MAKALAH SEMINAR HASIL KEPERAWATAN MATERNITAS PADA PASIEN IBU POST PARTUM DENGAN TREND DAN ISSUE EFEKTIFITAS PEMBERIAN IKAN GABUS TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PERINIUM PADA IBU POST PARTUM DI RUANG PERAWATAN RUMAH SAKIT TRISNA MEDIKA TULUNGAGUNG TAHUN 2021
Di Susun :
Oleh Kelompok III
Nama Anggota:
1.
PUSPITA WINDY A
2.
REYNALDO LEONARD
3.
RIZKA ASMAUL
4.
RIZKY GUSTI SALEH
5.
RODOTUN NAFISAH
6.
ROFIUL MAUNAH
7.
RONALDO FIRDA K
8.
SEPTI HANDAYANI
9.
SITI ZULIZA
10. SONIA TITIK K
11. SUCI CAHYANING TYAS
12. ULFA KHAIRUNNISAQ
13. VEGA CAHYANING TYAS
14. VIA GESTI ARDIYANTI
15. VINDA KURNIA R
16. WAHYU EKO SRI MANDA
17. WAKHIDATUN NUR R
18. WINDA KARUNIA PUTRI
19. YESTY SEFTARIANY
20. YUDITYA MARTASARI
21. YULI KRISTANTI
22. YUYUN ERVIANA
STIKes HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
Jl. Wahidin Sudiro Husodo Telp / Fax (0355)
322738
TULUNGAGUNG (66224)
Alamat e-mail : stikeshahta@yahoo.co.id
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH SEMINAR HASIL KEPERAWATAN MATERNITAS PADA PASIEN IBU POST PARTUM DENGAN TREND DAN ISSUE EFEKTIFITAS PEMBERIAN IKAN GABUS TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PERINIUM PADA IBU POST PARTUM DI RUANG PERAWATAN RUMAH SAKIT TRISNA MEDIKA TULUNGAGUNG TAHUN 2021
Di Susun :
Oleh Kelompok III
Telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing pada
tanggal 18 Mei 2022
Pembimbing I : Ibu. Poppy Farasari,
S.Tr. Keb., M.Kes. (…………………….)
Pembimbing II: Bapak. Sulhan Arief
Hidayat, S. Kep.,Ners., M.Kep (…………………….)
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang, karena telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya dan
memberikan kelapangan hati dan pikiran sehingga peneliti dapat menyelesaikan
penyusunan dan penulisan makalah seminar
akhir dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN IBU
POST PARTUM TREND ISSUE EFEKTIFITAS PEMBERIAN IKAN GABUS TERHADAP PENYEMBUHAN
LUKA PERINIUM PADA IBU POST PARTUM” Oleh karena itu peneliti mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Ketua STIKes “Hutama Abdi Husada”
Tulungagung, Bapak Dr. H. Yitno SKp, M.Pd
2. Ibu Eny Masruroh, S.Kep, Ners,
M.Kep, selaku Ketua Prodi Sarjana Keperawatan STIKes Hutama Abdi Husada
Tulungagung
3. Ibu Poppy Farasari, S.Tr.Keb, M.Kes sebagai dosen Pembimbing I yang
telah meluangkan waktu, pemikiran, kesabaran, serta arahan demi terselesainya laporan seminar ilmiah ini.
4. Bapak Sulhan Arief Hidayat, S.Kep,
Ners, M.Kep selaku Pembimbing II yang telah melungkan waktu, pemikiran,
kesabaran, serta arahan demi
terselesainya laporan seminar ilmiah ini.
5. Perpustakaan STIKes Hutama Abdi
Husada Tulungagung yang telah menyediakan berbagai literatur sehinga dapat
terselesaikannya.
6. Teman-teman seangkatan yang telah memberi semangat dan
menyumbangkan pemikiran demi terselesainya makalah seminar akhir ini
Dilihat
dari segi kesempurnaan tidak ada hal di dunia ini yang memliliki kesempurnaan
mutlak dan peneliti menyadari bahwa dalam penulisan makalah seminar akhir ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
peneliti harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah seminar akhir ini. Semoga makalah seminar akhir ini dapat menjadi acuan yang baik dalam pelaksanaan
penelitian nanti. Amiin.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Masa nifas (Post Partum) adalah masa
di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali
semula seperti sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari.
Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan
fisik yang bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal
postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak
diikuti dengan perawatan yang baik (Yuliana & Hakim, 2020).
Luka perineum adalah robekan yang
terjadi pada perineum sewaktu persalinan dan terjadi pada hampir semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Kebanyakan
robekan perineum terjadi sewaktu melahirkan dan penanganan nya merupakan
masalah kebidanan (Fatimah, 2019). Luka perineum yang tidak diatasi dengan baik
dapat menghambat penyembuhan luka dan mengakibatkan infeksi. Dampak yang
terjadi apabila penyembuhan luka terlambat dapat menyebabkan ketidaknyamanan seperti
rasa sakit dan rasa takut untuk bergerak sehingga dapat menimbulkan banyak
permasalahan seperti sub involusi uterus, pengeluaran lochea yang tidak lancar,
dan perdarahan pasca post partum (Wijayanti & Rahayu, 2016).
Menurut data World Health Organization
(WHO) angka robekan perineum diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun (2020).
Di Amerika dari 26 juta ibu bersalin, terdapat 40% mengalami ruptur perineum.
Di Asia masalah robekan perineum cukup banyak
dalam masyarakat, 50% dari kejadian robekan perineum di dunia
terjadi di Asia (Kiromah et al., 2018).
Nutrisi merupakan pondasi untuk
proses penyembuhan luka lebih cepat. Nutrisi yang baik akan memfasilitasi
penyembuhan, dan menghambat atau bahkan menghindari keadaan malnutrisi. Nutrisi
yang paling penting yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka yaitu mengkonsumsi
makanan yang sarat akan ptotein. Protein dapat diperoleh dari hewan atau
tumbuhtumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani misalnya
daging, susu atau telur. Sedangkan protein dari tumbuhan disebut protein nabati
yang terdapat pada kacang – kacangan. Kandungan protein hewani tertinggi
terdapat di ikan gabus (Channa striata) dengan kadar protein 20 gram, Daging
sapi, sebanyak 18,8 gram, belut sebanyak 14,0 gram dan telur sebanyak 12,8 gram
(Data Profil Kesehatan Indonesia, 2018).
Kelebihan ikan gabus lainnya adalah
kandungan albumin yang tinggi. Penelitian secara klinis albumin ikan gabus
membuktikan bahwa ekstrak ikan gabus mempunyai kandungan albumin yang tinggi
dan bisa menyembuhkan luka. Pemberian ekstrak ikan gabus selama 10 – 14 hari
dapat meningkatkan kadar albumin darah 0,6 – 0,8 gram/dl. Albumin ikan gabus
juga terbukti mampu memperbaiki status gizi penderita malnutrisi, status gizi
lansia dan mempercepat penyembuhan luka. Aplikasi ekstrak ikan gabus dalam diet
secara nyata dapat meningkatkan kadar albumin serum pada kasus-kasus
hipoalbuminemia dan mempercepat proses penyembuhan luka. (Nurpudji,2019).
Kebutuhan paling utama yang harus
dipenuhi oleh ibu post partum dengan adanya luka adalah nutrisi
yang baik untuk
sistem imun dan penyembuhan luka. Nutrisi yang dibutuhkan
untuk penyembuhan luka yaitu
mengkonsumsi makanan yang tinggi akan
protein. Protein di dapatkan pada makanan, daging dan ikan. Semua jenis ikan
adalah sumber protein yang sangat baik. Ikan gabus diketahui
sebagai ikan dengan
kandungan gizi dan protein yang lebih banyak dan terbukti mampu
mempercepat proses penyembuhan luka. (Violita, 2019).
Dari hasil penelitian Violita (2019)
hasil perhitungan nilai rata-rata
setelah di berikan ikan gabus lebih kecil dari pada nilai
rata-rata tanpa diberikan ikan gabus.
Pada analisis bivariate menunjukkan bahwa adanya
efektifitas di berikan ikan gabus terhadap penyembuhan luka perineum (Violita,
2019). Berdasarkan survei awal pada bulan September yang dilakukan di Klinik
Niar Medan pada ibu post partum. Dari buku rawatan ibu bersalin terdapat 7
orang ibu post partum yang mengalami luka perineum, terdapat sebanyak 3 orang
ibu post partum yang mengalami luka perineum yang mengkonsumsi ikan gabus dan sebanyak
4 orang ibu post partum yang mengalami luka perineum yang tidak mengkonsumsi
ikan gabus. Berdasarkan hasil wawancara ibu post partum yang tidak mengkonsumsi
ikan gabus dikarenakan ibu post partum tidak tahu akan manfaat ikan gabus
terhadap penyembuhan luka perineum.
Berdasarkan latar belakang diatas
peneliti tertarik untuk mengajukan judul “Efektivitas Ikan Gabus Terhadap Penyembuhan
Luka Perineum Derajat 1 Dan Derajat 2”
B.
TUJUAN
1.
Tujuan Umum
Mengetahui
efektifitas ikan gabus pada ibu post partum dengan luka
perineum.
2.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada
makalah ini adalah untuk :
1. Mendeskripsikan
penyembuhan luka perineum pada ibu post partum
2. Mendeskripsikan luka perineum pada ibu post partum yang
diberikan ikan gabus
3. Menganalisis pengaruh pemberian ikan gabus terhadap luka
perineum
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KONSEP TREND ISSUE KEPERAWATAN
Trend adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak
orang saat ini dan kejadiannya
berdasarkan fakta.
Issue
adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang namun belum jelas
faktanya atau buktinya. Issue adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat
diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang. (Nasir. 2019)
B.
KONSEP PERUBAHAN DALAM DUNIA KEPERAWATAN
Dalam perkembangan keperawatan juga mengalami proses
perubahan sering dengan kemajuan dan teknologi.
(Nasir.2019)
Alasan terjadinya perubahan dalam
keperawatan antara lain:
1. Keperawatan Sebagai Profesi
Keperawatan sebagai profesi yang
diakui oleh masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan melalui asuhan
keperawatan tentu akan dituntut untuk selalu berubah kearah kemandirian dalam
profesi keperawatan, sehingga sebagai profesi akan mengalami perubahan kearah
professional dengan menunjukkan agar profesi keperawatan diakui oleh profesi di
bidang kesehatan yang sejajar dalam pelayanan kesehatan.
2. Keperawatan Sebagai Bentuk Pelayanan
Asuhan Keperawatan
Keperawatan sebagai bentuk pelayanan
asuhan keperawatan professional yang diberikan kepada masyarakat akan terus
memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat dengan mengadakan perubahan dalam
penerapan model asuhan keparawatan yang tepat, sesuai dengan lingkup praktek
keperawatan.
3. Keperawatan Sebagai Ilmu Pengetahuan
Keperawatan sebagai ilmu pengetahuan
terus selalu berubah dan berkembang sejalan dengan tuntutan zaman dan perubahan
teknologi, karena itu dituntut selalu mengadakan perubahan melalui penelitian
keperawatan sehingga ilmu
keperawatan diakui secara bersama oleh
disiplin ilmu lain yang memiliki landasan yang kokoh dalam keilmuan.
4. Keperawatan Sebagai Komunikasi
Keperawatan sebagai komunikasi dalam
masyarakat ilmiah harus selalu menunjukkan jiwa professional dalam tugas dan
tanggungjawabnya dan selalu mengadakan perubahan sehingga citra sebagai profesi
tetap bertahan dan berkembang.
Manfaat
perubahan dalam keperawatan yaitu:
1. Meningkatkan kesejahteraan dan
kenyamanan bagi perawat dank lien
2. Meningkatkan profitability
3. Meningkatkan kinerja
4. Memberika kepuasan bagi individu dan
kehidupan sosialnya.
C.
KONSEP LANGKAH STRATEGIS DALAM MENGHADAPI TREND ISSUE K
EPERAWATAN
Alternatif strategi perawat Indonesia dalam menghadapi
asuhan keperawatan dimasa mendatang adalah “the nurse should do no harm to your
self” (Nightingale). Pernyataan ini berate semua tindakan keperawatan harus
dapat memnuhi kebutuhan pasien tanpa adanya resiko negative yang ditimbulkan.
Strategi yang harus ditempuh
meliputi:
1. Peningkatan pendidikan bagi perawatn
practicioners
2. Pengembangan ilmu keperawatan
3. Pelaksanaan riset yang berorientasi
pada masalah di klinik/komunitas, dan
4. Identifikasi peran manajer perawat
professional di masa depan
5. Menerapkan model dan metode asuhan
keperawatan professional terbaru (MAKP)
D.
KONSEP IBU POST PARTUM (MASA NIFAS)
1.
DEFINISI
Masa
nifas atau post partum adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang
dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan
waktu 6-12 minggu (Ibrahim, dalam Desanta, 2019).
Masa
nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa pemulihan tersebut
berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis
dan banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal postpartum, yang tidak menutup
kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti dengan perawatan yang
baik (Yuliana & Hakim, 2020).
2.
Tahapan Masa Nifas (Post
Partum)
Menurut Wulandari (2020). Ada
beberapa tahapan yang di alami oleh wanita selama masa nifas, yaitu sebagai
berikut : a. Immediate puerperium, yaitu waktu 0-24 jam setelah melahirkan. ibu
telah di perbolehkan berdiri atau jalan-jalan b. Early puerperium, yaitu waktu
1-7 hari pemulihan setelah melahirkan. pemulihan menyeluruh alat-alat
reproduksi berlangsung selama 6- minggu Later puerperium, yaitu waktu 1-6
minggu setelah melahirkan, inilah waktu yang diperlukan oleh ibu untuk pulih
dan sehat sempurna. Waktu sehat bisa bermingguminggu, bulan dan tahun.
3.
Proses Adaptasi Psikologis Masa
Nifas (Post Partum)
Berikut ini 3 tahap penyesuaian
psikologi ibu dalam masa post partum Menurut Sutanto (2019) :
Ø Fase
Talking In (Setelah melahirkan sampai hari ke dua)
1. Perasaan
ibu berfokus pada dirinya.
2. Ibu
masih pasif dan tergantung dengan orang lain.
3. Perhatian
ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.
4. Ibu
akan mengulangi pengalaman pengalaman waktu melahirkan.
5. Memerlukan
ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh ke kondisi normal.
6. Nafsu
makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi.
7. Kurangnya
nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung
normal.
8. Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini
adalah sebagai berikut:
Ø Fase Taking Hold (Hari ke-3 sampai 10)
1. Ibu merasa merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat bayi,
muncul perasaan sedih (baby blues).
2. Ibu memperhatikan kemampuan men jadi orang tua dan meningkatkan
teng gung jawab akan bayinya.
3. Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB
dan daya tahan tubuh.
4. Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti
menggen dong, menyusui, memandikan, dan mengganti popok.
5. Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi.
6. Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu
membesarkan bayinya.
6. Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak
mampu membesarkan bayinya.
7. Wanita pada masa ini sangat sensitif akan ketidakmampuannya, cepat
tersinggung, dan cenderung menganggap pemberi tahuan bidan sebagai teguran.
Dianjur kan untuk berhati-hati dalam berko munikasi dengan wanita ini dan perlu
memberi support.
Ø Fase Letting Go (Hari ke-10sampai akhir masa
nifas)
1. Ibu
merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya. Setelah ibu pulang ke rumah
dan dipengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga.
2. Ibu
sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memahami kebutuhan bayi
4.
Perubahan Fisiologis Masa Nifas
(Post Partum)
Seorang ibu dalam masa nifas
mengalami perubahan fisiologis. Setelah keluarnya plasenta, kadar sirkulasi
hormon HCG (human chorionic gonadotropin), human plasental lactogen, estrogen
dan progesteron menurun. Human plasental lactogen akan menghilang dari
peredaran darah ibu dalam 2 hari dan HCG dalam 2 mingu setelah melahirkan.
Kadar estrogen dan progesteron hampir sama dengan kadar yang ditemukan pada
fase follikuler dari siklus menstruasi berturut-turut sekitar 3 dan 7 hari.
Penarikan polipeptida dan hormon steroid ini mengubah fungsi seluruh sistem
sehingga efek kehamilan berbalik dan wanita dianggap sedang tidak hamil
(Walyani, 2017) Perubahan- perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu masa
nifas menurut Walyani (2017) yaitu:
a. Uterus
Uterus merupakan
organ reproduksi interna yang berongga dan berotot, berbentuk seperti buah
alpukat yang sedikit gepeng dan berukuran sebesar telur ayam. Panjang uterus
sekitar 7-8 cm, lebar sekitar 5-5,5 cm dan tebal sekitar 2, 5 cm. Letak uterus
secara fisiologis adalah anteversiofleksio. Uterus terbagi dari 3 bagian yaitu
fundus uteri, korpus uteri, dan serviks uteri. Menurut Walyani (2017) uterus
berangsur- angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil:
1) Bayi
lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr.
2) Akhir
kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan berat
uterus 750 gr.
3) Satu
minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat dengan
simpisis, berat uterus 500 gr.
4) Dua
minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis dengan berat
uterus 350 gr.
5) Enam
minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50 gr.
Pemeriksaan uterus meliputi mencatat lokasi, ukuran dan konsistensi antara
lain:
a.
Penentuan lokasi uterus
Dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada diatas atau dibawah umbilikus
dan apakah fundus berada digaris tengah abdomen/ bergeser ke salah satu sisi.
b.
Penentuan ukuran uterus
Dilakukan melalui palpasi dan mengukur TFU pada puncak fundus dengan jumlah
lebar jari dari umbilikus atas atau bawah.
c.
Penentuan konsistensi
uterus Ada 2 ciri konsistensi uterus yaitu uterus keras teraba sekeras batu dan
uterus lunak.
b. Serviks
Serviks merupakan
bagian dasar dari uterus yang bentuknya menyempit sehingga disebut juga sebagai
leher rahim. Serviks menghubungkan uterus dengan saluran vagina dan sebagai
jalan keluarnya janin dan uterus menuju saluran vagina pada saat persalinan.
Segera setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga seperti corong. Hal ini
disebabkan oleh korpus uteri yang berkontraksi sedangkan serviks tidak
berkontraksi. Warna serviks berubah menjadi merah kehitaman karena mengandung
banyak pembuluh darah dengan konsistensi lunak. Segera setelah janin
dilahirkan, serviks masih dapat dilewati oleh tangan pemeriksa. Setelah 2 jam
persalinan serviks hanya dapat dilewati oleh 2-3 jari dan setelah 1 minggu
persalinan hanya dapat dilewati oleh 1 jari, setelah 6 minggu persalinan
serviks menutup.
c. Vagina
Vagina merupakan
saluran yang menghubungkan rongga uterus dengan tubuh bagian luar. Dinding
depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain dengan ukuran panjang ± 6,
5 cm dan ± 9 cm. Selama proses persalinan vagina mengalami penekanan serta
pereganganan yang sangat besar, terutama pada saat melahirkan bayi. Beberapa
hari pertama sesudah proses tersebut, vagina tetap berada dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur- angsur akan muncul kembali. Sesuai dengan fungsinya
sebagai bagian lunak dan jalan lahir dan merupakan saluran yang menghubungkan
cavum uteri dengan tubuh bagian luar, vagina juga berfungsi sebagai saluran
tempat dikeluarkannya sekret yang berasal dari cavum uteri selama masa nifas
yang disebut lochea.
Karakteristik
lochea dalam masa nifas adalah sebagai berikut:
1) Lochea
rubra/ kruenta Timbul pada hari 1- 2 postpartum, terdiri dari darah segar
barcampur sisa- sisa selaput ketuban, sel- sel desidua, sisa- sisa verniks
kaseosa, lanugo dan mekoneum.
2) Lochea
sanguinolenta Timbul pada hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 postpartum,
karakteristik lochea sanguinolenta berupa darah bercampur lendir.
3) Lochea
serosa Merupakan cairan berwarna agak kuning, timbul setelah 1 minggu postpartum.
4) Lochea
alba Timbul setelah 2 minggu postpartum dan hanya merupakan cairan putih
(Walyani, 2017) Normalnya lochea agak berbau amis, kecuali bila terjadi infeksi
pada jalan lahir, baunya akan berubah menjadi berbau busuk.
d. Vulva
Sama halnya dengan vagina, vulva juga mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi. Beberapa hari pertama sesudah
proses melahirkan vulva tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu
vulva akan kembali kepada keadaan tidak hamil dan labia menjadi lebih menonjol
e. Payudara
(mamae)
Setelah pelahiran
plasenta, konsentrasi estrogen dan progesteron menurun, prolactin dilepaskan
dan sintesis ASI dimulai. Suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan
pembengkakan vascular sementara. Air susu sata diproduksi disimpan di alveoli
dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara dihisap oleh bayi untuk
pengadaan dan keberlangsungan laktasi. ASI yang akan pertama muncul pada awal
nifas ASI adalah ASI yang berwarna kekuningan yang biasa dikenal dengan sebutan
kolostrum. Kolostrum telah terbentuk didalam tubuh ibu pada usia kehamilan ± 12
minggu. Perubahan payudara dapat meliputi :
1) Penurunan
kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan hormon prolactin setelah
persalinan.
2) Kolostrum
sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari ke 2 atau hari ke 3
setelah persalinan
3) Payudara
menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi (Walyani, 2017)
f. Tanda-
tanda vital
Perubahan tanda-
tanda vital antara lain :
1) Suhu
tubuh
Setelah proses
persalinan suhu tubuh dapat meningkat 0,5⁰ celcius dari keadaan normal namun
tidak lebih dari 38⁰ celcius. Setelah 12 jam persalinan suhu tubuh akan kembali
seperti keadaan semula.
2) Nadi
Setelah proses
persalinan selesai frekuensi denyut nadi dapat sedikit lebih lambat. Pada masa
nifas biasanya denyut nadi akan kembali normal.
3) Tekanan
darah
Setelah partus,
tekanan darah dapat sedikit lebih rendah dibandingkan pada saat hamil karena
terjadinya perdarahan pada proses persalinan.
4) Pernafasan
Pada saat partus
frekuensi pernapasan akan meningkat karena kebutuhan oksigen yang tinggi untuk
tenaga ibu meneran/ mengejan dan memepertahankan agar persediaan oksigen ke
janin tetap terpenuhi. Setelah partus frekuensi pernafasan akan kembali normal.
5) Sistem
peredaran darah (Kardiovaskuler)
Denyut jantung,
volume dan curah jantung meningkat segera setelah melahirkan karena terhentinya
aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat
diatasi dengan haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan pembulu
darah kembali ke ukuran semula.
6) Sistem
pencernaan
Pada ibu yang
melahirkan dengan cara operasi (section caesarea) biasanya membutuhkan waktu
sekitar 1- 3 hari agar fungsi saluran cerna dan nafsu makan dapat kembali
normal. Ibu yang melahirkan secara spontan biasanya lebih cepat lapar karena
telah mengeluarkan energi yang begitu banyak pada saat proses melahirkan. Buang
air besar biasanya mengalami perubahan pada 1- 3 hari postpartum, hal ini
disebabkan terjadinya penurunan tonus otot selama proses persalinan. Selain
itu, enema sebelum melahirkan, kurang asupan nutrisi dan dehidrasi serta dugaan
ibu terhadap timbulnya rasa nyeri disekitar anus/ perineum setiap kali akan
b.a.b juga mempengaruhi defekasi secara spontan. Faktor- faktor tersebut sering
menyebabkan timbulnya konstipasi pada ibu nifas dalam minggu pertama. Kebiasaan
defekasi yang teratur perlu dilatih kembali setelah tonus otot kembali normal.
7) Sistem
perkemihan
Buang air kecil
sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasine sfingter dan
edema leher buli- buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala
janin dan tulang pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan
dihasilkan dalam waktu 12- 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta
dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami
penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Uterus yang
berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
8) Sistem
integumen
Perubahan kulit
selama kehamilan berupa hiperpigmentasi pada wajah, leher, mamae, dinding perut
dan beberapa lipatan sendri karena pengaruh hormon akan menghilang selama masa
nifas. k. Sistem musculoskeletal Ambulasi pada umumnya dimulai 4- 8 jam
postpartum. Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan
mempercepat proses involusi.
5.
Perubahan Psikologis Masa Nifas
Adanya perasaan kehilangan sesuatu
secara fisik sesudah melahirkan akan menjurus pada suatu reaksi perasaan sedih.
Kemurungan dan kesedihan dapat semakin bertambah oleh karena ketidaknyamanan
secara fisik, rasa letih setelah proses persalinan, stress, kecemasan, adanya
ketegangan dalam keluarga, kurang istirahat karena harus melayani keluarga dan
tamu yang berkunjung untuk melihat bayi atau sikap petugas yang tidak ramah. Minggu-
minggu pertama masa nifas merupakan masa rentan bagi seorang ibu. Pada saat
yang sama, ibu baru (primipara) mungkin frustasi karena merasa tidak kompeten
dalam merawat bayi dan tidak mampu mengontrol situasi. Semua wanita akan
mengalami perubahan ini, namun penanganan atau mekanisme koping yang dilakukan
dari setiap wanita untuk mengatasinya pasti akan berbeda. Hal ini dipengaruhi
oleh pola asuh dalam keluarga dimana wanita tersebut dibesarkan, lingkungan,
adat istiadat setempat, suku, bangsa, pendidikan serta pengalaman yang didapat
(Maritalia, 2018). Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu masa nifas yaitu
:
1) Adaptasi
psikologis ibu dalam masa nifas Pada primipara, menjadi orang tua merupakan
pengalaman tersendiri dan dapat menimbulkan stress apabila tidak ditangani
dengan segera. Perubahan peran dari wanita biasa menjadi seorang ibu memerlukan
adaptasi sehingga ibu dapat melakukan perannya dengan baik. Perubahan hormonal
yang sangat cepat setelah proses melahirkan juga ikut mempengaruhi keadaan
emosi dan proses adaptasi ibu pada masa nifas. Fase- fase yang akan dialami
oleh ibu pada masa nifas menurut Dewi (2012) antara lain adalah sebagai berikut
:
a. Fase
taking in
Fase taking in
merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari
kedua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri sehingga cenderung
pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami ibu lebih disebabkan
karena proses persalinan yang baru saja dilaluinya. Rasa mules, nyeri pada
jalan lahir, kurang tidur atau kelelahan, merupakan hal yang sering dikeluhkan
ibu. Pada fase ini, kebutuhan istirahat, asupan nutrisi dan komunikasi yang
baik harus dapat terpenuhi. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, ibu dapat
mengalami gangguan psikologis berupa kekecewaan pada bayinya, ketidaknyamanan
sebagai akibat perubahan fisik yang dialami, rasa bersalah karena belum bisa
menyusui bayinya dan kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.
b. Fase
taking hold
Fase taking hold
merupakan fase yang berlangsung antara 3- 10 hari setelah melahirkan. Ibu
merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan
bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu
diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan
atau pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya.
c. Fase
letting go
Fase ini merupakan
fase menerima tanggung jawab peran barunya sebagai seorang ibu. Fase ini
berlangsung selama 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya dan siap menjadi pelindung bagi
bayinya. Perawatan ibu terhadap diri dan bayinya semakin meningkat. Rasa
percaya diri ibu akan peran barunya mulai tumbuh, lebih mandiri dalam memenuhi
kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu ibu
untuk lebih meningkatkan rasa percaya diri dalam merawat bayinya. Kebutuhan
akan istirahat dan nutrisi yang cukup masih sangat diperlukan ibu untuk menjaga
kondisi fisiknya.
2) Postpartum
blues (Baby blues)
Postpartum blues
merupakan perasaan sedih yang dialami oleh seorang ibu berkaitan dengan
bayinya. Biasanya muncul sekitar 2 hari sampai 2 minggu sejak kelahiran bayi.
Keadaan ini disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil
sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Ibu yang mengalami baby blues akan
mengalami perubahan perasaan, menangis, cemas, kesepian khawatir, yang
berlebihan mengenai sang bayi, penurunan gairah sex, dan kurang percaya diri
terhadap kemampuan menjadi seorang ibu. Jika hal ini terjadi, ibu disarankan
untuk melakukan hal- hal berikut ini :
a. Minta
suami atau keluarga membantu dalam merawat bayi atau melakukan tugas- tugas rumah
tangga sehingga ibu bisa cukup istirahat untuk menghilangkan kelelahan.
b. Komunikasikan
dengan suami atau keluarga mengenai apa yang sedang ibu rasakan, mintalah
dukungan dan pertolongannya
c. Buang
rasa cemas dan kekhawatiran yang berlebihan akan kemampuan merawat bayi
d. Carilah
hiburan dan luangkan waktu untuk istirahat dan menyenangkan diri sendiri,
misalnya dengan cara menonton, membaca, atau mendengar musik (Maritalia, 2018).
3) Depresi
postpartum Seorang ibu primipara lebih beresiko mengalami kesedihan atau
kemurungan postpartum karena ia belum mempunya pengalaman dalam merawat dan
menyusui bayinya. Kesedihan atau kemurungan yang terjadi pada awal masa nifas
merupakan hal yang umum dan akan hilang sendiri dalam dua minggu sesudah
melahirkan setelah ibu melewati proses adaptasi. Ada kalanya ibu merasakan
kesedihan karena kebebasan, otonomi, interaksi sosial, kemandiriannya berkurang
setelah mempunyai bayi. Hal ini akan mengakibatkan depresi pasca persalinan
(depresi postpartum). Ibu yang mengalami depresi postpartum akan menunjukkan
tanda- tanda berikut: sulit tidur, tidak ada nafsu makan, perasaan tidak
berdaya atau kehilangan kontrol, terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali
pada bayi, tidak menyukai atau takut menyentuh bayi, pikiran yang menakutkan mengenai
bayi, sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan bayi, sedikit atau
tidak ada perhatian terhadap penampilan diri, gejala fisik seperti sulit
bernafas atau perasan berdebar- debar. Jika ibu mengalami sebagian dari tanda-
tanda seperti yang diatas sebaiknya segera lakukan konseling pada ibu dan
keluarga. d. Respon antara ibu dan bayi setelah persalinan Respon antara ibu
dan bayi setelah persalinan menurut Maritalia (2018) antara lain :
a. Touch
(Sentuhan) Sentuhan yang dilakukan ibu pada bayinya seperti membelai- belai
kepala bayi dengan lembut, mencium bayi, menyentuh wajah dan ektremitas,
memeluk dan menggendong bayi, dapat membuat bayi merasa aman dan nyaman.
Biasanya bayi akan memeberikan respon terhadap sentuhan ibu dengan cara
menggenggam jari ibu atau memegang seuntai rambut ibu. Gerakan lembut ibu
ketika menyentuh bayinya akan menenangkan bayi.
b. Eye
to eye contact (Kontak mata) Kontak mata mempunya efek yang erat terhadap
perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang penting
sebagai hubungan antar manusia pada umumnya. Bayi baru lahir dapat memusatkan
perhatian pada suatu obyek, satu jam setelah kelahiran pada jarak sekitar 20-
25 cm, dan dapat memusatkan pandangan sebaik orang dewasa pada usia sekita 4
bulan. Kontak mata antara ibu dan bayinya harus dilakukan sesegera mungkin
setelah bayi lahir.
c. Odor
(Bau badan) Pada akhir minggu pertama kehidupannya seorang bayi dapat mengenali
ibunya dari bau badan dan air susu ibunya. Indra penciuman bayi akan terus
terasah jika seorang ibu dapat terus memberikan ASI pada bayinya.
d. Body
warm (Kehangatan tubuh) Bayi baru lahir sangat mudah mengalami hypothermi
karena tidak ada lagi air ketuban yang melindungi dari perubahan suhu yang
terjadi secara ekstrim di luar uterus. Jika tidak ada komplikasi yang serius
pada ibu dan bayi selama persalinan, bayi dapat diletakkan di atas perut ibu
segera setelah dilakukan pemotongan tali pusat.
e. Voice
(Suara) Sejak dilahirkan, bayi dapat mendengar suara- suara dan membedakan
nada, meskipun suara- suara terhalang selama beberapa hari oleh cairan amnion
dari rahim yang melekat pada telinga.
f. Entrainment
(Gaya Bahasa) Bayi baru lahir mulai membedakan dan menemukan perubahan struktur
bicara dan bahasa dari orang- orang yang berada disekitarnya. Perubahan nada
suara ibu ketika berkomunikasi dengan bayinya seperti bercerita, mengajak
bercanda atau sering memarahi bayi, secara perlahan mulai dapat dipahami dan
dipelajari bayi.
g. Biorhythmic
(Irama kehidupan) Selama lebih kurang 40 minggu di dalam rahim, janin terbiasa
mendengar suara detak jantung ibu. Dari suara detak jantung tersebut, janin
mencoba mengenali biorhythmic ibunya dan menyesuaikan dengan irama dirinya
sendiri. Setelah lahir, suara detak jantung ibu masih akan berpengaruh terhadap
bayi.
6.
Kebutuhan Masa Post Partum
a. Nutrisi dan Cairan
Masalah
nutrisi perlu mendapat perhatian karena dengan nutrisi yang baik dapat
mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Kebutuhan
gizi iba saat menyusui adalah sebagai berikut:
1) Konsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari
2) Diet berimbang protein, mineral dan vitamin
3) Minum sedikitnya 2 liter tiap hari (+8 gelas)
4) Fe/tablet tambah darah sampai 40 hari pasca persalinan
5) Kapsul Vit. A 200.000 unit
b. Ambulasi
Ambulasi
dini (early ambulation) adalah kebijaksanaan agar secepatnya tenaga kesehatan
membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidur membimbing secepat mungkin
untuk berjalan. Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur
dalam 24 - 48 jam postpartum. Hal ini dilakukan bertahap. Ambulasi dini tidak
dibenarkan pada ibu post partum dengan penyulit misalnya anemia, penyakit
jantung penyakit paru-paru, demam dan sebagainya.
Keuntungan dari
ambulasi dini:
1) Ibu
merasa lebih sehat
2) Fungsi
usus dan kandung kemih lebih baik.
3) Memungkinkan
kita mengajarkan ibu untuk merawat bayinya.
4) Tidak
ada pengaruh buruk terhadap proses pasca persalinan, tidak memengaruhi
penyembuhan luka, tidak menyebabkan perdarahan, tidak memperbesar kemungkinan
prolapsus atau retrotexto uteri.
c. Eliminasi
Setelah
6 jam post partum diharapkan. ibu dapat berkemih, jika kandung kemih penuh atau
lebih dari 8 jam belum berkemih disarankan melakukan kateterisasi. Hal-hal yang
menyebabkan kesulitan berkemih (predlo urine) pada post partum:
Berkurangnya
tekanan intra abdominal.
1) Otot-otot
perut masih lemah.
2) Edema
dan uretra
3) Dinding
kandung kemih kurang sensitif
4) Ibu post partum diharapkan bisa defekasi atau buang air besar
setelah hari kedua post partum jika hari ketiga belum delekasi bisa diberi obat
pencahar oral atau rektal.
d. Kebersihan diri
Pada masa postpartum seorang ibu sangat
rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu kebersihan tubuh pakaian, tempat
tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap terjaga. Langkah langkah yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama perineum
2) Mengajarkan ibu cara memberikan alat kelamin dengan sabun dan
air dari depan ke belakang
3) Sarankan ibu ganti pembalut setidaknya dua kali sehari
4) Membersihkan tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan alat kelamin
5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi luka jahit
pada alat kelamin, menyarankan untuk tidak menyentuh daerah tersebut (Elisabeth
Siwi Walyani, 2018).
7.
Tanda –Tanda Bahaya Masa Nifas
(Post Partum)
a.
Perdarahan
hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi haid biasa atau
jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut saniter dalam waktu
setengah jam)
b. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras.
c.
Rasa nyeri di
perut bagian bawah atau punggung Sakit Kepala yang terus menerus. nyeri
epigastrium, atau, masalah penglihatan.
d. Pembengkakan pada wajah dan tangan Deman muntah, rasa sakit
sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan Payudara yang memerah
panas dan/atau sakit.
e.
Kehilangan
selera makan untuk waktu yang berkepanjangan Rasa sakit. warna merah,
kelembutan dan/atau pembengkakan pada kaki.
f.
Merasa sangat
sedih atau tidak mampu mengurus diri-sendiri atau bayi.
g. Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah (Wilujeng &
Hartati, 2018).
8.
Infeksi Masa Nifas
Infeksi nifas adalah
keadaan yang mencakup semua pera dangan alat-alat genitalia dalam masa nifas.
Infeksi setelah persa linan disebabkan oleh bakteri atau kuman. Infeksi masa
nifas ini menjadi penyebab tertinggi angka kematian ibu (AKI) (Anik Maryunani,
2018).
a.
Tanda dan Gejala Masa Nifas
Demam dalam nifas sebagian besar disebabkan oleh infeksi nifas,
Oleh karena itu, demam menjadi gejala yang penting untuk diwaspadai apabila
terjadi pada ibu postpartum. Demam pada masa nifas sering disebut morbiditas
nifas dan merupakan indeks kejadian infeksi nifas. Morbiditas nifas ini
ditandai dengan suhu 38'C atau lebih yang terjadi selama 2 hari berturut-turut.
Kenaikan suhu ini terjadi sesudah 24 jam postpartum dalam 10 hari pertama masa
nifas. Gambaran klinis infeksi nifas dapat berbentuk:
1) Infeksi Lokal
Pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna
kulit, pengeluaran lokhea bercampur nanah, mobilitasi terbatas karena rasa
nyeri, temperatur badan dapat meningkat.
2) Infeksi Umum
Tampak sakit dan lemah, temperatur
meningkat, tekanan darah menurun dan nadi meningkat, pernapasan dapat meningkat
dan terasa sesak, kesadaran gelisah sampai menurundan koma, terjadi gangguan
involusi uterus, lokhea berbau dan bernanah kotor.
b.
Faktor
Penyebab Infeksi
1) Persalinan lama, khususnya dengan kasus pecah ketuban terlebih
dahulu.
2) Pecah ketuban sudah lama sebelum persalinan.
3) Pemeriksaan vagina berulang-ulang selama persalinan, khususnya
untuk kasus pecah ketuban.
4) Teknik aseptik tidak sempurna.
5) Tidak memperhatikan teknik cuci tangan.
6) Manipulasi intrauteri (misal: eksplorasi uteri, penge luaran
plasenta manual).
7) Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka seperti laseri yang
tidak diperbaiki.
8) Hematoma.
9) Hemorargia, khususnya jika kehilangan darah lebih dari 1.000 ml.
10) Pelahiran operatif, terutama pelahiran melalui SC.
11) Retensi sisa plasenta atau membran janin.
12) Perawatan perineum tidak memadai.
13) Infeksi vagina atau serviks yang tidak ditangani.
9.
Perawatan Masa Nifas
Dalam masa nifas ini, ibu
memerlukan perawatan dan pengawasan yang dilakukan selama ibu tinggal di rumah
sakit maupun setelah keluar dari rumah sakit. Adapun tujuan dari perawatan masa
nifas adalah Sri Wahyuningsih, (2019)
a.
Mendeteksi
adanya perdarahan masa nifas Tujuan perawatan masa nitas adalah untuk
mendeteksi adanya kemungkinan adanya pendarahan post partum, dan infeksi,
penolong persalinan harus waspada, sekurang-kurangnya satu jam post partum
untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan. Umumnya wanita
sangat lemah setelah melahirkan, lebih lebih bila partus berlangsung lama.
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya Menjaga kesehatan ibu dan
bayinya baik fisik maupun psikologis harus diberikan oleh penolong persalinan
ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan, mengajarkan ibu bersalin
bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air bersihkan daerah di
sekitar vulva dahulu, dari depan ke belakang dan baru sekitar anus. Sarankan
ibu mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudahnya. Jika ibu
mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan ibu untuk menghindari
menyentuh daerah luka.
c.
Melaksanakan
skrining yang komprehensif dengan mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk
bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi. Bidan bertugas untuk melakukan
pengawasan kala IV yang meliputi pemeriksaan placenta, pengawasan TFU,
pengawasan PPV, pengawasan konsistensi rahim dan pengawasan KU ibu. Bila
ditemukan permasalahan maka segera melakukan tindakan sesuai dengan standar
pelayanan pada penatalaksanaan masa nifas.
d. Memberikan pendidikan kesehatan diri Memberikan pelayanan
kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi KB, menyusui, pemberian imunisasi
kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. Ibu post partum harus diberikan pendidikan
pentingnya di antara lain kebutuhan gizi ibu menyusui.
1. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup
3. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum
sebelum menyusui).
e.
Memberikan
pendidikan tentang laktasi dan perawatan payudara
1.
Menjaga payudara
tetap bersih dan kering
2.
Menggunakan
BH yang menyokong payudara.
3.
Apabila
puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting
susu setiap kali selesai menyusui Menyusui tetap dilakukan mulai dan putting
susu yang tidak lecet.
4.
Lakukan
pengompresan apabila bengkak dan terjadinya bendungan.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Trend Dan Issue Banyaknya
Jumlah Ibu Nifas Yang Mengalami Kematian Akibat Adanya Infeksi Pada Luka
Perenium Yang Tidak Membaik.
Infeksi nifas masih merupakan penyebab
utama kematian ibu terutama di negara berkembang seperti Indonesia. 10%
kematian ibu terjadi pada masa nifas dan disebabkan oleh infeksi nifas akibat
kurangnya perawatan luka, 42% terjadi akibat perdarahan, 13% karena eklampsi
dan 11% komplikasi nifas (Suyono, 2018). Menurut data World Health Organization (WHO)
angka robekan perineum diperkirakan mencapai 6.3 juta pada tahun 2020. Di
Amerika dari 26 juta ibu bersalin terdapat 40%mengalami rupture perineum. Di
Asia masalah robekan perineum cukup banyak dalam masyarakat, 50% daari kejadian
robekan perineum di dunia terjadi di Asia(Wulan, Juliani,
Arma, Marsaulina, & Syari, 2021).
Luka
perineum salah satu faktor predisposisi terjadinya infeksi masa nifas. Bentuk
infeksi ini bervariasi dan bersifat lokal hingga mengakibatkan sepsis dan
kematian masa nifas. Salah satu faktor resiko penyebab terjadinya infeksi
perineum yaitu penyembuhan luka perineum yang lama. Penyembuhan luka jahitan
perineum dalam masa nifas yang cepat sangat diharapkan menghindari ibu nifas
dari bahaya infeksi serta keluhan fisiologis (Mochtar, 2019).
Penyembuhan luka yang mengalami
kelambatan di sebabkan karena beberapa masalah diantaranya perdarahan yang
disertai dengan perubahan tanda tanda vital, infeksi seperti kulit kemerahan,
demam dan timbul rasa nyeri, pecahnya luka jahitan sebagian atau seluruhnya
akibat terjadinya trauma serta menonjolnya organ bagian dalam kearah luar
akibat luka tidak segera menyatu dengan baik. Bentuk kesembuhan luka perineum
yang baik adalah kesembuhan perprimer. Kesembuhan tersebut cirinya adalah tepi
luka yang disatukan oleh jahitan menutup berhadapan, jaringan granulasi minimal
dan jaringan paru tidak tampak. Dalam penyembuhan luka perinieum dibagi menjadi
dua kelompok yaitu kelompok Eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen
proses penyembuhan luka perinieum 7 hari penyembuhan artinya pada luka perineum
sudah membaik dengan terbentuknya jaringan baru. Sedangkan pada kelompok
kontrol proses penyembuhan luka pada hari ke-10, letak dari perbedaan kelompok
tersebut yakni pada selisih waktu dari kedua kelompok perlakuan menunjukkan
waktu pada kelompok eksperimen yang lebih cepat dibandingkan kelompok kontrol,
karena adanya pengaruh ekstrak ikan gabus yang mengandung albumin dan mineral
tinggi sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka perineum. Terdapat
perbedaan selisih 3,2 hari dalam proses penyembuhan luka antara kelompok
intervensi dengan kelompok kontrol (Karina, Nini,
Wagiyo, & Elisa, 2017).
Nutrisi merupakan pondasi untuk proses
penyembuhan luka lebih cepat. Nutrisi yang baik akan memfasilitasi penyembuhan,
dan menghambat atau bahkan menghindari keadaan malnutrisi. Nutrisi yang paling
penting yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka yaitu mengkonsumsi makanan yang
sarat akan ptotein. Protein dapat diperoleh dari hewan atau tumbuh-tumbuhan.
Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani misalnya daging, susu
atau telur. Sedangkan protein dari tumbuhan disebut protein nabati yang
terdapat pada kacang – kacangan. Kandungan protein hewani tertinggi terdapat di
ikan gabus (Channa striata) dengan kadar protein 20 gram, dan telur sebanyak
12,8 gram (Wulan et al.,
2021). Kelebihan ikan gabus lainnya adalah kandungan
albumin yang tinggi. Penelitian secara klinis albumin ikan gabus membuktikan
bahwa ekstrak ikan gabus mempunyai kandungan albumin yang tinggi dan bisa
menyembuhkan luka operasi. Pemberian ekstrak ikan gabus selama 10 – 14 hari
dapat meningkatkan kadar albumin darah 0,6 – 0,8 gram/dl. Ikan gabus (Channa
striata) merupakan salah
satu jenis ikan yang dapat
meningkatkan daya tahan tubuh karena
mengandung protein dan
albumin yang tinggi. Daging ikan gabus mengandung 70% protein dan 21% albumin.
Di samping itu, daging ikan gabus juga mengandung asam amino yang lengkap serta
mikronutrien zinc, selenium dan iron. Kandungan lain dalam daging ikan gabus
adalah alisin, alil sulfide dan furostanol glikosida (Nurpudji, 2019).
Hal tersebut di dukung dengan Penelitian
yang dilakukan Fajri, Hadisaputro, & Soejoenoes (2018 dengan judul “The
Effect of Shake Fish Extract (Channa striata) on Post partum Section Wound Status in Postpartum Anemia
Mother” menyatakan bahwa ada hubungan ikan gabus terhadap penyembuhan luka pada
ibu postpartum dimana didapatkan hasil bahwa kelompok dengan pemberian ikan
gabus lebih cepat dalam proses penyembuhan luka.
Dari fakta dan opini yang ada ikan gabus
menjadi tren dalam dunia keperawatan untukk mengatasi penyembuhan luka pada
perenium.hal tersebut sudah terbukti secara efektif, untuk menjadi solusi
penyembuhan luka pada perenium pada post partum spontan.
Dari hasil diskusi kelompok bahwa
dalam kandungan ikan gabus mampu menjadi salah satu alternatif solusi untuk
penyembuhan pada luka perenium post partum yang sangat mudah di dapat dan juga
mudah di terapkan dalam mempercepat penyembuhan.
B.
Langkah Strategi Dalam
Menghadapi Trend Issue Banyaknya Jumlah Ibu Nifas Yang Mengalami Kematian
Akibat Adanya Infeksi Pada Luka Perenium Yang Tidak Membaik.
1. Perawatan puerperium
Perawatan puerperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan
mobilisasi dini (early mobilization). Perawatan mobilisasi secara dini
mempunyai keuntungan, sebagai berikut:
a. Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi
infeksi perineum
b. Memperlancar involusi alat kandungan
c. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan
alat perkemihan
d. Meningkatkan kelancaran peredaran darah
,sehingga mempercepat fungsi ASI pengeluaran sisa metabolisme.
2. Kebutuhan Pada Masa Nifas ada beberapa macam
kebutuhan saat nifas antara lain :
a. Nutrisi
Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25%
karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk
memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi.
b. Ambulasi
Klien sudah di perbolehkan bangun dari tempat tidur dan dalam 24-48 jam
postpartum. Keuntungannya early ambulation adalah :
1) Klien merasa lebih baik, lebih sehat dan
lebih kuat.
2) Faal usus dan kandungan kencing lebih baik.
3) Dapat lebih memungkinkan dalam menggajari
ibu untuk merawat atau memelihara anaknya, memandikan dan lain-lain selama ibu
masih dalam perawatan
c. Eliminasi
1) Miksi ( BAK )
Miksi di sebut normal bila dapat buang air
kecil spontan setiap 3-4 jam dan ibu di usahakan dapat buang air kecil.
2) Defekasi ( BAB )
Biasanya 2-3 hari post partum masih sulit buang
air besar.
3) Kebersihan diri
Ibu nifas dapat melakukan mandi dan yang terutama di bersihkan
adalalah putting susu dan mamae dilanjutkan perineum.
a) Perawatan perineum Apabila setelah buang air
kecil atau buang air besar perineum di bersihkan secara rutin. Caranya di mulsi
dsri simpisis sampai anal sehingga tidak terjadi infeksi cara membersihkanya
dengan sabun yang lembut minimal sekali sehari. Biasanya ibu merasa takut pada
kemungkinan jahitan akan lepas, juga merasa sakit sehingga perineum tidak di
bersihkan atau di cuci. Ibu di beri tahu caranya mengganti pembalut yaitu bagian
dalamnya jangan sampai terkontaminasi oleh tangan. Pembalut yang sudah kotor
harus diganti paling sedikit 4 kali dalam sehari.
b) Perawatan payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama putting susu
dengan menggunakan BH yang menyongkong payudara
2) Apabila putting susu
lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap
selesai menyusui. Menyusui tetap di lakukan di mulai dari putting yang tidak
lecet. 3) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam, ASI di
keluarkan dan di minumkan dengan mnenggunakan sendok.
4) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat di
berikan paracetamol 1 tablet setiap 4-6 jam
4. senam nifas
Senam nifas yang di lakukan sejak hari pertama
melahirkan setiap hari sampai hari ke sepuluh terdiri dari sederetan gerakan
tubuh yang di lakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu. Tujuan di
lakukannya senam nifas pada ibu setelah melahirkan:
a. Menggurangi rasa sakit pada otot-otot
b. Memperbaiki perdarahan
c. Menggencangkan otot-otot perut dan perineum
d. Melancarkan penggeluaran lochea
e. Mempercepat involusi
f. Menghindarkan kelainan, misalnya : emboli,
thrombosis, dll
g. Untuk mempercepat penyembuhan, mencegah
komplikasi dan meningkatkan otot-otot punggung, pelvis dan abdomen.
h. Kegel exercise : untuk membantu penyembuhan
luka perineum
i. Meredakan hemoroid dan varikositas vulva
j. Memperbaiki respon seksual
Manfaat senam nifas antara lain :
a. Senam nifas membantu memperbaiki sirkulasi
darah
b. Senam nifas membantu memperbaiki sikap tubuh
dan punggung setelah melahirkan
c. Memperbaiki otot tonus
d. Memperbaiki pelvis dan peregangan otot abdomen
e. Memperbaiki juga memperkuat otot panggul
f. Membantu ibu untuk lebih rileks dan segar pasca
melahirkan
C.
Analisi
kelompok : konsep langkah strategis dalam menghadapi trend issue perubahan
keperawatan à PICO
P: Populasi (Siapakah yang
menjadi populasi/sampel penelitian?) I: Intervensi (Bagaimana intervensi
yang diberikan untuk melakukan proses penyembuhan luka perineum dengan ikan
gabus) C:Compare (Adakah faktor
pembanding terapi untuk penyembuhan luka perineum) O: Outcome (Bagaimana hasil
penelitian tentang pmberian ikan gabus untuk penyembuhan luka perineum?) |
|||||
POPULASI/ PASIEN |
INTERVENSI |
COMPARASION |
OUTCOME |
TIME/LAMA
PENELITIAN |
JURNAL |
|
Intervensi yang diberikan yaitu dengan
memberikan ikan gabus mentah 100gram/3 kali/hari selama 10 hari. Dan
dilakukan observasi untuk mengevaluasi luka perineum |
Pada kelompok placebo hanya diobservasi
selama 10 hari |
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh positif konsumsi ikan gabus terhadap penyembuhan luka
perineum ibu nifas dengan nilai sig P= 0.000<0.05. hari ke 6 luka sudah
membaik 50% dan saat 10 hari setelah pemberian intervensi luka 100%
mengering,
|
Penelitian dilaksankan pada tanggal 5 juni
sampai 12 agustus 2017 |
Consumption of snakehead fish (Channa
Striata) on post partum Maternal Perineal Wound Healing Citra purwanti 2019 (Purwanti,
Natalina, & Marlin, 2019) |
|
Intervensi yang diberikan yaitu dengan
memberikan ekstrak ikan gabus (channa striatus) berbentuk spray yang
disemprotkan pada area insisi luka. Disemprotkan 1kali/hari selama 6 minggu.
setelah itu luka diobservasi menggunakan
instrumen Visual analog cosmetic scale
(VACS) , Wound Evaluation scale (WES) dan Vancouver Scar Scale (VSS) |
Kelompok placebo menerima diberikan spray
tanpa ikan gabus selama 6 minggu. setelah itu luka diobservasi menggunakan instrumen Visual analog cosmetic scale (VACS) , Wound
Evaluation scale (WES) dan Vancouver Scar Scale (VSS) |
Hasil yang didapatkan pemberian spray ikan
gabus (channa Striatus) efektif dalam penyembuhan luka dan mengurangi rasa
nyeri dibandingkan dengan kelompok placebo yang tidak diberikan tindakan.
Hasil terus membaik pada observasi diminggu ke 2, ke 4 dan minggu ke 6. |
Penelitian dilakukan pada bulan juni 2018
selama 6 minggu. |
Snakehead consumtion enhances wound healing
from tradition to modern clinical practice: a Prospective randomized
controlles trial (Sahid et al.,
2018) |
|
Intervensi yang diberikan memberikan ikan gabus
goreng atau sup 100 gram/hari pemberian 5 pasca SC. Intervensi dilakukan
selama 14 hari. Setelah itu diobservasi untuk penilaian luka dengan kriteria
tanda-tanda infeksi, tidak ad aperdarah, pembentukan bekuan darah di fibrin,
luka kering atau adanya abses. |
Pad akelompok control tidak diberikan tindakan
hanya diobservasi selama 14 hari |
Kelompok intervensi mengalami penyembuhan luka
cepat sebanyak 14 orang (82.4%) dan kelompok control mengalami penyembuhan
luka lambat sebanyak 13 orang (76.5%). Hasil P= 0.002<0.05 yang artinya
konsumsi ikan gabus dapat mempercepat penyembuhan luka pasca operasi Caesar
sekitar 82.4%.
|
Penelitian diambil selama 14 hari |
The effect of fiving gabus fish on the healing
process of prosoperative section caesarean (Purba et al., 2020) |
|
Intervensi yang diberikan yaitu dengan pemberian
ektra channa striatus 500mg (2kapsul/hari) selama 6 minggu. Dilakukan
observasi setiap minggu ke 2, kke 4 dan minggu ke 6 pasca operasi. |
Kelompok placebo diberikan 500 mg maltodekstrin
(2kapsul/hari) selama 6 minggu |
Hasil menunjukkan nilai bahwa asupan harian ekstrak
channa striatus efektiv untuk pemulihan dan involusi uterus pada ibu pasca
LSCS dibandingkan dengan kelompok placebo. Sig P= 0.001<0.05 |
Penelitian pengambilan dilakukan selama 6 minggu |
Randomized Controlled Trial on the Effect of Channa striatus Extract on Measurement of the Uterus, Pulsatility Index, Resistive Index of Uterine Artery and Superficial Skin Wound Artery in Post Lower Segment Caesarean Section Women (Bakar
et al., 2018)
|
|
Intervensi yang diberikan yaitu dengan memberikan
81 mg/hari ekstrak channia striata (ikan gabus) selama 10 hari |
Kelompok placebo diberikan natrium karbosimetil
selulosa selama 10hari |
Hasil pada kelompok intervensi kadar albumin lebih
tinggi, menunjukkan tingkat neutrophil yang lebih rendah dan limfosit yang
lebih tinggi dimana selama intervensi 10 hari luka sayatan pada tikus dapat
membaik dan mengering. Maka ada efektivitas dari ekstrak channia striata
untuk meningkatan serum albumin dan untuk pemulihan pada luka
|
Pengambilan data dilakukan selama 10 hari |
Effects of Channa striata Extract on
Albumin Serum and Neutrophil-to-Lymphocyte Ratio in Hyperglycemic Rats with
Wound Injury: A Randomized Control Study (Taslim
et al., 2022) |
|
Intervensi yang diberikan dengan memberikan ikan
gabus untuk dikonsumsi 3kali/hari selama 10 hari dan dilakukan observasi |
Kelompok control tidak diberikan perlakuan hanya
diobservasi selama penelitian berlangsun g |
Didapatkan hasil P=0.000<0.05 diman menunjukkan
adanya pengaruh konsumsi ikan gabus terhadap percepatan penyembuhan luka
perineum pada ibu nifas. |
Pebelitian dilakukan selama 10 hari |
The effect of snakehead fish (channa
striata) consumption in accelerating perinium wound healing (Susilawati,
Patimah, & Imaniar, 2021) |
|
Kelompok intervensi 1: diberikan 50% ekstrak ikan
gabus dan diberikan aquadeest selama 5 hari
Kelompok intervensi 2: diberikan 100% ekstrak ikan
gabus selama 5 hari |
Kelompok placebo hanya diberikan aquadest saja pad
luka selama 5 hari |
Pada kelompok intervensi dan kelompok placebo ada
perbedaan signifikan dimana terdapat pengaruh 100% pemberian ekstrak ikan
gabus terhadap penurunan makrofag dan pembuluh darah pada reaksi inflamasi
luka pada kulit.
|
Pengambilan data diambil selama 5 hari |
The Effect of Snakehead Fish (Channa
striata) Extract on Inflammation Reaction of Skin Wound Tissue in Rattus
novergicus Wistar Strain (Ramadhanti,
Sandhika, Dwi, & Widodo, n.d.2021) |
|
Intervensi yang diberikan yaitu dengan memberikan
olahan ikan gabus yang sudah dikukus seberat 100gr selama 8 hari. Dan setelah
itu diberikan post test pengukuran penyembuhan luka dengan instrumen REEDA
(Redness, Edema, Ecchymosis, Discharge, Approximation) dengan kategori
penyembuhan cepat <6hari, Sedang 6-7 hari dan lama >7hari |
Pada kelompok control hanya dilakukan pengamatan
saja dan dilakukan posttest pengukuran penyembuhan luka dengan instrumen
REEDA (Redness, Edema, Ecchymosis, Discharge, Approximation) dengan kategori
penyembuhan cepat <6hari, Sedang 6-7 hari dan lama >7hari |
Pada kelompok intervensi didapatkan hasil 7 orang
(70%) penyembuhan luka cepat dan 3 orang (30%) penyembuhan luka normal.
Sedangkan pada kelompok control didapatkan hasil 7 orang penyembuhan luka
lama, dan3 orang dengan penyembuhan luka normal. Dari hasil tersebut
didapatkan nilai sig= 0.004<0.05 maka adanya pengaruh ikan gabus kukus
terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu postpartum
|
Penelitian dilakukan selama 8 hari di klinik niar
medan |
Pemberian ikan gabus dalam penyembuhan luka erineum
pada ibu post partum Mayang wulan, sri juliani Jurnal Kebidanan Malahayati (JKM) vol 7, No 4
Oktober 2021 (Wulan et al., 2021) |
|
Intervensi yang
dilakukan dengan memberikan ekstra ikan gabus sebanyak 500mg diminum 3 kali
perhari saat pagi (jam 08:00), siang (jam 15:00), dan malam (jam 22:00) pada
hari ke 1 postpartum sampai dengan hari ke-10. |
Pada kelompok kontrol
tidak ada perlakuan |
P<0.05 dimana
pemberian penambahan ekstrak ikan gabus lebih efektif terhadap penyembuhan
luka perineum ibu postpartum dibandingkan dengan yang tidak diberikan ektrak
ikan gabus. |
Pengamatan dilakukan
selama 10 hari |
Eksrak Ikan Gabus
Terhadap Luka Perineum Suci Mega sari,anggraini , Ratna dewi putri Jurnal Medika Malahayati, Volume 4, Nomor 4,
2020 (Mega,
Anggraini, & Dewi, 2020) |
|
Kelompok eksperimen diberikan kukusan ikan
gabus 700gr selama 7 hari. |
Kelompok control tidak diberikan tindakan
seperti kelompok eksperimen. |
P<0.000dimana terdapat pengaruh signifikan
ikan gabus terhadap penyembuhan pada luka perineum grade II. Seaat di
observasi pad hari ke-8 ibu post partum mengalami penyembuhan luka perineum
total dan tidak ada tanda adanya infeksi perineum. |
Penelitian dilakukan pada bulan November 2019
sampai bulan januari 2020. Peelitian dilakukan selama 8 hari. |
Pengaruh ikan gabus terhadap penyembuhan luka
perineum pada ibu postpartum di puskesmas sunga piring tahun 2019 Rika Aldesta, Rifa Rahmi, Fajar Sari
Tanberika Jurnal Medikes (media Informasi Kesehatan),
volume 7, Nomor 1 2020 (Aldesta,
Rahmi, & Tanberika, 2020)
|
|
Intervensi yang
diberikan yaitu dengan pemberian ikan gabus kukus satu hari 3kali selama 10
hari. Kemudian diobservasi pengaruhnya terhadap penyembuhan luka perineum
pada hari pertama, hari keempat, hari ketujuh dan hari ke sepuluh. |
Kelompok control
dilakukan pengamatn saja |
Hasil analisis data
yang didapatkan P<0,05 dengan rata-rata lama peyembuhan kelompok
eksperimen 7hari sedangkan kelompok control 10 hari. Maka dapat diartikan
bahwa ikan gabus kukus lebih efektif terhadap peyembuhan luka laserasi
perineum ibu postpartum. |
Penelitian dilakukan
selama 10 hari. Dan observasi dilakukan pada hari pertama, keempat, ketujuh
dann sepuluh. |
Efektivitas pemberian ikan gabus kukus
terhadap penyembuhan laserasi perineum pada ibu postpartum Fauziah, Fitriana, Siti noorbaya Indonesian Journal of Midwife (IJM) vol 3 No
2 , September 2020 (Fauziah,
Fitriana, & Noorbaya, 2020) |
|
Intervensi yang
diberikan setia hari selama 10 hari berturut-turut 100gr/hari dan dikonsumsi
3kali/hari. Setelah itu diobservasi menggunakan instrumen REEDA. |
Pada keompok control tidak diberikan
perlakuan hanya diobservasi menggunakan instrumen REEDA |
Rata-rata waktu penyembuhan luka kelompok
intervensi 4.73 hari sedangkan kelompok control 6.68 hari. Didapatkan nilai
p= 0.000<0.05 maka dapat diartikan bahwa abon ikan gabus berpengaruh
terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu nifas |
Penelitian dilakukan dari bulan April-Juli
2020 |
Pengaruh mengkonsumsi abon ikan gabus untuk
mempercepat penyembuhan luka perineum pada ibu nifas (shredded cork fish
accelerates perineal wound healing in postpartum mother) Dita selviana Jurnal kebidanaj basurek vol 6 No 1 2021 (Selvianti
& Nilawati, 2021)
|
|
Intervensi yang
diberikan yaitu dengan memberikan ekstra ikan gabus selama 7 hari. Dan
dilakukan pengukuran kadar IL-6 dilakukan setelah bersalin hari pertama dan
selama pemberian intervensi 7 hari. |
Pada kelompok control diberikan health
education selama 7 hari dan dilakukan pengukuran kadar IL-6 selama 7 hari. |
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh secara signifikan terhadap pemberian ekstra ikan gabus terhadap
penurunan kadar IL-6 dengan hasil yaitu kelompok intervensi p=0.02<0.05
dan kelompok control p=1.00>0.05 |
Penelitian dilakukan pada bulan September
2017 |
Pengaruh Pemberian Ikan Gabus Terhadap Kadar
Interleukin-6 pada ibu nifas dengan rupture perineum Irmayanti Jurnal Voice OF Midwifery Vol 5 No 7 2018 (A.Oka, 2018)
|
|
Intervensi yang
diberikan yaitu dengan pemberian suplementasi zinc dan ekstrak ikan gabus.
Pasrtisipan diobservasi sejak hari pertama pasca melahirkan mengkonsumsi 1
tablet suplemen zinc 20mg dan 2 kapsul ekstra ikan gabus 500mg secara rutin
hingga hari ke 7. Setelah itu dilakukan skoring dengan metode observasi
menggunakan instrumen REEDA dan evaluasi dilakukan pada hari ke 7
|
Penelitian ini tidak ada kelompok pembanding
karena menggunakan penelitian deskriptif analitik dengan pendnekatan studi
kasus. |
Sebelum dilakukan penerapan pemberian
suplemen zinc dan ekstrak ikan gabus ini score luka dalam rentang 11-12.
Setelah dilakukan intervensi pemberian suplemen zinc dan ekstrak ikan gabus
kelima partisipan luka membaik selama 7 hari. |
Analisis data diambil selama 7 hari observasi
dengan pasien |
Pemberian suplementasi zinc dan ekstrak ikan
gabus untuk mempercepat penyembuhan luka perineum Rafilah intiyani 2018 (Intiyani,
Astuti, & Sofiana, 2018) |
|
Intervensi yang
diberikan yaitu dengan memberikan kukusan ikan gabus 100mg selama 10 hari |
Pada kelompok control tidak diberikan
perlakuan khusus hanya diobservasi selama 10 hari |
Pada hari ke10 dari 10 responden mengalami penyembuhan
luka dan luka sudah kering tidak ada perdarahan dan sudah menutup pada
kelompok intervensi p=0.012<0.05 |
Penelitian dilakukan selama 10 hari |
Efektivitas ikan gabus terhadap penyembuhan
luka perineum pada ibu post partum di wilayah kerja puskesmas kalongan
kabupaten semarang Tika Yuliana 2019 (Violita,
2019)
|
|
Intervensi yang
diberikan yaitu dengan pemberian ekstrak ikan gabus dan daun binahong selama
14 hari dengan dosis 3kali/hari 0.25gr diminum 1 jam sebelum makan. Kemudian
dilakukan observasi selama 14 hari. |
Kelompok control hanya dilakukan observasi
dan tidak ada perlakuan khusus |
Rata-rata lama proses penyembuhan luka
operasi sc pada ibu nifas yang mengkonsumsi ekstrak ikan gabus adalah 8 hari
, ekstrak daun binahong adalah 12 hari. Efektivitas ekstrak ikan gabus dan
daun binahong terhadap lama penyembuhan luka ibu nifas post sc dengan nilai
p=0.013 < 0.05 |
Penelitian dilaksanakan pada bulan
januasi-juni 2017 |
Perbedaan efektivitas ekstrak ikan gabus dan
daun binahong terhadap lama penyembuhan luka operasi section caesarea pada
ibu nifas Intan Nugraheni 2018 (Nugraheni
& Kurniarum, 2018) |
|
intervensi yang
diberikan abon ikan sebanyak 200gram/hari selama 7 hari setelah itu
diobservasi menggunakan skala instrumen REEDA pada hari ketiga dan ketujuh |
Kelompok control hanya diobservasi
menggunakan skala REEDA pada hari ketiga dan ketujuh |
Pada
hari ketiga 100% kelompok intervensi dengan hasil luka membaik sedangkan
kelompok control dengan hasil 60%. Pada hari ketujuh kelompok intervensi
mengalami penyembuhan luka membaik dengan nilai p= 0.003<0.05
|
Penelitian dilakukan selama 7 hari |
Pemberian abon ikan gabus (Channa Striata)
terhadap proses penyembuhan luka post sc di RSIA BS Tangerang Lastri 2020 (Mei &
Susan, 2020) |
D.
Pembahasan
Menurut penelitian dari
jurnal (Purwanti et al., 2019)
ekstrak ikan gabus mengandung senyawa yang penting untuk proses pembetukan
jaringan baru dan penyembuhan luka ada kandungan didalamnya seperti albumin,
mineral Zinc, Cu, dan Fe. Pada penelitian ini pemberian ikan gabus selama 10
hari sebanyak 100gram hasil yang didapatkan setelah 6 hari pemberian luka
kering 50% dan setelah 10 hari 100% luka kering dan tidak ada tanda-tanda
infeksi. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa pemberian ikan gabus pada 27
ibu nifas dengan post partum SC diberikan 100 gram ikan gabus selama 14
menghasilkan luka kering sempurna dan penyembuhan cepat sebanyak 82.4%(Purba et al., 2020).
Menurut penelitian (Bakar et al., 2020)
10 ibu post partum dengan luka perineum 7 orang mengalami penyembuhan luka
normal dan 3 orang mengalai penyembuhan luka lama selama 10 hari pemberian
ekstra ikan gabus 100gram/3kali/hari.
Menurut penelitian (Susilawati et al., 2021)
pemberian ekstrak ikan gabus pada 60 ibu nifas dengan luka perineum derajat I
dan derajat II selama 10 hari dengan jadwal pemberian 3 kali/hari memberikan
efek signifikan dalam penyembuhan luka perineum, dengan hasil yang ditunjukkan
pada hari ke-7 kulit epitel sudah saling menutup sempurna pada permukaan luka.
Menurut asumsi Penelitian lain menjelasksan bahwa pemberian ikan gabus secara
rutin dapat mempercepat penyembuhan luka perineum pada ibu post partum, hal ini
dikarenakan ikan gabus memiliki gandungan albumin yang tinggi (Wulan et al., 2021).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian (A.Oka, 2018) bahwa
konsumsi ikan gabus selama 10-14 hari dapat meningkatkan kada albumin darah
sebesar 0.6-0.8 gram/dl. Menurut (Mega et al., 2020)
pemberian ikan gabus kukus seberat 100gram mengandung 69 gram kalori dan 25.6
gram protein dan 1.7 gram lemak, jumlah protein tersebut yang diperlukan dalam
penyembuhan luka perhari dan membuat luka lebih cepat membaik.
Menurut (Aldesta et al., 2020)
kandungan protein ikan gabus juga lebih tinggi dari makanan yang biasa
dikonsumsi seperti telur, daging ayam ataupun daging sapi. Karena kandungan
ikan ini memiliki manfaat dan kegunaan untuk mempercepat penyembuhan luka
perineum ibu nifas maupun luka ibu post SC. Ditunjang dengan jurnal lain
mengatakan bahwa tingkat konsumsi makanan yang bergizi berpengaruh terhadap
penyembuhan luka pada manusia salah satunya dengan konsumsi ikan gabus (Channa
Striata) (Nurpudji, 2019).
Menurut (Nugraheni & Kurniarum, 2018)kebutuhan
utama yang harus dipenuli oleh ibu post partum dengan adanya luka adalah
nutrisi yang baik untuk sistem imun dan penyembuhan
luka. Kandungan ikan gabus dapat meningkatkan daya tahan tubuh karena
mengandung protein dan albumin, daging ikan gabus mengandung 70% protein dan
21% albumin, selain itu ikan gabus juga mengandung asam amino yang lengkap
dengan mikronutrien zinc, selenium dan iron(Fauziah et al., 2020).
E. Kesimpulan Analisa PICO:
Dari hasil diatas didapatkan bahwa
penelitian dilakukan kepada responden dengan rata-rata rentang 20-40
partisipan. Ibu postpartum tersebut dikelompokkan menjadidua bagian yaitu
kelompok intervensi dan kelompok control sesuai dengan tujuan penelitian yaitu
untuk mengetahui efektivitas ikan gabus dalam penyembuhan luka perineum derajat
1 dan derajat 2. Dalam
penelitian jurnal diatas kesembuhan luka perineum ibu post partum rata-rata
7-10 hari sudah membaik dan tidak adanya tanda infeksi. Sedangkan pada luka
perineum yang tidak diberikan perlakuan hanya diobservasi menggunakan skala
REEDA mendapatkan hasil bahwa luka tersebut penyembuhannya lebih lama berkisar
alam rentang 10 hari keatas sesuai dengan penelitian jurnal diatas. Maka dapat
disimpulkan bahwa ikan gabus kukus signifikan dalam proses penyembuhan luka
perineum ibu post partum derajat 1 dan derajat 2. Kelebihan dari ikan gabus
adalah tingginya kadar albumin yang dapat membantu proses penyembuhan luka dan
metabolism tubuh.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil literature review dari beberapa jurnal penelitian yang diambil maka dapat
diambil kesimpulan, nutrisi yang paling penting yang dibutuhkan untuk
penyembuhan luka yaitu mengkonsumsi makanan yang sarat akan protein. Kandungan
protein hewani tertinggi terdapat di ikan gabus (Channa striata) dengan kadar protein 20 gram, dan telur sebanyak
12,8 gram (Wulan et al., 2021). Terdapat pembuktian penelitian dari
jurnal (Purwanti et al., 2019) pemberian ikan gabus selama 10 hari
sebanyak 100 gram hasil yang didapatkan setelah 6 hari pemberian luka kering
50% dan setelah 10 hari 100% luka kering dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
Penelitian lain (Susilawati et al., 2021) juga menunjukkan bahwa pemberian ekstrak
ikan gabus pada 60 ibu nifas dengan luka perineum derajat I dan derajat II
selama 10 hari dengan jadwal pemberian 3 kali/hari memberikan efek signifikan
dalam penyembuhan luka perineum, dengan hasil yang ditunjukkan pada hari ke-7
kulit epitel sudah saling menutup sempurna pada permukaan luka. Hal ini juga
sejalan dengan penelitian (Mega et al., 2020) pemberian ikan gabus kukus seberat
100gram mengandung 69 gram kalori dan 25.6 gram protein dan 1.7 gram lemak,
jumlah protein tersebut yang diperlukan dalam penyembuhan luka perhari dan
membuat luka lebih cepat membaik.
Perkembangan
trend dan issue keperawatan di masyarakat mengenai konsumsi ikan gabus pasca
hospital persalinan normal dapat dijadikan pedoman dalam penyembuhan luka.
Pada analisa
PICOT didapatkan bahwa pada kelompok intervensi kesembuhan luka perineum ibu
post partum rata-rata 7-10 hari sudah membaik dan tidak adanya tanda infeksi.
Sedangkan pada luka perineum yang tidak diberikan perlakuan hanya diobservasi
mendapatkan hasil bahwa luka tersebut penyembuhannya lebih lama berkisar alam
rentang 10 hari keatas sesuai dengan penelitian jurnal diatas. Maka dapat
disimpulkan bahwa ikan gabus kukus signifikan dalam proses penyembuhan luka
perineum ibu post partum derajat 1 dan derajat 2.
B.
Saran
1. Institusi
pendidikan
Diharapkan dapat
digunakan sebagai salah satu sumber informasi mengenai gambaran pemberian ikan
gabus terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu post partum.
2. Tenaga
medis
Diharapkan dapat
menjadi acuan dan evidence based practice dalam intervensi keperawatan.
3. Peneliti
selanjutnya
Diharapkan dapat
digunakan sebagai salah satu sumber informasi dan sumber data mengenai
pemberian ikan gabus terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu post partum.
4. Masyarakat
Hasil penelitian
ini diharapkan dapat digunakan oleh masyarakat terutama ibu post partum yang
mengalami luka perineum sebagai bahan informasi dan masukan dalam menambah
wawasan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu post partum.
DAFTAR PUSTAKA
A.Oka, I. (2018). Pengaruh Pemberian Ekstrak Ikan Gabus
Terhadap Kadar Interleukin – 6 Pada Ibu Nifas Dengan Rupture Perineum. Voice
of Midwifery, 5(07), 65–72. https://doi.org/10.35906/vom.v5i07.17
Aldesta, R., Rahmi, R., & Tanberika, F. S. (2020).
Pengaruh Ikan Gabus Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Post Partum Di
Puskesmas Sungai Piring Tahun 2019. Jurnal Medikes (Media Informasi
Kesehatan), 7(1), 133–142. https://doi.org/10.36743/medikes.v7i1.214
Bakar, M. R. A., Kadir, A. A., Wahab, S. Z. A., Karim, A. H.
A., Hussain, N. H. N., Noor, N. M., … Yunus, R. (2015). Randomized controlled
trial on the effect of channa striatus extract on measurement of the uterus,
pulsatility index, resistive index of uterine artery and superficial skin wound
artery in post lower segment caesarean section women. PLoS ONE, 10(7),
1–11. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0133514
Fauziah, F., Fitriana, F., & Noorbaya, S. (2020).
Efektivitas Pemberian Ikan Gabus Kukus Terhadap Penyembuhan Laserasi Perineum
Pada Ibu Postpartum. Indonesian Journal of Midwifery (IJM), 3(2),
92. https://doi.org/10.35473/ijm.v3i2.622
Intiyani, R., Astuti, D. P., & Sofiana, J. (2018). The
8 th University Research Colloquium 2018 Universitas Muhammadiyah Purwokerto
PEMBERIAN SUPLEMENTASI ZINC DAN EKSTRAK IKAN GABUS UNTUK IMPLEMENTATION OF ZINC
SUPPLEMENT AND SNAKE HEAD FISH EXTRACTS The 8 th University Research Colloquium
2018 Universit. 571–578.
Karina, Nini, Wagiyo, & Elisa. (2016). Efek Pemberian
Ekstra Ikan Gabus Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Postpartum DiBPM.
Jurnal Keseharan Masyarakat, 4(1).
Machmudah. (2015). GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA IBU
POSTPARTUM; POSTPARTUM BLUES. 3(2), 118–125.
Mega, S., Anggraini, & Dewi, P. ratna. (2020). EKSTRAK
IKAN GABUS TERHADAP LUKA PERINEUM. 3(1), 30–52.
Mei, W. lastri, & Susan, S. (2020). Pemberian Abon Ikan
Gabus (Channa Striata) terhadap Proses Penyembuhan Luka POST SC DI RSIA BS
TANGERANG. Jurnal Kesehatan STIKes Banten RI, 8(1).
Mochtar, C. A. (2013). Sinopsis Obstetri Fisiologi
Patologi, Jilid 1. Jakarta: EGC.
Nugraheni, I., & Kurniarum, A. (2018). Perbedaan
Efektivitas Ekstrak Ikan Gabus Dan Daun Binahong Terhadap Lama Penyembuhan Luka
Operasi Sectio Caesarea Pada Ibu Nifas. Interest : Jurnal Ilmu Kesehatan,
5(2), 157–162. https://doi.org/10.37341/interest.v5i2.48
Nurhayati, F. (2017). HUBUNGAN STATUS PARITAS DENGAN
TINGKAT KEMANDIRIAN. 355–359.
Nurpudji. (2019). Keajaiban Ikan Gabus. Jakarta: Kamboja
Kelopak Enam.
Oktaputrining, D. (2016). Post Partum Blues : Pentingnya
Dukungan Sosial Dan Kepuasan Pernikahan Pada Ibu Primipara.
Purba, T. J., Manalu, A. B., Ariescha, P. A. Y., Yanti, M.
D., Girsang, R., & Wahyuni, E. S. (2020). The Effect of Giving Gabus
Fish on the Healing Process of Postoperative Sectio Caesarean. (Ichimat
2019), 43–50. https://doi.org/10.5220/0009463200430050
Purnamasari, R. (2020). ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN
POSTPARTUM BLUES DI PUSKESMAS PERUMNAS KABUPATEN REJANG LEBONG. 8(1),
29–36.
Purwanti, C., Natalina, R., & Marlin, R. (2019).
Consumption of snakehead fish (channa striata) on postpartum maternal perineal
wound healing. Journal of Health Technology Assessment in Midwifery, 2(2),
75–79. https://doi.org/10.31101/jhtam.873
Ramadhanti, N. A., Sandhika, W., & Widodo, A. D. W.
(2021). The Effect of Snakehead Fish (Channa striata) Extract on Inflammation
Reaction of Skin Wound Tissue in Rattus novergicus Wistar Strain. Berkala
Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin, 33(1), 48.
https://doi.org/10.20473/bikk.v33.1.2021.48-54
Sahid, N. A., Hayati, F., Rao, C. V., Ramely, R., Sani, I.,
Dzulkarnaen, A., … Ali, A. A. (2018). Snakehead Consumption Enhances Wound
Healing? from Tradition to Modern Clinical Practice: A Prospective Randomized
Controlled Trial. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine,
2018. https://doi.org/10.1155/2018/3032790
Sanjaya, D. G. W. (2018). TANDA BAHAYA SERTA
PENATALAKSANAAN PERDARAHAN POST-PARTUM. 3(1), 9–18.
Selvianti, D., & Nilawati, I. (2021). Pengaruh
Mengkonsumsi Abon Ikan Gabus untuk Mempercepat Penyembuhan Luka Perineum Pada
Ibu Nifas Shredded Cork Fish Accelerates Perineal Wound Healing in Postpartum
Mothers Abstrak Kematian Ibu ( AKI ) di dunia yaitu Berdasarkan data profil
Kesehatan Kota. 6(1), 25–29.
Susilawati, S., Patimah, M., & Imaniar, M. S. (2021). the
Effect of Snakehead Fish (Channa Striata) Consumption in Accelerating Perinium
Wound Healing. Siklus : Journal Research Midwifery Politeknik Tegal, 10(1),
44–48. https://doi.org/10.30591/siklus.v10i1.2114.g1341
Suyono. (2011). Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Taslim, N. A., Fitriana, N., Suprapti, N. L. E., Marsella, C.
P., Bukhari, A., Rasyid, H., … Madjid, M. (2022). Effects of Channa striata
Extract on Albumin Serum Neutrophil-to-Lymphocyte Ratio in Hyperglycemic Rats
Wound Injury: A Randomized Control Study. Open Access Macedonian Journal of
Medical Sciences, 10, 450–455.
https://doi.org/10.3889/oamjms.2022.8179
Violita, T. Y. V. (2019). Efektivitas Ikan Gabus Terhadap Penyembuhan
Luka Perineum Pada Ibu Post Partum Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalongan
Kabupaten Semarang. Universitas Ngudi Waluyo Program Studi Kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan, 0–8.
Wulan, M., Juliani, S., Arma, N., Marsaulina, I., &
Syari, M. (2021). Pemberian Ikan Gabus Dalam Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu
Post Partum. Jurnal Kebidanan Malahayati, 7(4), 766–771.
https://doi.org/10.33024/jkm.v7i4.5238
Yunitasari, E. (2020). Post partum blues; Sebuah tinjauan
literatur. 2(2), 303–307.
Lampiran
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA IBU POST PARTUM
SPONTAN
A.
Definisi
Persalinan Normal
Persalinan
ialah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput
dari tubuh ibu. Bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan
melalui jalan lahir disebut persalinan spontan. Sebaliknya, jika persalinan
dibantu dengan alat dan/atau tenaga dari luar, misalnya ekstraksi dengan
forseps, atau dilakukan operasi seksio sesarea, disebut persalinan buatan. Pada
umumnya persalinan terjadi jika bayi sudah cukup besar untuk hidup di luar.
Kadang-kadang persalinan tidak dimulai dengan sendirinya, tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitosin atau prostaglandin.
Keadaan ini disebut persalinan anjuran (Machmudah, 2015).
Persalinan
adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu
bersalin, persalinan yang normal terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan/setelah usia kehamilan 37 minggu atau lebih tanpa penyulit. Persalinan
dimulai/inpartu sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan – perubahan
pada serviks yang membuka dan menipis dan berkahir dengan lahirnya bayi beserta plasenta secara
lengkap (Nurhayati, 2017).
B.
Anatomi
Fisiologi
1. Anatomifisiologi
(Sumber
: Mudiana, 2013)
a.
Vulva
Vulva merupakan
daerah yang menyelubungi vagina. Vulva
terdiri atas mons pubis, labia, klitoris, daerah ujung luar vagina, dan saluran
kemih. Mons pubis adalah gundukan jaringan lemak yang terdapat di bawah perut.
Daerah ini dapat di kenali dengan mudah karena di tutupi oleh rambut pubis.
Rambut ini akan tumbuh saat seorang gadis beranjak dewasa. Labia adalah lipatan
berbentuk bibir yang terletak di dasar mons pubis. Labia terdiri atas dua bibir,
yaitu bibir luar dan bibir dalam. Bibir dalam disebut labium mayora, merupakan
bibir yang tebal dan besar. Sedangkan bibir dalam disebut labium minora,
merupakan bibir tipis yang menjaga jalan masuk ke vagina. Klitoris terletak
pada pertemuan antara kedua labia mayora dan dasar mons pubis. Ukurannya sangat
kecil sebesar kacang polong, penuh dengan sel saraf sensorik dan pembuluh
darah. Alat ini sangat sensitive dan berperan besar dalam fungsi sexual
(Mudiana,2013)
b.
Vagina
Vagina adalah
saluran yang elastic, panjangnya sekitar 8-10 cm, dan berakhir pada rahim.
Vagina dilalui darah saat menstruasi dan merupakan jalan lahir. Karena
terbentuk dari otot, vagina bisa melebar dan menyempit. Kemampuan ini sangat
hebat, terbukti pada saat melahirkan vagina bisa melebar seukuran bayi yang
melewatinya. Pada bagian ujungyang terbuka, vagina ditutupi oleh sebuah selaput
tipis yang dikenal dengan istilah selaput dara. Bentuknya berbeda-beda setiap
wanita. Selaput ini akan robek saat bersenggama, kecelakaan, masturbasi/onani
yang terlalu dalam, olah raga dan lain sebagainya (Mudiana, 2013)
c.
Serviks
Servik disebut juga dengan mulut rahim.
Serviks ada pada bagian terdepan dari rahim dan menonjol kedalam vagina,
sehingga berhubungan dengan vagina. Serviks memproduksi cairan berlendir. Pada
sekitar waktu ovulasi, mucus ini menjadi banyak, elastik dan licin. Hal ini
membantu spermatozoa mencapai uterus. Saluran yang berdinding tebal ini akan
menipis dan membuka saat proses persalinan di mulai (Mudiana, 2013)
d.
Rahim
Rahim disebut juga
uterus. Alat ini memiliki peranan yang besar dalam reproduksi wanita. Rahim
berperan besar saat menstruasi hingga melahirkan. Bentuk rahim seperti buah
pear, berongga dan berotot. Sebelum hamil beratnya 30-50 gram dengan ukuran
panjang 9 cm dan lebar 6 cm kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Tetapi
saat hamil mampu membesar dan beratnya mencapai 1000 gram. Rahim berfungsi
sebagai tempat untuk perkembangan embrio menjadi janin. Dinding rahim memiliki
banyak pembuluh darah sehingga dindingnya menebal ketika terjadi pertumbuhan
janin. Rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu (Mudiana, 2013) :
1)
Lapisan parametrium,
merupakan lapisan paling luar dan yang berhubungan dengan ronggaperut.
2)
Lapisan miometrium
merupakan lapisan yang berfungsi mendorong bayi keluar pada proses
persalinan(kontraksi)
3)
Lapisan endometrium
merupakan lapisan dalam rahim tempat menempelnya sel telur yang sudah di buahi.
Lapisan ini terdiri atas lapisan kelenjar yang berisi pembuluhdarah.
e.
Ovarium
Ovarium menghasilkan
ovum. Ovarium disebut juga dengan indung telur. Letak ovarium disebelah kiri
dan kanan rongga perut bagian bawah. Ovarium berhasil memproduksi sel telur
jika wanita telah dewasa dan mengalami siklus menstruasi. Setelah sel telur
masak, akan terjadi ovulasi yaitu pelepasan sel telur dari ovarium. Ovulasi
terjadi setiap 28 hari. Sel telur disebut juga dengan ovum (Mudiana,2013)
f.
Tubafalopi
Tuba falopi disebut
juga dengan saluran telur. Saluran telur adalah sepasang saluran yang berada
pada kanan dan kiri rahimsepanjang 10 cm. saluran ini menghubungkan rahim
dengan ovarium melalui fibria. Ujung yang satu dari tuba falopi akan bermuara
dirahim sedang ujung yang lainny merupakan ujung bebas dan terhubung kedalam
rongga abdomen. Ujung yang bebas berbentuk seperti umbai dan bergerak bebas.
Ujung ini disebut fibbria dan berguna untuk menangkap sel telur saat di lepas
oleh ovarium. Dari fibria, telur digerakkan oleh rambut- rambut halus yang
terdapat didalam saluran telur menuju ke dalam rahim (Mudiana,2013)
2.Fisiologi
Secara garis besar, kembar di bagi
menjadi dua. Monozigot, kembar yang berasal dari satu telur dan dizigot, kembar
yang berasal dari dua telur. Dari seluruh jumlah kelahiran kembar, sepertiganya
adalah monozigot. Kembar dizigot berarti dua telur matang dalam waktu
bersamaan, lalu di buahi sperma. Akibatnya, kedua sel telur itu mengalami
pembuahan dalam waktu bersamaam. Sedangkan kembar monozigot berarti satu telur
yang dibuahi sperma, lalu membelah dua. Masa pembelahan inilah yang akan
berpengaruh pada kondisi bayi kelak.
Masa pembelahan sel telur terbagi dalam
empat waktu, yaitu 0-72 jam, 4-8 hari, 9-12 dan 13 hari atau lebih. Pada pembelahan
pertama, akan terjadi diamniotik yaitu rahim punya dua selaput ketuban, dan
dikorionik atau rahim punya dua plasenta. Sedangkan padapembelahan kedua,
selaput ketuban tetap dua, tapi rahim hanya punya satu plasenta. Pada kondisi
ini, bisa saja terjadi salah satu bayi mendapat banyak makanan, sementara bayi
satunya tidak. Akibatnya, perkembangan bayi bisa terhambat. Lalu, pembelahan
ketiga, selaput ketuban dan plasenta masing-masing hanya sebuah, tapi bayi
masih membelah dengan baik.
Dari keempat pembelahan tersebut, tentu
saja adalah pembelahan pertama, karena bayi bisa membelah dengan sempurna.
Namun pembelahan ini tidak bisa diatur waktunya. Faktor yang mempengaruhi waktu
pembelahan, dan kenapa bisa membelah tidak sempurna sehingga mengakibatkan dempet,
biasanya di kaitkan dengan infeksi, kurang gizi, dan masalah lingkungan
(Mardiana, 2013)
C.
Etiologi
Berikut etiologi persalinan
normal :
a. Teori Penurunan Kadar Hormon Progesteron
Pada akhir kehamilan terjadi
penurunan kadar progesteron yang mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus
karena sintesa prostaglandin di chorioamnion.
b. Teori Rangsangan Estrogen
Estrogen menyebabkan
iritability miometrium, estrogen memungkinkan sintesa prostaglandin pada
decidua dan selaput ketuban sehingga menyebabkan kontraksi uterus (miometrium).
c. Teori Ketegangan
Rahim yang menjadi besar dan
meregang menyebabkan iskemia otot – otot rahim, sehingga menganggu sirkulasi
utero plasenter.
d. Teori Plasenta Sudah Tua
Pada umur kehamilan 40
minggu mengakibatkan sirkulasi pada plasenta menurun segera terjadi degenerasi
trofoblast maka akan terjadi penurunan produksi hormone.
e. Teori Tekanan Serviks
Fetus yang berpresentasi
baik dapat merangsang akhiran syaraf sehingga serviks menjadi lunak dan terjadi
dilatasi internum yang mengakibatkan SAR (Segemen Atas Rahim) dan SBR (Segemen
Bawah Rahim) bekerja berlawanan sehingga terjadi kontraksi dan retraksi
(Purnamasari, 2020).
E.
Manifestasi
Klinis
1.Tandapermulaanpersalinan
Menurut (Yunitasari, 2020) Pada permulaan persalinan / kata pendahuluan (Preparatory stage of
labor) yang terjadi beberapa minggu sebelum terjadi persalinan, dapat terjadi
tanda-tanda sebagai berikut :
a.
Lightening atau setting /
deopping, yaitu kepala turun memasuki pintu ataspanggulterutama
padaprimigravida.
b.
Perut kelihatan lebih
melebar, fundus uteri turun.
c.
Perasaan sering kencing
(polikisuria) karena kandung kemih tertekan olehbagianterbawah janin.
d.
Perasaan sakit diperut
dan dipinggang karena kontraksi ringan otot rahim dantertekannya fleksus
franken hauser yang terletak pada sekitar serviks (tanda persalinan false-false
labour pains).
e.
Serviks menjadi lembek,
mulai mendatar karena terdapat kontraksi otot rahim.
f.
Terjadi pengeluaran
lendir, dimana lendir penutup serviks dilepaskan dan bisa bercampur darah
(Bloody show).
2.
Tanda-tanda
Post partus sebagai berikut:
Post partus ditandai oleh:
a. Sistem reproduksi
1) Uterus
ditandai dengan kembalinya uterus kekondisi normal setelah hamil
2) Keluarnya
lochea, komposisi jaringan endometrial, darah dan limfe.
Tahapannya:
-
Rubra (merah) : 1-3 hari
-
Sanguino lenta : warna
merah kekuningan, berisi darah dan lendir terjadi pada hari ke 3-7
-
Lochea serosa : berwarna
kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke7-14 pasca persalinan
- Lochea
alba : cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu pasca persalinan
-
Lochea purulenta: ini
terjadi karena infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
-
Lochiotosis: lochea tidak
lancar keluarnya
3) Siklus
menstruasi
Siklus menstruasi akan mengalami
perubahan saat ibu mulai menyusui
4)
Serviks
Setelah lahir servik akan mengalami
edema, bentuk Distensi untuk beberapa
hari, struktur interna akan kembali setelah 2 minggu
5)
Vagina
Nampak berupae kembali pada 3
minggu
6) Perinium
Akan terdapat robekan jika di lakukan
episiotomi yang akan terjadi masa penyembuhan selama 2 minggu
7)
Payudara
Payudara
akan membesar karena vaskularisasi dan engor gemen (bengkak karena peningkatan
prilaktin. (Machmudah, 2015)
F.
Pemeriksaan
Penunjang
-
Pemeriksaan diagnostik
dilakukan umutk pemantauan janin terhadap kesehatan janin seperti pemantauan
EKG JDL dengan diferensial
-
elektrolit
-
hemoglobin/ hematokrit
-
USG
-
Pemeriksaan Hb
-
golongan darah
-
urinalisis
-
amniosentesis terhadap
maturitas paru janin sesuai indikasi
-
pemeriksaan sinar X
sesuai indikasi
-
ltrasound sesuai
pesananan (Sanjaya, 2018)
G.
Penatalaksanaan
1)
Hari ke- 1-2 : memberikan
KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada
masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
2)
Hari ke- 2 : mulai
latihan duduk
3)
Hari ke- 3 :
diperkenankan latihan berdiri dan berjalan (Sanjaya, 2018)
H.
Komplikasi
Kebanykan terjadi selama
persalinan, dan ini tidak dapat di prediksi. Prenatal screening tidak
mengidentifikasi semua wanita yang akan mengembangkan komplikasi. Perempuan
tidak diidentifikasi sebagai “beresiko tinggi” dapat mengembangkan komplikasi
obstetric. Kebanyakan komplikasi obstetrik terjadi pada wanita tanpa faktor
resiko (Oktaputrining, 2016).
Semua wanita hamil beresiko komplikasi obstetric. Komplikasi yang mengancam
jiwa
Berikut komplikasi yang mungkin terjadi
pada persalinan normal :
a. Perdarahan
post partum
Perdarahan post partum adalah perdarahan
lebih dari 500 cc yang terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari
1.000 mL setelah persalinan abdominal. Perdarahan post partum dibagi menjadi :
1. Perdarahan
Post Partum Dini (early postpartum hemorrhage), perdarahan post pasrtum dini
adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah kala III.
2. Perdarahan
pada Masa Nifas (late postpartum hemorrhae), perdarahan pada masa nifas adalah
perdarahan yang terjadi pada masa nifas (puerperium) tidak termasuk 24 jam
pertama setelah kala III (Oktaputrining, 2016)
b. Atonia
uteri
Atonia uteri adalah kegagalan serabut –
serabut otot miometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini
merupakan penyebab perdarahan post partum yang paling penting dan bisa terjadi
segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. atonia uteri dapat
menyebabkan perdarahan hebatdan dapat mengarah pada terjadinya syok hipovolemik
(Oktaputrining, 2016)
c. Retensio plasenta
Retensio Plasenta adalah tertahannya atau
belum lahirnya plasenta hingga atau lebih dari 30 menit setelah bayi lahir.
Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh gangguan
kontraksi uterus. Retensio plasenta terdiri dari beberapa jenis yaitu :
1. Plasenta
adhesiva, adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
2. Plasenta
akreta, adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai sebagian
lapisan miometrium.
3. Plasenta
inkreta, adlah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/melewati
lapisan miometrium.
4. Plasenta
pekreta, adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan
miometrium hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
5. Plasenta
inkarserata, adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh
kontriksi ostium uteri (Oktaputrining, 2016)
d. Laserasi jalan lahir Ruptura perineum dan robekan dinding vagina tingkat perlukaan perineum dapat dibagi dalam :
1. Derajat
pertama : laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit.
2. Derajat
kedua : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum (perlu
dijahit).
3. Derajat
ketiga : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter
ani.
4. Derajat
empat : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter
ani yang meluas hingga ke rektum . rujuk segera (Oktaputrining, 2016)
I.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
a.
Teori Asuhan Keperawayan
Asuhan keperawatan
adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan
secara langsung kepada klien/pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. (Budiyono,
2015).
b.
Pengkajian
Asuhan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang
diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan
kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan
sebelum hamil (Saleha, 2019).
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan
cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang (hasil
laboratorium).
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dengan cara mengumpulkan data-data
tentang respons pasien terhadap kelahiran bayinya serta penyesuaian selama masa
post partum. Pengkajian awal mulai dengan review prenatal dan intranatal
meliputi :
1. Lamanya
proses persalinan dan jenis persalinan
2. Lamanya
ketuban pecah dini
3. Adanya
episiotomi dan laserasi
4.
Respon janin pada saat
persalinan dan kondisi bayi baru lahir (nilai APGAR)
5. Pemberian
anestesi selama proses persalinan dan kelahiran
6. Medikasi
lain yang diterima selama persalinan atau periode immediate post partum
7.
Komplikasi yang terjadi
pada periode immediate post partum seperti atonia uteri, retensi plasentaPengkajian ini digunakan untuk
mengidentifikasi faktor resiko yang signifikan yang merupakan faktor
presdisposisi terjadinya komplikasi post
partum
d. Pengkajian status fisiologis maternal
Untuk mengingat komponen yang diperlukan dalam pengkajian post partum,
banyak perawat menggunakan istilah BUBBLE-LE
yaitu termasuk Breast (payudara), Uterus (rahim), Bowel (fungsi usus),
Bladder (kandung kemih), Lochia (lokia), Episiotomy (episiotomi/perinium),
Lower Extremity (ekstremitas bawah), dan Emotion (emosi).
1. Pengkajian fisik
a. Tanda-tanda vital
Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan
suhu pada Ibu. Periksa tanda-tanda vital tersebut setiap 15 menit selama satu
jam pertama setelah melahirkan atau sampai
stabil, kemudian periksa
setiap 30 menit
untuk jam-jam berikutnya. Nadi dan suhu diatas normal dapat
menunjukan kemungkinan adanya infeksi. Tekanan darah mungkin sedikit meningkat
karena upaya untuk persalinan dan keletihan. Tekanan darah
yang menurun perlu diwaspadai kemungkinan adanya perdarahan post partum.
1) Tekanan darah, normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post partum. Setelah persalinan sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan darah sementara waktu. Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari. Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi,merupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas. Namun hal ini seperti itu jarang terjadi.
2) Suhu, suhu
tubuh normal yaitu kurang dari 38 C. Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu Ibu
bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan
mencapai lebih dari 38 C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus
diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
3) Nadi,
nadi normal pada Ibu
nifas adalah 60-100.
Denyut Nadi Ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/menit
yakni pada waktu habis persalinan karena
ibu dalam keadaan
istirahat penuh. Ini
terjadi utamanya pada minggu pertama post
partum. Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat, kira-kira
110x/mnt. Bisa juga terjadi gejala shock
karena infeksi khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh.
4) Pernafasan,
pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit. Pada umumnya respirasi lambat atau
bahkan normal. Mengapa demikian,
tidak lain karena Ibu dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahat.Bila ada respirasi cepat post partum (> 30 x/mnt) mungkin
karena adanya ikutan dari tanda-tanda syok.
b. Kepala
dan wajah
1)
Rambut,
melihat kebersihan rambut, warna rambut, dan kerontokan rambut.
2)
Wajah,
adanya edema pada wajah atau tidak. Kaji adanya flek hitam.
3)
Mata,
konjungtiva yang anemis menunjukan adanya
anemia kerena perdarahan saat persalinan.
4)
Hidung,
kaji dan tanyakan pada ibu, apakah ibu menderita pilek atau sinusitis. Infeksi
pada ibu postpartum dapat
meningkatkan kebutuhan energi
5)
Mulut
dan gigi, tanyakan pada ibu apakah ibu
mengalami stomatitis, atau gigi yang berlubang. Gigi yang
berlubang dapat menjadi
pintu masuk bagi mikroorganisme dan bisa beredar secara sistemik.
6)
Leher,
kaji adanya pembesaran
kelenjar limfe dan
pembesaran kelenjar tiroid. Kelenjar
limfe yang membesar
dapat menunjukan adanya infeksi, ditunjang dengan adanya data
yang lain seperti hipertermi, nyeri dan bengkak.
7)
Telinga,
kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada peradangan pada telinga.
8)
Mata,
konjungtiva yang anemis menunjukan adanya
anemia kerena perdarahan saat persalinan.
9)
Hidung,
kaji dan tanyakan pada ibu, apakah ibu menderita pilek atau sinusitis. Infeksi
pada ibu postpartum dapat
meningkatkan kebutuhan energi.
10) Mulut dan gigi,
tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami
stomatitis, atau gigi yang
berlubang. Gigi yang berlubang
dapat menjadi pintu masuk bagi mikroorganisme dan bisa
beredar secara sistemik.
11) Leher,
kaji adanya pembesaran
kelenjar limfe dan
pembesaran kelenjar tiroid. Kelenjar
limfe yang membesar
dapat menunjukan adanya infeksi, ditunjang dengan adanya data
yang lain seperti hipertermi, nyeri dan bengkak.
12) Telinga,
kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada peradangan pada telinga.
2. Pemeriksaan thorak
1) Inspeksi payudara
- Kaji
ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap produksi asi, perlu diperhatikan
bila ada kelainan, seperti pembesaran masif, gerakan yang tidak simetris pada
perubahan posisi kontur atau permukaan.
- Kaji kondisi permukaan, permukaan yang tidak rata seperti adanya depresi,retraksi atau ada luka pada kulit payudara perlu dipikirkan kemungkinan adanya tumor.
-
Warna kulit, kaji adanya
kemerahan pada kulit yang dapat menunjukan adanya peradangan.
3. Pemeriksaan thorak
1) Inspeksi payudara
- Kaji
ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap produksi asi, perlu diperhatikan
bila ada kelainan, seperti pembesaran masif, gerakan yang tidak simetris pada
perubahan posisi kontur atau permukaan.
-
Kaji kondisi permukaan,
permukaan yang tidak rata seperti adanya depresi,retraksi atau ada luka pada
kulit payudara perlu dipikirkan kemungkinan adanya tumor.
-
Warna kulit, kaji adanya
kemerahan pada kulit yang dapat menunjukan adanya peradangan.
2) Palpasi
Payudara
Pengkajian
payudara selama masa post partum meliputi inspeksi ukuran, bentuk, warna dan
kesimetrisan serta palpasi apakah ada nyeri tekan guna menentukan status
laktasi. Pada 1 sampai 2 hari pertama post partum, payudara tidak banyak
berubah kecil kecuali sekresi kolostrum yang banyak. Ketika menyusui, perawat
mengamati perubahan payudara, menginspeksi puting dan areola apakah ada tanda
tanda kemerahan dan pecah, serta menanyakan ke ibu apakah ada nyeri tekan.
Payudara yang penuh dan bengkak akan menjadi lembut dan lebih nyaman setelah
menyusui
4. Pemeriksaan
abdomen
1). Inspeksi
Abdomen
- Kaji
adakah striae dan linea alba.
- Kaji keadaan abdomen, apakah lembek atau keras. Abdomen yang keras menunjukan kontraksi uterus bagus sehingga perdarahan dapat diminimalkan. Abdomen yang lembek menunjukan sebaliknya dan dapat dimasase untuk merangsang kontraksi.
2). Palpasi Abdome
- Fundus uteri Tinggi :
Segera setelah persalinan TFU 2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm
diatas pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap
hari.
Hari kedua post partum TFU 1 cm dibawah pusat Hari ke 3 - 4
post partum TFU 2 cm dibawah pusat Hari ke 5 - 7 post partum TFU pertengahan
pusat-symfisis Hari ke 10 post partum TFU tidak teraba lagi.
-
Kontraksi,
kontraksi lemah atau perut teraba lunak menunjukan konteraksi uterus kurang
maksimal sehingga memungkinkan terjadinya perdarahan.
-
Posisi,
posisi fundus apakah sentral atau lateral. Posisi lateral biasanya terdorong
oleh bladder yang penuh.
-
Uterus,
setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang hampir padat.
Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling menutup, yang menyebabkan
rongga bagian tengah merata. Ukuran uterus akan tetap sama selama 2 hari
pertama setelah pelahiran, namun kemudian secara cepat ukurannya berkurang oleh
involusi. (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).
- Diastasis rektus
abdominis adalah regangan pada otot rektus abdominis
akibat pembesaran uterus jika dipalpasi "regangan ini menyerupai belah
memanjang dari prosessus xiphoideus ke umbilikus sehingga dapat diukur panjang
dan lebarnya. Diastasis ini tidak dapat menyatu kembali seperti sebelum hamil
tetapi dapat mendekat dengan memotivasi ibu untuk melakukan senam nifas.
- Keadaan kandung kemih
Kaji dengan palpasi kandungan urine di kandung kemih. Kandung kemih yang bulat dan lembut menunjukan jumlah urine yang tertapung banyak dan hal ini dapat mengganggu involusi uteri, sehingga harus dikeluarkan.
5. Ekstremitas atas dan bawah
1).
Varises,
melihat apakah ibu mengalami varises atau tidak. Pemeriksaan varises sangat
penting karena ibu setelah melahirkan mempunyai kecenderungan untuk mengalami
varises pada beberapa pembuluh darahnya. Hal ini disebabkan oleh perubahan hormonal.
2).
Edema,
Tanda homan positif menunjukan adanya tromboflebitis sehingga dapat menghambat
sirkulasi ke organ distal. Cara memeriksa
tanda homan adalah memposisikan
ibu terlentang dengan tungkai ekstensi, kemudian didorsofleksikan dan tanyakan
apakah ibu mengalami nyeri pada betis, jika nyeri maka tanda homan positif dan
ibu harus dimotivasi untuk mobilisasi dini agar sirkulasi lancar.
3).
Perineum,
kebersihan Perhatikan kebersihan perineum ibu. Kebersihan perineum menunjang
penyembuhan luka. Serta adanya hemoroid derajat 1 normal untuk ibu hamil dan
pasca persalinan.
-
REEDA
REEDA
adalah singkatan yang sering digunakan untuk menilai kondisi episiotomi atau
laserasi perinium. REEDA singkatan (Redness / kemerahan, Edema,
Ecchymosisekimosis, Discharge/keluaran,
dan Approximate/ perlekatan) pada luka episiotomy. Kemerahan dianggap normal
pada episiotomi dan luka namun jika ada rasa sakit yang signifikan, diperlukan
pengkajian lebih lanjut.
-
Lochia
Kaji jumlah, warna, konsistensi dan
bau lokhia pada ibu post partum. Perubahan warna harus
sesuai. Misalnya Ibu postpartum hari ke
tujuh harus memiliki lokhia yang sudah berwarna merah muda
atau keputihan. Jika warna lokhia masih merah maka ibu mengalami komplikasi
postpartum.
-
Varises
Perhatikan apakah terjadinya varises di dalam vagina dan vulva. Jika ada yang membuat perdarahan yang sangat hebat .
c. Pengkajian
tingkat energi dan kualitas istirahat
Perawat harus mengkaji jumlah istirahat
dan tidur, dan menanyakan apa yang dapat dilakukan ibu untuk membantunya
meningkatkan istirahat selama ibu di rumah sakit. Ibu mungkin tidak bisa
mengantisipasi kesulitan tidur setelah persalinan.
J.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Nyeri
Akut b.d agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri tampak meringis bersifat
protektif (posisi menghindari nyeri) gelisah, tekanan darah meningkat,
diaforesis (D.0077)
2. Gangguan
Eliminasi Urin b.d kapasitas kandung kemih d.d desakan berekmih sering buang
air kecil, distensi kandung kemih, berkemih tidak tuntas (D.0040)
3. Konstipasi
b.d penurunan motilitas gastrointestinal d.d defekasi kurang dari seminggu,
pengeluaran feses lama dan sulit, feses keras, peristaltik usus menurun,
distensi abdomen (D.0049)
4.
Resiko Infeksi d.d efek
prosedur infasif (D.0142)
K.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
No |
Diagnosa Keperawatan |
SLKI |
SIKI |
1. |
Nyeri Akut b.d agen
pencedera fisik d.d mengeluh nyeri tampak meringis bersifat protektif (posisi
menghindari nyeri) gelisah, tekanan darah meningkat, diaforesis (D.0077 |
Tingkat Nyeri (L.08066) Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan
tingkat nyeri menurun Kriteria hasil sbb : 1. Keluhan
nyeri menurun 2. Meringis
menurun 3. Gelisah
menurun 4. Diaforesis
menurun 5. Tekanan
darah membaik
|
Manajemen
nyeri (I.08238) Observasi 1. Identifikasi lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri 2. Identifikasi skala nyeri 3. Identifikasi
respon nyeri non verbal 4. Identifikasi
factor yang memperberat dan memperingan nyeri 5. Identifikasi
pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri 6. Monitor
efek samping penggunaan analgetic Terapeutik 7. Berikan tekhnik non farmakologi untuk mengurangi rasa
nyeri (Ditunjang pemberian kukusan ikan gabus) 8. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis.suhu ruang, pencahayaan, kebisingan) 9. Fasilitasi istirahat dan tidur 10.Pertimbangkan
jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri Edukasi 11.
Jelaskan
penyebab,periode dan pemicu nyeri 12.
Jelaskan strategi meredakan
nyeri 13. Anjurkan menggunakan analgetic secara tepat 14. Anjurkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
(Beritahukan kepada pasien dan keluarga untuk rutin mengkonsumsi ikan gabus
untuk mempercepat penyembuhan luka) Kolaborasi 15.
Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
|
2. |
Gangguan
Eliminasi Urin b.d kapasitas kandung kemih d.d desakan berekmih sering buang
air kecil, distensi kandung kemih, berkemih tidak tuntas (D.0040)
|
Eliminasi
Urine ( L.04034) Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan eliminasi
urine membaik Kriteria hasil
sbb 1. Desakan
berkemih menurun 2. Distensi
kandung kemih menurun 3. Berkemih
tidak tuntas menurun 4. Urine
menetes menurun 5. Nokturia
menurun 6. Frekuensi
BAK membaik
|
Manajemen
Eliminasi Urine (I.04152) Observasi : 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi
atau inkontinensia urine 2. Identifikasi faktor yang menyebabkan
retensi atau inkontinensia urine 3. Monitor eliminasi urine (mis :
frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan warna) Terapeutik : 4. Catat waktu-waktu dan haluaran kemih 5. Batasi asupan cairan jika perlu Edukasi : 1. Ajarkan
tanda dan gejala infeksi saluran berkemih 2. Ajarkan
mengukur asupan cairan dan haluaran urine 3. Ajarkan
terapi modalitas penguatan otot-otot panggul/berkemih 4. Ajarkan
minum yang cukup jika tidak ada kontraindikasi 5. Anjurkan
mengurangi minum menjelang tidur Kolaborasi : 11. Kolaborasi pemberian obat
supositoria uretra jika perlu |
3. |
Konstipasi
b.d penurunan motilitas gastrointestinal d.d defekasi kurang dari seminggu,
pengeluaran feses lama dan sulit, feses keras, peristaltik usus menurun,
distensi abdomen (D.0049) |
Eliminasi
Fekal ( L.04033) Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan eliminasi
fekal membaik Kriteria hasil
sbb : 1. Kontrol pengeluaran feses meningkat 2. Keluhan defekasi lama dan sulit
menurun 3.
Mengejan saat defekasi menurun 4.
Distensi abdomen menurun 5.
Nyeri abdomen menurun 6.
Konsistensi feses membaik 7.
Peristaltik usus membaik |
Pencegahan
Konstipasi (I.04160) Observasi : 1. Identifikasi faktor resiko konstipasi
( asupan serat tidak adekuat, asupan cairan tidak adekuat,aganglionik,
kelemahan otot abdomen, aktivitas fisik kurang) 2. Monitor tanda gejala konstipasi
( defekasi kurang 2 kali seminggu, defekasi lama/sulit, feses keras,
peristaltik menurun) Terapeutik : 3. Batasi minuman mengandung kafein dan
alkohol 4. Jadwalkan rutinitas BAK 1. Lakukan massage abdomen
Edukasi : 6. Jelaskan penyebab dan faktor
resiko konstipasi 1. Anjurkan minum air putih sesuai kebutuhan
(1500-2000 mL/hari) 2. Anjurkan mengkonsumsi makanan berserat
(25-30 gram/hari) 3. Anjurkan meningkatkan aktivitas fisik sesuai
kebutuhan 4. Anjurkan
berjalan 15-20 menit 1-2 kali/hari 5. Anjurkan
berjongkok untuk memfasilitasi proses BAB Kolaborasi : 6. Kolaborasi
dengan ahli gizi
|
4. |
Resiko Infeksi
d.d efek prosedur invasif (D.0142)
|
Tingkat
Infeksi ( L.14137) Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan tingkat
infeksi menurun Kriteria hasil
sbb : 1. Desakan
berkemih menurun 2. Distensi
kandung kemih menurun 3. Berkemih
tidak tuntas menuru 4. Urine menetes
menurun 5. Nokturia
menurun 6. Frekuensi BAK
membaik |
Pencegahan
Infeksi (I.14539) Observasi : 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
lokal dan sistemik Terapeutik : 1. Berikan
perawatan kulit pada area edema 2. Cuci
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien 1. Pertahankan
teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi Edukasi : 1. Jelaskan
tanda dan gejala infeksi 2. Ajarkan
car mencuci tangan dengan benar 3. Ajarkan
meningkatkan asupan nutrisi 4. Anjurkan
meningkat asupan cairan Kolaborasi : 5. Kolaborasi
pemberian imunisasi, jika perlu
|
L. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Merupakan inisiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mncapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien. Tujuan pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping
M. EVALUASI KEPERAWATAN
Tindakan intelektual yang melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan, dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi
merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan
mengadakan hubungan dengan klien.
Format evaluasi menggunakan :
S. :Data subjektif, yaitu data yang
diutarakan klien dan
pandangannya terhadap data tersebut
O. :Data objektif, yaitu data yang di
dapat dari hasil observasi perawat,
termasuk tanda-tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan penyakit
pasien (meliputi data fisiologis, dan informasi dan pemeriksaan tenaga kesehatan).
A. :Analisa adalah analisa ataupun
kesimpulan dari data subjektif
dan objektif.
P.
:Planning adalah pengembangan rencana segera atau yang akan datang untuk mencapai status kesehatab klien yang
optimal. (Hutaen, 2012)
Macam-macam evaluasi :
§ Evaluasi formatif
Hasil observasi dan analisa perawat
terhadap respon pasien segera pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Ditulis pada catatan perawat.
·
Evaluasi sumatif
Rekapitulasi dan
kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada
tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan dengan pendekatan SOAP.
S. Data subjektif, yaitu data yang
diutarakan klien dan pandangannya terhadap data tersebut
O. Data objektif, yaitu data yang di
dapat dari hasil observasi perawat, termasuk tanda-tanda klinik dan fakta yang
berhubungan dengan penyakit pasien (meliputi data fisiologis, dan informasi dan
pemeriksaan tenaga kesehatan).
A. Analisa adalah analisa ataupun kesimpulan dari data
subjektif dan objektif.
P. Planning adalah pengembangan rencana
segera atau yang akan datang untuk mencapai status kesehatab klien yang optimal.
(Hutaen, 2012)
Adapun
ukuran pencapaian tujuan tahap evaluasi dalam keperawatan meliputi :
1.
Masalah teratasi, jika
klien menunjukan perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
2.
Masalah teratasi
sebagian, jika klien menunjukan perubahan sebagian dari kriteria hasil yang
telah ditetapkan.
3.
Masalah tidak teratasi,
jika klienn tidak menunjukan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai
dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul
masalah/diagnosa keperawatan
|
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA
ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor
: 113/D/O/2009
Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Telp./Fax: 0355-322738Tulungagung 66224
Alamat E-mail : stikeshahta@yahoo.co.id
|
|
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS
|
Tanggal masuk : 22 Oktober 2021 No. Register : 0284xx Dx Medis : G1P0A0 dengan luka epis di jalan lahir |
I. IDENTITAS / BIODATA
Nama Pasien Umur Suku / Bangsa Agama Pendidikan Pekerjaan Berapa kali kawin Berapa lama kawin Alamat Rumah |
: Ny. K : 24 th : Jawa / Indonesia : Islam : SMA : IRT : 1x : 2 th : Pagerwojo, Tulungagung |
Nama Suami Umur Suku / Bangsa Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat Kantor
|
: Tn. A : 28 th : Jawa / Indonesia : Islam : SMP : Swasta : - |
II. ANAMNESA
Anamnesa pada tanggal : 24 Oktober 2021 jam : 15.00
1. Keluhan utama :
Pasien mengatakan nyeri pada tempat bekas
melahirkan
2. Riwayat Penyakit/riwayat kehamilan
dan persalinan sekarang :
Pasien hamil pertama dengan usia kandungan 32 mg, pasien biasa kontrol di bidan desa. Pasien mengatakan pernah USG di RSTM 1x, tgl 22-10-21 pagi pasien mulai merasa kencang kencang, selanjutnya pkl 20.00 kencang-kencang semakin sering dan nyeri serta keluar lendir berdarah. Pukul 22.00 pasien oleh keluarga dibawa ke RSTM tulungagung dan saat di IGD dilakukan pemeriksaan VT didapatkan pembukaan 6. Pasien dipindah dan di observasi di ruang VK, selanjutnya pkl 01.00 pasien melahirkan dengan normal dengan luka episiotomi. Setelah selesai observasi di ruang VK 2 jam PP, pkl 06.00 pasien dipindah di ruang nifas/ ruang perawatan.
3. Riwayat Obstetri :
A. Riwayat Menstruasi :
·
Menarche ·
Siklus ·
Banyaknya ·
Dismenorhea |
: Umur 14 Th : 28 hari : 2-3 pembalut : kadang - kadang |
·
Teratur / tdk teratur ·
Lamanya ·
HPHT ·
TP |
: teratur : 7 - 8 hari : 27 – 01 – 2021 : 03 – 11 - 2021 |
B. Riwayat kehamilan, Persalinan, Nifas yang
lalu
No |
Perkawinan |
Tgl / Th |
Hamil |
Partus |
Anak |
Placenta |
Nifas |
Ket |
|||
Jenis Partus |
Ditolong |
BB |
PB |
AS |
|||||||
1. |
I (hamil ini) |
- |
I |
Spontan |
Bidan |
2,8 kg |
49 cm |
6-8 |
lengkap |
|
P
|
C.
Riwayat Partus Sekarang :
1. Lamanya Persalinan ·
Kala I : 8 jam ·
Kala II : 2 jam ·
Kala III : ………………… jam Jumlah : 10 jam 2. Keadaan Ketuban ·
Pecah jam ·
Warna air ketuban ·
Bau air ketuban ·
Banyaknya air ketuban ·
Lain – lain 3. Keadaan Placenta ·
Lahir jam ·
Spontan / tindakan ·
Lebar ·
Tebal ·
Berat ·
Panjang tali pusat ·
Insersi ·
Kelainan - kelaian 4. Keadaan Perineum 5. Jumlah Perdarahan 6. Pengobatan yang diberikan 7. Penyulit Persalinan |
……………………….. menit ……………………….. menit 8 menit 8 menit
: 01.00 WIB. 23 Oktober 2021 : kuning jernih : tidak berbau : -/+ 800 ml : -
: 01.45 WIB( lengkap/tidak lengkap ) : spontan : 20 cm : 3-4 cm : 500 gram : 50 cm : tengah (insertio centralis) : - : Intak / epis / ruptur : -/+ 100. cm : heacting : tidak ada |
D. Riwayat Keadaan Bayi Sekarang
1. Keadaan bayi :
· Jenis kelamin : perempuan
· Berat badan : 2800 gram
· Panjang badan : 49 cm
· Hidup / mati : hidup
· Apgar Score : 6-8
· Kelainan – kelainan lain : -
2.
Riwayat KB :
Pasien mngatakan belum
memakai KB karena masih baru menikah dan baru hamil pertama
3. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Pasien mengatakan
keluarga tidak ada riwayat penyakit menurun spt DM, hipertensi, asma dll
4. Riwayat Kesehatan Psikososial :
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit gangguan psikologi, tidak ada
gangguan dalam interaksi sosial baik saat di RS maupun saat dirumah
- Kebutuhan
Dasar :
A. Keadaan gizi : gizi cukup
B. Pola eliminasi :
· BAK :
Hamil :
7-12 x /hr
Sekarang : 4 – 8 x /hr
· BAB :
Hamil :
1 – 2 x/hr
Sekarang : 1 x/hr
C. Pola aktivitas
· Kegiatan
sehari – hari : saat dirumah pasien melakukan kegiatan ibu rumah
tangga sehari hari
· Di
Rumah Sakit : pasien bedrest terkadang jalan ke toilet
ataupun duduk di tepi tempat tidur
D. Pola tidur dan istirahat
· Di rumah : tidur jam 21.30, bangun jam 05.00
· Di Rumah Sakit : bangun dan tidur sewaktu-waktu
- Pola
Kebiasaan :
Saat dirumah pasien biasa mengerjakan pekerjaan
rumah, dan selama hamil tua pekerjaan rumah dibantu oleh suami dan ibu pasien
- Data
Spiritual :
Pasien beragama islam, saat dirumah maupun di RS
pasien selalu sholat 5 waktu
- Genogram
:
III. DATA FISIK ( PEMERIKSAAN )
1. Umum
A. Keadaan Umum : cukup
Ekspresi wajah pasien tampak meringis menahan rasa
sakit, berkeringat
B. Tanda vital : TD : 110/80 N : 102 x/mnt S: 37,5o C RR : 20 x/mnt SPO2 : 99%
2. Khusus
A. Mata
· Conjungtiva : merah muda, tidak anemis
· Sclera : putih, tidak ada kemerahan
B. Leher
· Bendungan vena jugularis : tidak ada bendungan vena jugularis
· Lain - lain :
tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
C. Buah dada
· Konsistensi : padat
· Puting susu : kecoklatan, menonjol
· Asi / Colostrum : ada, cukup banyak
· Kebersihan : bersih
· Kelainan lain : tidak ada kelainan, asi keluar lancar
D. Keadaan perut
· Luka operasi : ya / tidak
· Tanda – tanda infeksi : ya / tidak
E. Uterus
· Tinggi fundus uteri : pusat
· Kontraksi uteri : baik
F. Keadaan vulva
· Odem : ya / tidak
· Varises : ya / tidak
· Nyeri : ya / tidak
G. Perineum : Intak / Robek / Odem
H. Episiotomi : ya / tidak
· Jenis : medio lateral
· Jahitan : ya, grade 2
· Tanda infeksi : luka basah, kemerahan, ada sedikit pembengkakan,
nyeri skala 6, nyeri hilang timbil, nyeri perih dan terasa seperti disayat
I. Lochia
· Warna : merah segar
· Bau :
tidak menyengat
· Jumlah : ½ underpad ( +/- 500ml )
J. Keadaan anus
· Hemoroid : tidak ada
· Nyeri : tidak
K. Genetalia luar
· Bartolinitis : tidak ada pembengkakan
· Kelainan lain : tidak ada
IV. PEMERIKSAAN LAIN ( Bilamana perlu )
1. Laboratorium
A. Darah
· Hb sahli / talquis : 13,2 gr/dl
· Golongan darah : -
· Darah lengkap : -
B. Urien
· Protein urine : negatif ( -
)
· Lain – lain : -
2. Foto Rontgen :
-
3. U S G :
Hasil USG
Janin tunggal,
ketuban cukup, BB 2,8 kg
|
Mahasiswa
( ULFA KHAIRUNISA ) NIM. A3R21052 |
ANALISA
DATA
Nama pasien : Ny. K
Umur : 24 th
No.
Register : 0284xx
KELOMPOK DATA |
KEMUNGKINAN PENYEBAB (Pohon Masalah) |
MASALAH |
Mayor DS : -
Pasien
mengatakan nyeri pada jalan lahir P : terdapat luka jahitan pada perinium Q : luka perih dan terasa seperti disayat R : nyeri terasa di bekas jalan lahir terutama di perinium S : skala nyeri 6 T : nyeri hilang timbul
DO : -
Pasien
tampak meringis menahan rasa sakit -
Merasa
risih / kurangnyaman di bagian jalan lahir -
Tidur
mudah terbangun krn nyeri kadang tiba tiba muncul
Minor DS : -
DO : -
TTV TD : 110/80 mmHg N : 102 x/mnt S : 37,5 oC RR : 20 x/mnt SPO2 : 99%
|
|
Nyeri Akut
|
KELOMPOK DATA |
KEMUNGKINAN PENYEBAB (Pohon Masalah) |
MASALAH |
Mayor DS : -
DO : -
Terdapat luka bekas jahitan epis -
Epis derajad 2, media-lateral episiotomi
Minor DS : -
DO : -
Terdapat sedikit pembengkakan di sekitar luka jahitan -
Nyeri bila ditekan -
Kemerahan -
Luka tampak basah -
TTV TD : 110/80 mmHg N : 102 x/mnt S : 37,5 oC RR : 20 x/mnt SPO2 :
99%
|
|
Gangguan integritas kulit dan jaringan
(perinium)
|
DAFTAR
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Nama pasien : Ny. K
Umur : 24 th
No.
Register : 0284xx
NO |
TANGGAL MUNCUL |
DIAGNOSIS KEPERAWATAN |
TANGGAL TERATASI |
TTD |
1.
2.
.
|
23 Oktober 2021
23 Oktober 2021
|
Nyeri akut b/d
agen pencedera fisik (luka jahitan
perinium) d/d pasien tampak meringis, gelisah, nadi meningkat, sulit
tidur, diaforesisi ( D.0077 )
Gangguan
integritas kulit dan jaringan b/d faktor mekanis tindakan heacting d/d
kerusakan jaringan dan kulit, nyeri,
kemerahan (D.0129)
|
|
|
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : Ny. K
Umur : 24 th
No.
Register : 0284xx
No |
DIAGNOSIS KEPERAWATAN |
LUARAN (SLKI) |
INTERVENSI (SIKI) |
1. |
D.0077 Nyeri akut b/d
agen pencedera fisik (luka jahitan
perinium) d/d pasien tampak meringis, gelisah, nadi meningkat, sulit
tidur, diaforesisi
|
Setelah dilakukan intervensi keperawatan
selama 2x 24 jam
diharapkan tingkat nyeri menurun, dengan Kriteria
hasil : -
Keluhan
nyeri menurun -
Meringis
menurun -
Sikap
protektif menurun -
Gelisah
menurun -
Kesulitan
tidur menurun -
Nafsu
makan membaik -
Pola
tidur membaik -
Frekuensi
nadi membaik - |
Manajemen
Nyeri (I.08238) Observasi 1.
Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2.
Identifikasi skala nyeri 3.
Identifikasi respon nyeri non verbal 4.
Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri 5.
Monitor efek samping penggunaan
analgetik Terapeutik 6.
Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain) 7.
Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) 8.
Fasilitasi istirahat dan tidur Edukasi 9.
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri Kolaborasi 10. Kolaborasi pemberian analgetik |
No |
DIAGNOSIS KEPERAWATAN |
LUARAN (SLKI) |
INTERVENSI (SIKI) |
2. |
(D.0129) Gangguan
integritas kulit dan jaringan b/d faktor mekanis tindakan heacting d/d
kerusakan jaringan dan kulit, nyeri,
kemerahan
|
(L.14130) Setelah dilakukan intervensi keperawatan
selama 2 x 24 jam diharapkan penyembuhan luka meningkat dengan
kriteria hasil : Tingkat infeksi -
penyatuan kulit
meningkat -
penyatuan tepi luka
meningkat -
jaringan granulasi
meingkat -
edema pada sisi luka
menurun -
peradangan pada luka
menurun -
nyeri menurun -
peningkatan suhu tubuh
menurun
|
PERAWATAN LUKA ( I.14564 ) Observasi 1. Monitor
karakteristik luka (mis: drainase,warna,ukuran,bau 2. Monitor
tanda –tanda inveksi Terapeutik 3. Pertahan
kan teknik seteril saaat perawatan luka 4. Jadwalkan
perubahan posisi setiap dua jam atau sesuai kondisi pasien 5. Berika
diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein1,25-1,5 g/kgBB/hari 6. Berikan
suplemen vitamin dan mineral (mis vitamin A,vitamin C,Zinc,Asam amino),sesuai
indikasi Edukasi 7.
Jelaskan tandan dan gejala
infeksi 8.
Anjurkan mengonsumsi makan
tinggi kalium dan protein 9.
Ajarkan prosedur perawatan luka
secara mandir Kolaborasi
|
TINDAKAN
KEPERAWATAN |
EVALUASI
/ CATATAN PERKEMBANGAN
|
||||||
NO |
NO.
DX |
TANGGAL
/ JAM |
IMPLEMENTASI
|
TANDA
TANGAN |
TANGGGAL
/ JAM |
EVALUASI |
TANDA
TANGAN |
1. |
I |
24 Oktober 2021 15.20
15.25
15.30
15.32
15.35
15.40
15.42
15.00
15.45
15.45 |
Manajemen
Nyeri (I.08238) Observasi 1.
Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri H: nyeri
terasa perih dan seperti disayat, skala nyeri 6, nyeri terasa hilang timbul
di jalan lahir terutama di perinium 2.
Mengidentifikasi skala nyeri H :
skala nyeri 6 3.
Mengidentifikasi respon nyeri non verbal H :
pasien tampak meringis menahan sakit 4.
Mengidentifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri H :
nyeri terasa saat dibuat berjalan 5.
Memonitor efek samping penggunaan
analgetik H :
tidak ada efeksamping dari pemberian analgetik Terapeutik 6.
Memberikan teknik nonfarmakologis kompres
dingin untuk mengurangi rasa nyeri 7.
Mengontrol lingkungan yang memperberat
rasa 8.
Memfasilitasi istirahat dan tidur Edukasi 9.
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri dengan teknik distraksi relaksasi napas dalam Kolaborasi 10. Kolaborasi pemberian analgetik :inj santagesik 1gr
|
|
24 oktober 2021 21.00
|
S : pasien mengatakan masih terasa nyeri
pada jalan lahir (perinium) namun sudah sedikit berkurang O : -
k/u
cukup -
ekspresi
wajah meringis menurun -
nyeri
menurun -
skala
nyeri 4 -
gelisah
menurun -
sulit
tidur menurun -
TTV TD : 120/80 mmHg N : 94 x/mnt S : 37 oC RR : 20 x/mnt SPO2 : 99%
A : masalah keperawatan nyeri akut teratasi
sebagian P : intervensi dilanjutkan no 2 - 10
|
|
TINDAKAN
KEPERAWATAN |
EVALUASI
/ CATATAN PERKEMBANGAN
|
||||||
NO |
NO.
DX |
TANGGAL
/ JAM |
IMPLEMENTASI
|
TANDA
TANGAN |
TANGGGAL
/ JAM |
EVALUASI |
TANDA
TANGAN |
2. |
II |
24 Oktober 2021 15.20
15.25
15.30
15.32
15.35
15.40
15.42
15.00
15.45
15.45 |
PERAWATAN LUKA ( I.14564 ) Observasi 1. Memonitor karakteristik luka H : tidak ada drainase,kemerahan, tidak ada bau 2. Memonitor tanda –tanda inveksi H: luka jahit pd perinium, sedikit
pembengkakan, kemerahan, nyeri saat ditekan Terapeutik 3. Mempertahan kan teknik seteril saaat
perawatan luka 4. Menjadwalkan perubahan posisi setiap
dua jam atau sesuai kondisi pasien 5. Memberika diet dengan kalori 30-35
kkal/kgBB/hari dan protein1,25-1,5 g/kgBB/hari 6. Memberikan suplemen vitamin dan
mineral Edukasi
8.
Menganjurkan
mengonsumsi makan tinggi kalium dan protein yaitu dengan konsumsi ikan gabus untuk mempercepat
proses penyembuhan luka jahit perinium 9.
Mengajarkan
prosedur perawatan luka secara mandir Kolaborasi
|
|
24 Oktober 2021 21.00
|
S : pasien mengatakan masih terasa nyeri
pada jalan lahir (perinium) namun sudah sedikit berkurang O : -
k/u
cukup -
nyeri
menurun -
luka
masih tampak basah -
penyatuan kulit (-) -
penyatuan tepi luka (-) -
edema pada sisi luka (+) -
kemerahan
menurun -
TTV TD : 120/80 mmHg N : 90 x/mnt S : 37 oC RR : 18 x/mnt SPO2 : 99%
A : masalah keperawatan gangguan integritas
kulit teratasi sebagian P : intervensi dilanjutkan no 1 - 10
|
|
TINDAKAN
KEPERAWATAN |
EVALUASI
/ CATATAN PERKEMBANGAN
|
||||||
NO |
NO.
DX |
TANGGAL
/ JAM |
IMPLEMENTASI
|
TANDA
TANGAN |
TANGGGAL
/ JAM |
EVALUASI |
TANDA
TANGAN |
3. |
I |
25 Oktober 2021 07.20
07.25
07.30
07.32
07.35
07.40
07.42
07.00
07.45
|
Manajemen
Nyeri (I.08238) Observasi 2.
Mengidentifikasi skala nyeri H :
skala nyeri 4 3.
Mengidentifikasi respon nyeri non verbal H :
pasien tampak meringis menahan sakit, namun sudha berkurang 4.
Mengidentifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri H :
nyeri terasa saat dibuat kencing 5.
Memonitor efek samping penggunaan
analgetik H :
tidak ada efeksamping dari pemberian analgetik Terapeutik 6.
Memberikan teknik nonfarmakologis
kompres dingin untuk mengurangi rasa nyeri 7.
Mengontrol lingkungan yang memperberat
rasa 8.
Memfasilitasi istirahat dan tidur Edukasi 9.
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri dengan teknik distraksi relaksasi napas dalam Kolaborasi 10. Kolaborasi pemberian analgetik :inj santagesik 1gr
|
|
25 oktober 2021 14.00
|
S : pasien mengatakan masih terasa nyeri
pada jalan lahir (perinium) namun sudah sedikit berkurang O : -
k/u
cukup -
ekspresi
wajah meringis menurun -
nyeri
murun -
skala
nyeri 3 -
gelisah
menurun -
sulit
tidur menurun -
TTV TD : 120/80 mmHg N : 90 x/mnt S : 37 oC RR : 18 x/mnt SPO2 : 99%
A : masalah keperawatan nyeri akut teratasi
sebagian P : intervensi dilanjutkan no 2, 3, 5, 7,
8, 9, 10
|
|
TINDAKAN
KEPERAWATAN |
EVALUASI
/ CATATAN PERKEMBANGAN
|
||||||
NO |
NO.
DX |
TANGGAL
/ JAM |
IMPLEMENTASI
|
TANDA
TANGAN |
TANGGGAL
/ JAM |
EVALUASI |
TANDA
TANGAN |
4. |
II |
25 Oktober 2021 07.20
07.25
07.30
07.32
07.35
07.40
07.42
07.00
07.45
|
PERAWATAN LUKA ( I.14564 ) Observasi 1. Memonitor karakteristik luka H : tidak ada drainase,kemerahan menurun, tidak ada bau 2. Memonitor tanda –tanda inveksi H: luka jahit pd perinium,
pembengkakan menurun, kemerahan
menurun, nyeri menurun Terapeutik 3. Mempertahan kan teknik seteril saaat
perawatan luka 4. Menjadwalkan perubahan posisi setiap
dua jam atau sesuai kondisi pasien 5. Memberika diet dengan kalori 30-35
kkal/kgBB/hari dan protein1,25-1,5 g/kgBB/hari 6. Memberikan suplemen vitamin dan
mineral Edukasi
12.
Menganjurkan
mengonsumsi makan tinggi kalium dan protein yaitu dengan konsumsi ikan gabus untuk mempercepat
proses penyembuhan luka jahit perinium 13.
Mengajarkan
prosedur perawatan luka secara mandir Kolaborasi
|
|
25 oktober 2021 14.00
|
S : pasien mengatakan masih terasa nyeri
pada jalan lahir (perinium) namun sudah sedikit berkurang O : -
k/u
cukup -
nyeri
menurun -
luka
masih tampak basah -
penyatuan kulit (+) -
penyatuan tepi luka (+) -
edema pada sisi luka menurun -
kemerahan
menurun -
TTV TD : 120/80 mmHg N : 90 x/mnt S : 37 oC RR : 18 x/mnt SPO2 : 99%
A : masalah keperawatan gangguan integritas
kulit teratasi sebagian P : intervensi dilanjutkan no 1 - 10
|
|
TINDAKAN
KEPERAWATAN |
EVALUASI
/ CATATAN PERKEMBANGAN
|
||||||
NO |
NO.
DX |
TANGGAL
/ JAM |
IMPLEMENTASI
|
TANDA
TANGAN |
TANGGGAL
/ JAM |
EVALUASI |
TANDA
TANGAN |
5. |
I |
26 Oktober 2021 07.20
07.25
07.30
07.32
07.35
07.40
07.42
|
Manajemen
Nyeri (I.08238) Observasi 2.
Mengidentifikasi skala nyeri H :
skala nyeri 2 3.
Mengidentifikasi respon nyeri non verbal H :
pasien tampak meringis menahan sakit, namun sudha berkurang 4.
Memonitor efek samping penggunaan
analgetik H :
tidak ada efeksamping dari pemberian analgetik Terapeutik 5.
Mengontrol lingkungan yang memperberat
rasa 6.
Memfasilitasi istirahat dan tidur Edukasi 7.
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri dengan teknik distraksi relaksasi napas dalam Kolaborasi 8.
Kolaborasi pemberian
analgetik :inj santagesik
1gr
|
|
26 oktober 2021 14.00
|
S : pasien mengatakan masih terasa nyeri
pada jalan lahir (perinium) namun sudah sedikit berkurang O : -
k/u
cukup -
ekspresi
wajah meringis - -
nyeri
murun -
skala
nyeri 2 -
gelisah
(-) -
sulit
tidur (-) -
TTV TD : 120/80 mmHg N : 86 x/mnt S : 36,7 oC RR : 20 x/mnt SPO2 : 100%
A : masalah keperawatan nyeri akut teratasi P : intervensi dihentikan, pasien rencana
KRS
|
|
TINDAKAN
KEPERAWATAN |
EVALUASI
/ CATATAN PERKEMBANGAN
|
||||||
NO |
NO.
DX |
TANGGAL
/ JAM |
IMPLEMENTASI
|
TANDA
TANGAN |
TANGGGAL
/ JAM |
EVALUASI |
TANDA
TANGAN |
6. |
II |
26 Oktober 2021 07.20
07.25
07.30
07.32
07.35
07.40
07.42
07.00
07.45
|
PERAWATAN LUKA ( I.14564 ) Observasi 1. Memonitor karakteristik luka H : tidak ada drainase,kemerahan (-), tidak ada bau 2. Memonitor tanda –tanda inveksi H: luka jahit pd perinium,
pembengkakan (-), kemerahan (-), nyeri
menurun Terapeutik 3. Mempertahan kan teknik seteril saaat
perawatan luka 4. Menjadwalkan perubahan posisi setiap
dua jam atau sesuai kondisi pasien 5. Memberika diet dengan kalori 30-35
kkal/kgBB/hari dan protein1,25-1,5 g/kgBB/hari 6. Memberikan suplemen vitamin dan
mineral Edukasi
8.
Menganjurkan
mengonsumsi makan tinggi kalium dan protein yaitu dengan konsumsi ikan gabus untuk mempercepat
proses penyembuhan luka jahit perinium 9.
Mengajarkan
prosedur perawatan luka secara mandir Kolaborasi
|
|
26 oktober 2021 14.00
|
S : pasien mengatakan masih terasa nyeri
pada jalan lahir (perinium) namun sudah sedikit berkurang O : -
k/u
cukup -
nyeri
menurun -
penyatuan kulit meningkat -
penyatuan tepi luka meningkat -
edema pada sisi luka (-) -
kemerahan
(-) -
TTV TD : 120/80 mmHg N : 90 x/mnt S : 37 oC RR : 18 x/mnt SPO2 : 99%
A : masalah keperawatan gangguan integritas
kulit teratasi P : intervensi hentikan, pasien rencana
KRS, edukasi px untuk menlanjutkan konsumsi ikan gabus untuk mempercepat
proses penyembuhan luka jahitan perinium
|
|