktor mekanis tindakan heacting d/d kerusakan jaringan dan kulit, nyeri,  kemerahan

(D.0129)

 

 

 

 

 

 


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

 

Nama pasien   : Ny. K

Umur               : 24 th

No. Register    : 0284xx

 

No

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

LUARAN (SLKI)

INTERVENSI (SIKI)

 

1.

 

D.0077

Nyeri akut b/d agen pencedera fisik (luka jahitan  perinium) d/d pasien tampak meringis, gelisah, nadi meningkat, sulit tidur, diaforesisi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x 24 jam diharapkan tingkat nyeri menurun, dengan Kriteria hasil :

-        Keluhan nyeri menurun

-        Meringis menurun

-        Sikap protektif menurun

-        Gelisah menurun

-        Kesulitan tidur menurun

-        Nafsu makan membaik

-        Pola tidur membaik

-        Frekuensi nadi membaik

-         

 

Manajemen Nyeri (I.08238)

Observasi

1.     Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

2.   Identifikasi skala nyeri

3.   Identifikasi respon nyeri non verbal

4.   Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

5.   Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik

6.     Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)

7.     Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)

8.     Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

9.     Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

10.  Kolaborasi pemberian analgetik

 

 

No

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

LUARAN (SLKI)

INTERVENSI (SIKI)

 

2.

 

(D.0129)

Gangguan integritas kulit dan jaringan b/d faktor mekanis tindakan heacting d/d kerusakan jaringan dan kulit, nyeri,  kemerahan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(L.14130)

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan  penyembuhan luka meningkat dengan kriteria hasil :

Tingkat infeksi

-        penyatuan kulit meningkat

-        penyatuan tepi luka meningkat

-        jaringan granulasi meingkat

-        edema pada sisi luka menurun

-        peradangan pada luka menurun

-        nyeri menurun

-        peningkatan suhu tubuh menurun

 

 

PERAWATAN LUKA  ( I.14564 )

Observasi

1.     Monitor karakteristik luka (mis: drainase,warna,ukuran,bau

2.     Monitor tanda –tanda inveksi

Terapeutik

3.     Pertahan kan teknik seteril saaat perawatan luka

4.     Jadwalkan perubahan posisi setiap dua jam atau sesuai kondisi pasien

5.     Berika diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein1,25-1,5 g/kgBB/hari

6.     Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis vitamin A,vitamin C,Zinc,Asam amino),sesuai indikasi

Edukasi

7.     Jelaskan tandan dan gejala infeksi

8.     Anjurkan mengonsumsi makan tinggi kalium dan protein

9.     Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandir

Kolaborasi

  1. Kolaborasi pemberian antibiotik

 

TINDAKAN KEPERAWATAN

 

EVALUASI / CATATAN PERKEMBANGAN

 

NO

NO. DX

TANGGAL / JAM

IMPLEMENTASI

TANDA TANGAN

TANGGGAL / JAM

EVALUASI

TANDA TANGAN

1.

I

24 Oktober 2021

15.20

 

 

 

 

 

 

15.25

 

15.30

 

 

 

15.32

 

 

 

15.35

 

 

 

 

15.40

 

 

15.42

 

15.00

 

15.45

 

 

 

 

15.45

Manajemen Nyeri (I.08238)

Observasi

1.     Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

H: nyeri terasa perih dan seperti disayat, skala nyeri 6, nyeri terasa hilang timbul di jalan lahir terutama di perinium

2.   Mengidentifikasi skala nyeri

H : skala nyeri 6

3.   Mengidentifikasi respon nyeri non verbal

H : pasien tampak meringis menahan sakit

4.   Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

H : nyeri terasa saat dibuat berjalan

5.   Memonitor efek samping penggunaan analgetik

H : tidak ada efeksamping dari pemberian analgetik

Terapeutik

6.     Memberikan teknik nonfarmakologis kompres dingin untuk mengurangi rasa nyeri

7.     Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa

8.     Memfasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

9.     Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri dengan teknik distraksi relaksasi napas dalam

Kolaborasi

10.  Kolaborasi pemberian analgetik :inj santagesik 1gr

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

24 oktober 2021

21.00

 

 

 

 

 

 

 

 

 

S : pasien mengatakan masih terasa nyeri pada jalan lahir (perinium) namun sudah sedikit  berkurang

O :

-        k/u cukup

-        ekspresi wajah meringis menurun

-        nyeri menurun

-        skala nyeri 4

-        gelisah menurun

-        sulit tidur menurun

-        TTV

TD     : 120/80 mmHg

N       : 94 x/mnt

S        : 37 oC

RR     : 20 x/mnt

SPO2 : 99%

 

A : masalah keperawatan nyeri akut teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan no 2 - 10

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


TINDAKAN KEPERAWATAN

 

EVALUASI / CATATAN PERKEMBANGAN

 

NO

NO. DX

TANGGAL / JAM

IMPLEMENTASI

TANDA TANGAN

TANGGGAL / JAM

EVALUASI

TANDA TANGAN

2.

II

24 Oktober 2021

15.20

 

 

 

 

 

 

15.25

 

15.30

 

 

 

15.32

 

 

 

15.35

 

 

 

 

15.40

 

 

15.42

 

15.00

 

15.45

 

 

 

 

15.45

PERAWATAN LUKA  ( I.14564 )

Observasi

1.     Memonitor karakteristik luka

H : tidak ada drainase,kemerahan, tidak ada bau

2.     Memonitor tanda –tanda inveksi

H: luka jahit pd perinium, sedikit pembengkakan, kemerahan, nyeri saat ditekan

Terapeutik

3.     Mempertahan kan teknik seteril saaat perawatan luka

4.     Menjadwalkan perubahan posisi setiap dua jam atau sesuai kondisi pasien

5.     Memberika diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein1,25-1,5 g/kgBB/hari

6.     Memberikan suplemen vitamin dan mineral

Edukasi

  1. Menjelaskan tandan dan gejala infeksi

8.     Menganjurkan mengonsumsi makan tinggi kalium dan protein yaitu dengan konsumsi ikan gabus untuk mempercepat proses penyembuhan luka jahit perinium

9.     Mengajarkan prosedur perawatan luka secara mandir

Kolaborasi

  1. Kolaborasi pemberian antibiotik : inj ceftriaxone 40 mg

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

24 Oktober 2021

21.00

 

 

 

 

 

 

 

 

 

S : pasien mengatakan masih terasa nyeri pada jalan lahir (perinium) namun sudah sedikit  berkurang

O :

-        k/u cukup

-        nyeri menurun

-        luka masih tampak basah

-        penyatuan kulit (-)

-        penyatuan tepi luka (-)

-        edema pada sisi luka (+)

-        kemerahan  menurun

-        TTV

TD     : 120/80 mmHg

N       : 90 x/mnt

S        : 37 oC

RR     : 18 x/mnt

SPO2 : 99%

 

A : masalah keperawatan gangguan integritas kulit teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan no 1 - 10

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

TINDAKAN KEPERAWATAN

 

 

 

EVALUASI / CATATAN PERKEMBANGAN

 

NO

NO. DX

TANGGAL / JAM

IMPLEMENTASI

TANDA TANGAN

TANGGGAL / JAM

EVALUASI

TANDA TANGAN

3.

I

25 Oktober 2021

07.20

 

07.25

 

 

 

 

07.30

 

 

 

07.32

 

 

 

 

07.35

 

 

07.40

 

07.42

 

07.00

 

 

 

 

07.45

 

 

 

 

 

Manajemen Nyeri (I.08238)

Observasi

2.     Mengidentifikasi skala nyeri

H : skala nyeri 4

3.   Mengidentifikasi respon nyeri non verbal

H : pasien tampak meringis menahan sakit, namun sudha berkurang

4.   Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

H : nyeri terasa saat dibuat kencing

5.   Memonitor efek samping penggunaan analgetik

H : tidak ada efeksamping dari pemberian analgetik

Terapeutik

6.     Memberikan teknik nonfarmakologis kompres dingin untuk mengurangi rasa nyeri

7.     Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa

8.     Memfasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

9.     Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri dengan teknik distraksi relaksasi napas dalam

Kolaborasi

10.  Kolaborasi pemberian analgetik :inj santagesik 1gr

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

25 oktober 2021

14.00

 

 

 

 

 

 

 

 

S : pasien mengatakan masih terasa nyeri pada jalan lahir (perinium) namun sudah sedikit  berkurang

O :

-        k/u cukup

-        ekspresi wajah meringis menurun

-        nyeri murun

-        skala nyeri 3

-        gelisah menurun

-        sulit tidur menurun

-        TTV

TD     : 120/80 mmHg

N       : 90 x/mnt

S        : 37 oC

RR     : 18 x/mnt

SPO2 : 99%

 

A : masalah keperawatan nyeri akut teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan no 2, 3, 5, 7, 8, 9, 10

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

TINDAKAN KEPERAWATAN

 

EVALUASI / CATATAN PERKEMBANGAN

 

NO

NO. DX

TANGGAL / JAM

IMPLEMENTASI

TANDA TANGAN

TANGGGAL / JAM

EVALUASI

TANDA TANGAN

4.

II

25 Oktober 2021

07.20

 

07.25

 

 

 

 

07.30

 

 

 

07.32

 

 

 

 

07.35

 

 

07.40

 

07.42

 

07.00

 

 

07.45

 

PERAWATAN LUKA  ( I.14564 )

Observasi

1.     Memonitor karakteristik luka

H : tidak ada drainase,kemerahan menurun, tidak ada bau

2.     Memonitor tanda –tanda inveksi

H: luka jahit pd perinium, pembengkakan menurun, kemerahan  menurun, nyeri menurun

Terapeutik

3.     Mempertahan kan teknik seteril saaat perawatan luka

4.     Menjadwalkan perubahan posisi setiap dua jam atau sesuai kondisi pasien

5.     Memberika diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein1,25-1,5 g/kgBB/hari

6.     Memberikan suplemen vitamin dan mineral

Edukasi

  1. Menjelaskan tandan dan gejala infeksi

12.  Menganjurkan mengonsumsi makan tinggi kalium dan protein yaitu dengan konsumsi ikan gabus untuk mempercepat proses penyembuhan luka jahit perinium

13.  Mengajarkan prosedur perawatan luka secara mandir

Kolaborasi

  1. Kolaborasi pemberian antibiotik : inj ceftriaxone 40 mg

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

25 oktober 2021

14.00

 

 

 

 

 

 

 

 

S : pasien mengatakan masih terasa nyeri pada jalan lahir (perinium) namun sudah sedikit  berkurang

O :

-        k/u cukup

-        nyeri menurun

-        luka masih tampak basah

-        penyatuan kulit (+)

-        penyatuan tepi luka (+)

-        edema pada sisi luka menurun

-        kemerahan  menurun

-        TTV

TD     : 120/80 mmHg

N       : 90 x/mnt

S        : 37 oC

RR     : 18 x/mnt

SPO2 : 99%

 

A : masalah keperawatan gangguan integritas kulit teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan no 1 - 10

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

TINDAKAN KEPERAWATAN

 

EVALUASI / CATATAN PERKEMBANGAN

 

NO

NO. DX

TANGGAL / JAM

IMPLEMENTASI

TANDA TANGAN

TANGGGAL / JAM

EVALUASI

TANDA TANGAN

5.

I

26 Oktober 2021

07.20

 

07.25

 

 

 

 

07.30

 

 

 

07.32

 

 

 

 

07.35

 

 

07.40

 

07.42

 

 

Manajemen Nyeri (I.08238)

Observasi

2.     Mengidentifikasi skala nyeri

H : skala nyeri 2

3.   Mengidentifikasi respon nyeri non verbal

H : pasien tampak meringis menahan sakit, namun sudha berkurang

4.   Memonitor efek samping penggunaan analgetik

H : tidak ada efeksamping dari pemberian analgetik

Terapeutik

5.     Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa

6.     Memfasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

7.     Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri dengan teknik distraksi relaksasi napas dalam

Kolaborasi

8.     Kolaborasi pemberian analgetik :inj santagesik 1gr

 

 

 

 

26 oktober 2021

14.00

 

 

 

 

 

 

 

 

S : pasien mengatakan masih terasa nyeri pada jalan lahir (perinium) namun sudah sedikit  berkurang

O :

-        k/u cukup

-        ekspresi wajah meringis -

-        nyeri murun

-        skala nyeri 2

-        gelisah (-)

-        sulit tidur (-)

-        TTV

TD     : 120/80 mmHg

N       : 86 x/mnt

S        : 36,7 oC

RR     : 20 x/mnt

SPO2 : 100%

 

A : masalah keperawatan nyeri akut teratasi

P : intervensi dihentikan, pasien rencana KRS

 

 

 

TINDAKAN KEPERAWATAN

 

EVALUASI / CATATAN PERKEMBANGAN

 

NO

NO. DX

TANGGAL / JAM

IMPLEMENTASI

TANDA TANGAN

TANGGGAL / JAM

EVALUASI

TANDA TANGAN

6.

II

26 Oktober 2021

07.20

 

07.25

 

 

 

 

07.30

 

 

 

07.32

 

 

 

 

07.35

 

 

07.40

 

07.42

 

07.00

 

 

 

 

07.45

 

PERAWATAN LUKA  ( I.14564 )

Observasi

1.     Memonitor karakteristik luka

H : tidak ada drainase,kemerahan (-), tidak ada bau

2.     Memonitor tanda –tanda inveksi

H: luka jahit pd perinium, pembengkakan (-), kemerahan  (-), nyeri menurun

Terapeutik

3.     Mempertahan kan teknik seteril saaat perawatan luka

4.     Menjadwalkan perubahan posisi setiap dua jam atau sesuai kondisi pasien

5.     Memberika diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein1,25-1,5 g/kgBB/hari

6.     Memberikan suplemen vitamin dan mineral

Edukasi

  1. Menjelaskan tandan dan gejala infeksi

8.     Menganjurkan mengonsumsi makan tinggi kalium dan protein yaitu dengan konsumsi ikan gabus untuk mempercepat proses penyembuhan luka jahit perinium

9.     Mengajarkan prosedur perawatan luka secara mandir

Kolaborasi

  1. Kolaborasi pemberian antibiotik : inj ceftriaxone 40 mg

 

 

 

 

 

 

26 oktober 2021

14.00

 

 

 

 

 

 

 

 

S : pasien mengatakan masih terasa nyeri pada jalan lahir (perinium) namun sudah sedikit  berkurang

O :

-        k/u cukup

-        nyeri menurun

-        penyatuan kulit meningkat

-        penyatuan tepi luka meningkat

-        edema pada sisi luka (-)

-        kemerahan  (-)

-        TTV

TD     : 120/80 mmHg

N       : 90 x/mnt

S        : 37 oC

RR     : 18 x/mnt

SPO2 : 99%

 

A : masalah keperawatan gangguan integritas kulit teratasi

P : intervensi hentikan, pasien rencana KRS, edukasi px untuk menlanjutkan konsumsi ikan gabus untuk mempercepat proses penyembuhan luka jahitan perinium